commit to user Untuk itu, penelitian ini berusaha mengungkap tentang bagaimana fungsi
sosial keluarga dalam memberikan pemahaman anak tentang keagamaan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta. Adapun informan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa kategori. Berikut ini adalah rincian informan dalam penelitian ini:
Tabel VI Daftar Kategori Informan
No Kategori
Informan 1
Orang Tua Orang Tua
2 Tokoh Masyarakat
Tokoh Masyarakat setempat 3
Anak Anak
Pembedaan atau penggolongan kategori dilakukan untuk memudahkan dalam hal analisa serta pengkroscekan data dari pada informan. Pemilihan jenis
kategori informan dalam penelitian ini dikarenakan pada kehidupan sosial mencakup ketiga kategori tersebut. Apalagi ketika dihubungkan dengan fungsi
sosial keluarga terhadap tingkat religiusitas anak. Peneliti tidak hanya mengajukan pertanyaan dan observasi terhadap orang tua saja tetapi pada tokoh masyarakat
dan anak. Berikut ini adalah uraian yang lebih rinci tentang penelitian ini. Penelitian
ini dibagi menjadi beberapa subpembahasan. Penyajian dan analisis penelitian ini diuraikan dalam bagian berikut ini.
A. Sosialisasi Nilai Agama dari Orang Tua Kepada Anak
50 51
commit to user Hidup dalam masyarakat pastinya mengalami sebuah interaksi dengan
orang lain. Dengan berinteraksi tersebut, maka dapat memperbaiki persepsi kita terhadap sesuatu. Hidup di suatu lingkungan sosial yang menuntut agar
beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan keluarga. Perlu ada sosialisasi yang digunakan sebagai media perantara antara manusia
satu dengan yang lainnya. Sosialisasi juga merupakan hal yang tidak dapat kita hindari dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sosialisasi merupakan sebuah jalan untuk bisa meneruskan atau memperkenalkan sebuah informasi kepada orang yang belum tahu tentang hal
tersebut. Sosialisasi wajib hukumnya ketika kita hidup bermasyarakat. Ketika seseorang melakukan sosialisasi dengan baik maka pada akhirnya dapat
melakukan pendekatan yang baik dengan orang lain sehingga tingkat kekerabatan dengan orang tersebut juga akan baik pula.
Sosialisasi ini meninjau peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan pribadinya. Perubahan
masyarakat telah mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi sosial keluarga. Fungsi-fungsi sosial yang mengalami perubahan itu antara lain ialah:
1. Fungsi Pendidikan Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan.
Fungsi pendidikan keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluarga masih tetap penting, namun secara
52
commit to user formal fungsi pendidikan itu telah diambil alih oleh sekolah. Proses
pendidikan di sekolah menjadi makin lama dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi dan pengaruhnya menjadi makin penting.
2. Fungsi Rekreasi Dalam keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota-
anggotanya. Sekarang pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti: bioskop, panggung sirkus, lapangan olahraga, kebun binatang, taman-
taman, night club, dan sebagainya tentunya lebih menarik. Demikian pula rekreasi dalam kelompok sebaya menjadi makin penting bagi anak-anak.
Perubahan tersebut menimbulkan dua macam akibat, yaitu: a Jenis-jenis rekreasi yang dialami oleh anggota-anggota keluarga
menjadi lebih bervariasi. b Anggota-anggota keluarga lebih cenderung mencari hiburan diluar
keluarga. 3. Fungsi keagamaan
Dahulu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara, dan ibadah agama bagi para anggotanya di samping peranan yang dilakukan
oleh institut agama. Pendidikan agama erat kaitannya dengan pembinaan akhlak, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pembinaan akhlak dalam
pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh
53
commit to user agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama.
