PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON.

(1)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP

PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Rhizka Indriantika Destiyanti 1001680

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP

PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Oleh

Rhizka Indriantika Destiyanti 1001680

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rhizka Indriantika Destiyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN RHIZKA INDRIANTIKA DESTIYANTI

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Prof. Dr. Achmad Hufad, M.A 195501011981011001

Pembimbing II

Dra. Wilodati, M.Si 196801141992032002

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi

Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D 196804031991032002


(4)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI INI DIUJI PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2014

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS : Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Karim Suryadi., M.Si NIP. 197008141994021001

Sekretaris : Ketua Program studi Pendidikan Sosiologi Hj. Siti Komariah., M.Si., Ph.D

NIP. 196804031991032002 Penguji :

Penguji I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil P, M.Si NIP. 196103231986031002

Penguji II

Dr. Elly Malihah., M. Si NIP. 196604251992032002

Penguji III

Dr. Hj. Siti Nurbayani K, M.Si NIP. 197007111994032002


(5)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK ... 10

A. Status Sosial Ekonomi ... 10

1. Pengertian Status Sosial ... 10

2. Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 11

3. Faktor Status Sosial Ekonomi ... 13

B. Keluarga ... 15

1. Pengertian Keluarga ... 15

2. Tujuan Keluarga ... 16

3. Fungsi Keluarga ... 17


(6)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN

C. Pendidikan ... 19

1. Pengertian Pendidikan ... 19

2. Fungsi Pendidikan ... 20

3. Macam-macam Pendidikan ... 21

4. Pendidikan di Indonesia ... 23

D. Teori Stratifikasi ... 24

E. Pengertian Pembelajaran Sosiologi ... 29

F. Penelitian Terdahulu ... 32

G. Kerangka Pemikiran ... 35

H. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 38

a. Populasi ... 38

b. Sampel dan Teknik Sampling ... 39

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional Variabel ... 42

1. Status Sosial Ekonomi ... 43

2. Tingkat Pendidikan ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Jenis Instrumen ... 44

2. Skala Pengukuran ... 46

3. Teknik Skoring ... 47

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 48

1. Uji Coba Instrumen ... 48

2. Uji Validitas ... 48


(7)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

1. Metode Angket atau Kuesioner ... 55

2. Metode Observasi ... 56

3. Metode Dokumentasi ... 57

H. Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Perbutulan ... 63

a. Faktor Pekerjaan ... 63

b. Faktor Pendidikan ... 66

c. Faktor Pendapatan ... 68

d. Faktor Pemilikan ... 70

e. Variabel Status Sosial Ekonomi ... 72

2. Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 74

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 76

a. Analisis Korelasi ... 76

b. Koefisien Determinasi (KD)... 77

c. Uji Hipotesis Uji t ... 78

B. Pembahasan ... 79

1. Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Perbutulan ... 79

2. Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 82

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 84


(8)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Simpulan... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 97 RIWAYAT HIDUP


(9)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkat dan Usia Pendidikan………...………...……… 22

2.2 Penelitian Terdahulu……..………. 32

3.1 Data Usia Wajib Bersekolah di Kelurahan Perbutulan………...…… 39

3.2 Kisi-kisi Instrumen untuk Status Sosial Ekonomi………..…… 46

3.3 Kisi-kisi Instrumen untuk Tingkat Pendidikan……….………... 46

3.4 Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Status Sosial Ekonomi…… 50

3.5 Rekapitulasi besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Status Sosial Ekonomi……….….. 51 3.6 Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Tingkat Pendidikan……... 52 3.7 Rekapitulasi besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Tingkat Pendidikan... 52

3.8 Kriteria Reliabilitas………...………...…….. 54

3.9 Reliabilitas Instrumen Status Sosial Ekonomi………... 54

3.10 Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikan……..……….... 55

3.11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi...……..……… 61

3.12 Kriteria Penilaian Prosentase/Skor……….……..………..…. 62

4.1 Perhitungan Statistik………. 63


(10)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN 4.3 Kategorisasi Faktor Pekerjaan……….……….. 64

4.4 Perhitungan Statistik……….. 66

4.5 Interval Pengkategorian………. 66

4.6 Kategorisasi Faktor Pendidikan………..………... 67

4.7 Perhitungan Statistik………...………... 68

4.8 Interval Pengkategorian………...………... 68

4.9 Kategorisasi Faktor Pendapatan………..………..…. 69

4.10 Perhitungan statistik………. 70

4.11 Interval pengkategorian……… 70

4.12 Kategorisasi Faktor Pemilikan…….………..……….. 71

4.13 Perhitungan statistik………... 72

4.14 Interval Pengkategorian………...……….... 72

4.15 Kategorisasi Variabel Status Sosial Ekonomi………. 73

4.16 Perhitungan statistik……….... 74

4.17 Interval Pengkategorian……….. 75

4.18 Kategorisasi Variabel Tingkat Pendidikan...……….. 75


(11)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir……….36 3.1 Variabel Penelitian……….………..43


(12)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Faktor Pekerjaan………. 65

4.2 Faktor Pendidikan……..………. 67

4.3 Faktor Pendapatan……….….. 69

4.4 Faktor Pemilikan……….……….... 71

4.5 Gambaran Umum Status Sosial Ekonomi……….………... 73

4.6 Gambaran Umum Tingkat Pendidikan……….. 76


(13)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Surat-surat Penelitian Lampiran 02 Instrumen Penelitian Lampiran 03 Angket Uji Coba Penelitian Lampiran 04 Angket Penelitian

Lampiran 05 Data Uji Coba Penelitian Lampiran 06 Hasil Uji Validitas Lampiran 07 Data Penelitian Lampiran 08 Hasil Analisis Data Lampiran 09 Foto-foto Penelitian


(14)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Peneliti memilih