Sehingga keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama, sehingga seorang
muslim tidak sempurna agamanya sampai akhlaknya menjadi baik. Para filosof pendidikan Islam sepakat bahwa pembinaan akhlak
adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
M. Athiyah Al-Abrasyi bahwa: maksud dari pendidikan dan pengajaran bukan hanya memberikan segala ilmu yang belum ketahui oleh anak, akan
tetapi maksudnya ialah untuk memberikan pendidikan akhlak dan mendidik jiwa mereka dengan cara menanamkan rasa fadhilah
keutamaan, memberikan kebiasaan-kebiasaan agar mereka berlaku sopan, dan mempersiapkan mereka untuk dapat menjalani kehidupan yang
suci dengan keikhlasan dan kejujuran. Banyak metode yang dilakukan oleh orang tua dalam
melaksanakan pembinaan akhlak anak. Pertama-pertama harus dimulai dari orang tua sebagai pendidik ia harus berusaha untuk memberikan
contoh yang baik kepada anak, baik dalam perbuatan maupun perkataan. Membiasakan anak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan syariat
agama. 4. Fungsi Perlindungan
Dahulu keluarga berfungsi memberikan perlindungan, baik fisik maupun sosial, kepada para anggotanya. Sekarang banyak fungsi
54
commit to user perlindungan dan perawatan ini telah diambil oleh badan-badan sosial,
seperti perawatan untuk anak-anak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal, orang-orang lanjut usia, perusahaan asuransi dan
lain sebagainya. Perubahan sosial telah mempengaruhi perubahan keluarga, dari
keluarga tradisional ke keluarga modern. Keluarga tradisional pada umumnya memiliki lebih banyak anak daripada keluarga modern di kota. Keluarga
tradisional merupakan kesatuan produksi sedangkan keluarga modern terutama adalah kesatuan konsumsi. Dalam keluarga tradisional kekuasaan
ayah sangat besar, sedangkan keluarga modern lebih bersifat demokratik. Dalam keluarga tradisional kedudukan wanita terutama di dalam rumah,
sedangkan dalam keluarga modern sebagian wanita bekerja di luar rumah tangga. Dalam keluarga tradisional perpisahan keluarga terutama disebabkan
oleh kematian, sedangkan dalam keluarga modern banyak perpisahan keluarga yang disebabkan oleh perceraian.
Dalam lingkungan keluarga ada tiga tujuan sosialisasi, yaitu: orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang penguasaan diri, nilai-nilai dan peranan-
peranan sosial. a Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut penguasaan diri pada anggota-anggotanya. Proses mengajar anak untuk menguasai diri ini dimulai pada waktu orang
tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Ini merupakan tuntutan sosial pertama yang dialami oleh anak untuk latihan penguasaan
55
commit to user diri. Tuntutan penguasaan ini berkembang, dari yang bersifat fisik kepada
penguasaan diri secara emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara-saudaranya. Tuntutan
sosial yang menuntut agar anak menguasai diri merupakan pelajaran yang berat bagi anak.
b Nilai-nilai Bersamaan dengan latihan penguasaan diri ini kepadac anak
diajarkan nilai-nilai. Sambil melatih anak menguasai diri agar permainannya dapat dipinjam kepada teman-temannya, kepadanya
diajarkan nilai kerja sama. Sambil mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main dahulu sebelum menyelesaikan pekerjaan rumah,
kepadanya diajarkan tentang nilai sukses dalam pekerjaan. Penelitian- penelitian menunjukkan, bahwa nilai-nilai dasar dalam diri seseorang
terbentuk pada usia enam tahun. Penelitian juga menunjukkan, bahwa keluarga memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai itu.
c Peranan-Peranan Sosial Mempelajari peranan-peranan sosial itu terjadi melalui interaksi
sosial dalam keluarga. Setelah dalam diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai
mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Dia mempelajari peranannya sebagai seorang anak, sebagai
saudara kakak atau adik, sebagai laki-laki atau perempuan, dan sebagainya. Proses mempelajari peranan-peranan sosial ini kemudian
56
commit to user dilanjutkan di lingkungan kelompok sebaya, sekolah, perkumpulan-
perkumpulan dan sebagainya. Terkait dengan sosialisasi dalam keluarga, maka data hasil penelitian
dapat dibagi menurut kategori informan sebagai berikut: 1 Orang Tua
Sosialisasi adalah hal yang selalu lakukan selama kita hidup. Hal ini seperti yang diutarakan oleh informan yang memiliki 2 orang anak yang
telah duduk di kelas I dan masih balita, Ibu Ariani 29 th terkait dengan sosialisasi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut penuturan
beliau di teras rumahnya. “Memang benar kita perlu bersosialisasi dengan orang lain untuk bisa
mengembangkan pemikian saya. Terkait dengan sosilasasi dengan anak, saya berusaha sedini mungkin menjalin kedekatan dengan anak-
anak saya. Saya yang mengurus anak saya dari lahir sampai sekarang sekolah di kelas I. Ini saya lakukan agar anak mengetahui dan merasa
dekat dengan orang tua termasuk kepada saya. Saya mulai memberikan pengarahan kepada anak saya mulai dengan ajaran agama, sopan
santun dan cara berperilaku dengan orang lain terutama orang tua. Ya saya kira pendidikan tersebut dilakukan sedini mungkin untuk
menumbuhkan kepribadian yang baik”. Wawancara, 17 April 2009
Ketika ditanya lebih dalam lagi tentang cara-cara yang dipakai oleh
beliau dalam memberikan pendidikan tersebut, maka beliau menjelaskan bahwa ada banyak hal yang dapat dilakukan. Antara lain dengan
memberikan contoh secara langsung, mengobrol sambil memberikan arahan kepada anak dan tentunya memberikan penilaian tentang perilaku
anak. Ini dapat diartikan dengan evaluasi terhadap perilaku anak. 57
commit to user Evaluasi ini dengan tujuan meminimalkan potensi untuk masalah
komunikasi dan konflik, orang tua juga bisa memberikan gambaran kepada anak tentang tindakan mana yang benar dan mana yang kurang
benar. Ini berarti bahwa sebelum orang tua menunjuk perilaku mana yang benar dan kurang benar, maka orang tua harus bisa menjelaskan secara
detail kenapa bisa dikatakan benar dan kurang benar yang tentunya harus memiliki alasan yang kuat pula. Meskipun ini kedengarannya cukup
sederhana, orang tua dan anak berinteraksi dengan mengobrol, namun pada hakikatnya ini mempunyai arti penting bagi perkembangan
psikologis sang anak. Dan waktu ditanya langkah mana yang paling bagus atau ideal dalam
memberikan teladan dan sosialisasi agama kepada anak, beliau lebih memilih dengan memberikan contoh secara langsung kepada anak. Ini
juga dapat dijadikan bukti bahwa orang tua mampu melaksanakan apa yang mereka arahkan kepada anak, oleh karena itu ank juga akan ebih
percaya kepada orang tuanya dan menganggap orang tua sebagai panutan yang baik bagi mereka.
Sebuah pengakuan yang meluncur dari seorang bapak yang sangat mengkhawatirkan anaknya terkait dengan pergaulan serta ancaman bagi
anak-anak. Sebuah kekhawatiran yang memang menjadi momok bagi setiap orang tua karena perkembangan jaman dan canggihnya alat
komunikasi yang bisa diakses dengan mudah dan murah. Berikut penutran Bapak Supadi 44 th kepada peneliti:
58
commit to user ”Akhir-akhir ini anak saya sering bermain sampai larut malam bersama
teman-temannya, katanya ke warnet. Dan orang-orang mengatakan bahwa di internet anak-anak sering melihat hal yang kurang pantas
Mbak, jadi saya juga sempat khawatir jika anak saya masuk dalam aliran yang tidak berujung pangkal”.
Wawancara 17 April 2009
Berikut ini adalah gambaran hasil penelitian di atas yang peneliti sajikan dalam sebuah matrik.
59
Tabel X Matrik Sosialisasi Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Orang Tua
No Sub Masalah
Hasil Penelitian 1
Isi Sosialisasi a. Ajaran agama
ini menjadi hal yang pertama kali disosialisasikan kepada anak agar kepribadian anak bias terbentuk dengan baik dan dibentengi oleh ajaran agama.
b. Sopan santun tata karma Ini diberikan sebagai modal untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Kasih sayang kasih sayang diberikan untuk menumbuhkan kebersamaan dan saling memiliki antar anggota
keluarga, termasuk antara orang tua dan anak. 2
Cara Sosialisasi a. Memberikan contoh langsung kepada anak
ini sangat efektif untuk memberikan contoh bagi anak sekaligus pembuktian tentang apa yang telah dikatakan oleh orang tua.
b. Berkumpul dengan anggota keluarga dan memberikan arahan. Ini semacam curhat dengan orang tua. Anak akan lebih terbuka kepada orang tua ketika kegiatan ini seiring dilakukan dan dapat
menumbuhkan rasa saling percaya dengan anggota keluarga. c. Memberikan penilaian tentang perbuatan dari sang anak. Ini dapat dikatakan sebagai media evaluasi
60
antara anak dan orang tua. Orang tua akan melakukan penilaian terhadap perilaku anak, apakah sesuai dengan nilai, norma dan ajaran agama atau bahkan sebaliknya.
Sumber: Hasil Wawancara
61
commit to user 2 Tokoh Masyarakat
Jika dikaji dari sudut pandang dari tokoh masyarakat, maka Bapak Rofik Anwar 35 th menandaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh orang tua dalam memberikan teladan kepada anak, salah satunya melalui kegiatan sosialisasi dengan sang anak. Berikut ini
wawancara yang dilakukan pada 15 April 2009 yang lalu: ”Rasa kasih sayang, tolong menolong dan agama dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Antara lain melakukan sholat berjamaah, sharing dengan anggota keluarga untuk mengatahui permaalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga. Dari itu maka akan dianalisa dan dicari kesalahan sehingga dapat diketahui
jalan keluar dari permasalahan tersebut apa. Orang tua dapat memberikan contoh dan teladan bagi sang anak dan itu wajib
dilakukan, ya untuk menghindarkan diri anak dari hal-hal yang kurang baik bagi anak. Ya kalau anak-anaknya telah dewasa maka orang tua
diusahakan menyediakan buku-buku tentang agama sehingga anak bisa melakukan pembuktian terhadap apa yang telah diucapkan oleh orang
tuanya menurut ajaran agamanya”. Wawancara, 15 April 2009
Cara sama yang dianggap paling efektif dalam memberikan teladan bagi anak adalah dengan memberikan contoh secara langsung kepada
anak. Ini merupakan langkah yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan oleh orang tua. Namun ini kadang kala tidak dapat dilakukan
dengan beberapa alasan. Ini muncul dari pengakuan salah satu informan yang berasal dari kategori anak. Perasaan anak sangat peka terhadap
semua hal yang menimpa dirinya sehingga orang tua diharapkan mampu menjaga perasaan anak.
62
commit to user Kedudukan dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat
primer dan fundamental. Keluarga pada hakikatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih
berada dalam bimbingan dan tanggung jawab orang tuanya. Berikut ini tanggapan salah satu tokoh masyarakat yang ada Kelurahan Sumber,
Bapak Suhali 42 th tentang peran keluarga berkaitan dengan anak. “Keluarga menurut saya ya punya peranan penting. Yang paling
penting adalah peran memberikan contoh kepada anaknya. Tapi peran yang lain juga penting mbak, tapi menurut saya yang terpenting adalah
itu”. Wawancara, 15 April 2009
Ketika orang tua melakukan sesuatu yang kemudian ditiru anak, maka tidak menutup kemungkinan apa yang ditiru anak adalah sesuatu yang
buruk. Bagaimana itu bisa terjadi? Anak adalah peniru yang baik, apalagi anak di bawah usia 3 tahun. Dia akan meniru semua yang dilihat tanpa
menyeleksinya. Manakala apa yang dilihat anak adalah ucapan yang tidak baik, perbuatan yang kasar, sikap yang sombong, maka anakpun akan
meniru demikian. Jika itu yang terjadi maka dapat dikatakan pendidik telah memberikan teladan yang buruk bagi anak.
Terkait dengan fungsi sosial, keluarga memegang peranan penting dalam hal keteladanan kepada anak. Hal ini sesuai dengan peribahasa
“buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Hal ini juga bisa bermakna bahwa sikap serta tingkah laku anak tergantung pada orang tua yang memberikan
contoh. Ketika orang tua memberikan contoh yang baik, maka anak juga akan mencontoh sikap yang baik tersebut. Namun jika orang tua
commit to user memberikan teladan yang buruk maka hampir bisa dipastikan akan
semakin tepat dicontoh oleh sang anak. Hal ini sesuai dengan penuturan dari salah satu informan, Bapak Suhali 42 Th.
“..Ya Mbak…kulo nggih radi ngati-ati pas menehi conto kagem anak kulo. Nopo meneh, sak niki kathah godaan ingkang saged dipun
contoh bocah-bocah. Salah satunggaling coro, kulo mlebetaken putro kulo teng TPA mesjid mriki ..Iya Mbak…Saya juga agak hati-hati
ketika memberikan contoh untuk anak saya. Apalagi sekarang ini banyak godaan yang bisa dicontoh anak-anak. Salah satu cara, saya
memasukkan anak saya di TPA masjid sini”. Wawancara, 15 April 2009
Tabel XI Matrik Sosialisasi Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Tokoh Masyarakat
No Sub Masalah
Hasil Penelitian 1
Isi sosialisasi a. Rasa kasih sayang dan saling tolong menolong terhadap sesama
b. Ajaran agama c. Tata cara berperilaku dan berinteraksi dngan orang lain baik di dalam lingkup
keluarga atau lingkup masyarakat
2 Cara
bersosialisasi tentang ajaran agama
a. Berkumpul dengan anggota keluarga sambil berbincang-bincang dan sharing, jadi ini dilakukan sesering mungkin untuk menumbuhkan sikap keterbukaan
dengan anggota keluarga terutama orang tua b. Sholat berjamaah di rumah secara rutin
c. Sholat berjamaah ini dilakukan sebagai aplikasi dari ajaan-ajaran agama yang disampaikan oleh orang tua kepada anak. Anak terkadang menginginkan hal
yang kongkret yakni tindakan nyata, bukan hanya doktrin-doktrin yang sering didengarkan anak-anak. Ketika ada pembuktian maka menjadi salah satu nilai
plus dari ajaran tersebut. Dan inilah yang dicoba oleh orang tua dalam memberikan teladan bagi anak-anaknya.
d. Menyediakan buku-buku tentang agama untuk anak. Buku-buku agama akan 65
mengimbangi terhadap apa yang mereka dengar dengan apa yang mereka baca. Sehingga niat untuk tetap belajar mencari kebenaran akan selalu ada.
Sumber: Hasil Penelitian
66
commit to user 3 Anak
Sosialisasi adalah proses pewarisan nilai, artinya dalam sosialisasi ini dapat digunakan sebagai media penyiaran informasi tentang fungsi
keluarga, khususnya dalam aspek religiusitas. Ajaran agama dapat diberikan orang tua melalui dua macam yakni sosialisasi dan pendidikan.
Namun cara yang paling sederhana dan mengena adalah cara yang pertama, yakni sosialisasi.
Anak menuturkan sosialisasi yang diberikan orang tuanya terkait dengan aspek religiusitas. Berikut hasil wawancara dengan Imron 7 th.
”Ya ibu selalu memberikan kasih sayang kepada saya, tapi kalau bapak agak jarang soalnya bapak kerja. Ibu selalu menanyakan tentang
kegiatan saya di sekolah, ya saya ceritakan semuanya. Pokoknya ibu baik banget sama saya.
Wawancara, 16 April 2009
Faktor kesibukan menjadi hal yang sulit dihilangkan. Orang tua memiliki kegiatan sendiri, dan hal itu bisa berimbas bagi keharmonisan
keluarga. Fakta di atas menujukkan bahwa seorang anak merasa kurang perhatian karena bapaknya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun hal
itu sedikit tertutupi dengan perhatian sang ibu dalam mendidik dan memberikan kasih sayang kepada buah hati.
Sebagai langkah guna pengkroscekan data di atas, maka peneliti melakukan wawancara dengan salah orang anak di Kelurahan Sumber,
Budi 15. ”Orang tua saya sangat ketat mengawasi saya Mbak. Saya dilarang
bemain setelah pulang sekolah sebelum meminta ijin kepada ibu. Di rumah selalu diterapkan kegiatan sholat berjamaah, setelah itu
salaman. Kata bapak itu untuk meningkatkan keakraban. Tapi saya 67
commit to user juga gak tahu persis, tapi sebagai anak saya harus mematuhi perintah
orang tua asalkan itu baik untuk saya”. Wawancara, 16 April 2009
Pengaruh kebudayaan dari luar memang sulit dibendung. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka harus dimulai dari rumah. Selama ini
generasi muda banyak jadi korban mode karena kurangnya pendidikan moral religi dalam keluarga. Sehingga jangan hanya menyalahkan anak
yang terlalu menjadi korban mode. Karena di rumah orang tua jarang membina anaknya dalam penyaringan kebudayaan barat.
Sebaiknya orang tua sejak dini memberikan nasihat dan teladan bagi anaknya bagaimana seorang muslim muslimah berpakaian baik dan
seperti apa kebudayaan yang ada di Indonesia. Orang tua perlu memberikan contoh yang baik, tidak hanya sekedar omongan belaka.
Mendidik anak harus diiringi kekuatan akhlak yang baik dari para orang tua. Sebab jika tidak, akan memperlemah atau menimbulkan kekecewaan
dan konflik batin dalam diri anak. Bagaimana pun juga, anak akan melihat sikap dan perilaku kedua orang tuanya. Kegigihan orang tua dengan serius
akan memberi suri teladan bagi anak-anaknya, ini adalah pendidikan yang tidak ternilai.
Sekali lagi, orang tua adalah orang pertama yang akan dijadikan contoh hidup bagi anak-anaknya. Mengapa terkadang nasihat-nasihat
orang tua terhadap anak-anaknya tidak pernah dituruti? Bukan berarti nasihat itu buruk, tetapi ada hal lain yang patut dievaluasi. Kemungkinan
besar, anak tahu sifat orang tuanya. Tetapi ada ketidaksesuaian antara apa
commit to user yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Oleh karena itu dari awal
orang tua harus memberikan contoh yang baik dan hati-hati dalam bersikap serta bertingkah laku.
Sosialiasasi yang dilakukan dalam sebuah keluarga merupakan harga mati bagi pendidikan anak. Sosialisasi yang dilakukan keluarga ini
memiliki intensitas yang bereda-beda berikut ini adalah penuturan dari Budi 15 th:
”Saya lebih sering diberikan arahan oleh ibu bila dibanding dengan bapak. Ibu selalu ada ketika saya butuhkan. Tapi saya juga tetap
menghormati bapak, bapak juga memberikan arahan kepada saya. Bapak membimbing saya ketika saya mengalami masalah, namun bila
ditanya lebih sering mana saya berhubungan, maka saya akan menjawab ibu”.
Wawancara 16 April 2009
Namun hal berbeda dituturkan oleh informan lain yang juga berasal dari kategori anak. Berikut ini adalah jawaban dari Imron 7 th kepada
peneliti: ”Saya sangat sayang bapak dan ibu. Bapak dan ibu sangat baik,
Sangay menyayangi saya. Kalau saya salah saya tidak dimarahi tetapi malah diberitahu mana yang salah dan hal yang benar. Bapak dan ibu
sering banget memberitahu saya seperti itu”. Wawancara 16 April 2009
Sehubungan dengan sosialiasasi ajaran agama, pastinya ada hal-hal yang disosialisasikan. Berikut ini yang disampaikan oleh Imron 7 th
kepada peneliti: ”Ya kalau tentang agama yak bapak dan ibu mengajarkan kepada saya
tentang cara sholat. Saya sering bertanya kepada kenapa bapak selalu sholat. Akhirnya saya dijelaskan panjang lebar tentang sholat. Dan
mulai saat itu saya juga dharapkan bisa ikut sholat bersama dengan bapak dan ibu”.
Wawancara 16 April 2009
commit to user Dan selanjutnya Imron juga menjelaskan tentang cara lain yang
digunakan orag tua dalam memberikan pemahaman tentang ajaran agama. Berikut ini adalah penjelasan dari anak berumur 7 tahun tersebut:
”Saya sering diajak bermain dan ngobrol dengan bapak dan ibu di teras rumah. Bapak dan ibu sering memberi saya nasihat bagaimana saya
harus bersikap dengan orang lain terutama dengan orang yang lebih tua, bagaimana caranya bertingkah laku. Bapak dan ibu juga
mengajarkan saya untuk selalu menolong orang yang kesusahan. Pokoknya banyak deh Mbak”.
Wawancara 16 April 2009
Sedangkan Budi, anak berusia 15 tahun menuturkan hal-hal yang disosialisasikan oleh orang tua kepada dirinya:
”Ya kalau dulu orang tua pernah memberikan pengetahuan tentang bagaimana caranya sholat, tata cara puasa, cara bertutur dengan orang
lain dan banyak sekali tata krama yang harus dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat. Dulu pas saya kecil juga diajari tentang
materi pelajaran dan berhitung. Namun Semarang gak lagi saya dapatkan. Mungkin karena saya sudah besar ya Mbak”.
Wawancara 16 April 2009
Hasil penelitian di atas dapat disajikan dalam matrik di bawah ini:
Tabel XII Matrik Sosialisasi Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Anak
No Sub Masalah
Hasil Penelitian 1
Isi sosialisasi dari keluarga
1 Cinta dan kasih sayang terhadap keluarga dan sesama. Ini dilakukan agar anak mempunyai jiwa saling menyayangi dengan orang lain terutama bagi anggota keluarganya.
2 Ajaran agama antara lain tentang tata cara sholat dan berdoa. Ini berhubungna Sang Pencipta sehingga tata caranya tidak boleh salah sedari kecil anak harus ditanamkan sikap suka
bersyukur salah satunya dengan sholat dan berdoa. 3 Pengetahuan umum dan berhitung. Sosialisasi ini kebanyakan dilakukan ketika anak masih
kecil dan memerlukan banyak bimbingan, namun ketika anak sudah dewasa sosialisasi ini juga bisa tetap dilakukan.
2 Cara bersosialisasi
1 Orang tua memberi arahan kepada anak. ini dilakukan ketika orang tua melihat perilaku yang baik dan tidak baik. Orang tua akan menjelaskan dari sisi positif dan negatifnya.
2 Melakukan ngobrol bareng antara anak dan orang tua. Kegiatan sharing ini dilakukan untuk menguatkan pengetahuan anak tentang aspek-aspek religiusitas dalam keluarga. Selain itu
kegiatan ini dapat menjalin kedekatan antara anak dan orang tua. Semakin sering keluarga melakukan sharing maka kedekatan emosional orang tua dan anak akan semakin tebal.
Sumber: Hasil Wawancara
commit to user Uraian di atas bila dikaitkan dengan teori aksi dari Weber adalah
tindakan afektif. Ini meyangkut tentang tingkah laku anak-anak yang dirasa kurang baik karena bertentangan dengan nilai dan norma yang ada
di masyarakat. Anak-anak hanya meniru tindakan dari orang lain dan orang tuanya meskipun apa yang ditirunya kurang baik. Orang tua juga
belum bisa mengatasi permasalahan tersebut karena salah satu sebab adalah perbuatan orang tua yang salah dan dicontoh oleh sang anak.
Namun tindakan yang dilakukan oleh anak tidak sepenuhnya adalah tindakan afektif, tetapi ada pula yang masih sesuai dengan norma dan nilai
yang berlaku. Ini adalah sedikit gambaran tentang perbuatan anak. Ketika dibandingkan dengan perbuatan orang tua, maka terjadi sebaliknya. Orang
tua cenderung melakukan suatu dengan pertimbangan yang matang dan didasarkan kepada nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Sehingga masuk dalam kategori tindakan rasional berorientasi nilai. Hampir semua perbuatan yang dilakukan oleh orang tua itu didasarkan
pada norma meskipun ada beberapa perbuatan yang dilakukan oleh orang tua bertentangan dengan nilai dan norma, salah satunya adalah merokok di
depan anaknya. Ini adalah contoh yang kurang bagus bagi perkembangan anak. Contoh
yang diberikan oleh orang tua karena perbuatan itu mudah ditiru oleh anak dan akhirnya menjadi kebiasaan bagi anak. Padahal kita tahu bahwa
merokok dapat berdampak buruk bagi manusia terutama masalah kesehatan. Orang tua diharapkan mampu memberikan contoh yang baik
commit to user kepada anak. Sebenarnya orang tua boleh merokok, namun etikanya
jangan dilakukan di depan anak-anaknya terutama anak laki-laki. Bisa jadi ini adalah alasan kenapa anak melakukan perbuatan menyimpang. Salah
satunya karena orang tua juga melakukan perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma di masyarakat.
Kasus lain tentang keteladanan orang tua dalam hal ajaran agama juga sesuai dengan teori aksi Weber yang tindakan rasional yang berorientasi
nilai werkrational action yakni setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap orang selalu dilandasi oleh nilai yakni batasan benar atau salah.
Dikatakan demikian karena orang tua berusaha mendidik anak-anaknya agar mereka memiliki kepribadian yang baik dan dapat hidup sejahtera.
Yang menjadi nilai di sini adalah peran dari orang tua. Peran orang tua dalam keluarga adalah sebagai pendidik dan pemberi perlindungan dan
masih banyak lagi peran atau fungsi keluarga yang lain. Yang jelas ketika seseorang melakukan sesuatu pastinya ada dasar di balik pelaksanaannya,
sehingga esensi dari pelaksanaan tindakan ada yakni dasar dan tujuan yang jelas, sehingga target yang dicapai pun juga akan tepat sasaran dan lebih
efektif. Nilai dalam kehidupan sosial masyarakat sangat penting karena akan
menjadi patokan apakah sesuatu yang dilakukannya itu adalah benar atau salah. Nilai ini adalah hasil dari interaksi dengan orang lain, dan dari situ
dapat lahir aturan-aturan yang membatasi seseorang untuk melakukan
commit to user sesuatu salah satunya adalah tindakan untuk memberikan pendidikan
agama kepada anak-anaknya. Dari hasil wawancara di atas maka hampir sama setiap jawaban yang
diberikan oleh setiap informan dengan pertanyaan yang sama. Ini membuktikan bahwa semuanya telah menyadari apa yang melekat dalam
dirinya sehingga mereka dapat melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan. Dan tugas selanjutnya adalah melaksanakan peran-perannya
tersebut dalam kehidupan keluarganya masing-masing. Hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa memang ajaran agama haru
diberikan kepada anak sedini mungkin agar dijadikan sebagai penerang hidup sang anak menjalani hidup. Tetapi anak juga harus diawasi dan
diberikan arahan agar mampu menjalankan roda kehidupan ini dengan baik.
Ada persamaan yang diutarakan oleh ketiga kategori informan di atas. Yakni hal-hal yang perlu disosialisasikan serta cara yang bagaimana yang
dilakukan untuk melakukan sosialisasi dengan orang lain. Hal yang perlu disosialisasikan antara lain rasa kasih sayang, ajaran agama, tata krama dan
sopan santun terhadap orang lain terutama pada orang tua. Adapun jalan atau cara yang ditempuh oleh orang tua dalam
melakukan sosialisasi tentang hal di atas kepada anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan pemberian teladan atau contoh dari orang
tua, pelaksanaan ngobrol bareng atau bisa dikatakan sharing untuk
commit to user mengetahui tentang apa saja yang telah dilakukan anak dan menilai apakah
yang dilakukan oleh anak benar atau kurang benar. Cara-cara tersebut tidak dapat dilakukan secara bersama-sama, oleh
karena itu perlu ada pemilihan metode atau cara tersebut. Mana yang paling mudah dilakukan itulah yang akan dilakukan. Hal ini terkait dengan asumsi
dasar yang dikemukakan oleh Hinkle di mana dalam bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan oleh sebab itu dalam
bertindak manusia manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
Sehubungan dengan sosialisasi tentang ajaran agama di atas, maka menurut Soekanto maka sosialisasi ini dapat masuk dalam kategori sosialisasi
primer, yakni sosialisasi yang terjadi pada anak yang masih kecil atau usianya sangat muda. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan lingkungan sosialnya pada
anak dan merupakan proses berlangsungnya kepribadian anak. Kegiatan ini mayoritas dilakukan dalam sebuah keluarga, dan proses ini berlangsung secara
bertahap dan berkesinambungan. Sosialisasi primer ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa
keingintahuan pada anak tentang suatu hal. Sehingga anak akan merasa terangsang dan mulai menerapkan karena rasa penasaran anak akan semakin
besar ketika tidak anak cepat terlaksana. Salah satu yang menjadi bahan dari sosialisasi orang tua kepada anak adalah kasih sayang. Kasih sayang tidak
akan ditemukan di tempat lain kecuali di dalam sebuah keluarga yang harmonis.
commit to user
B. Pengaruh Religiusitas Orang Tua Kepada Anak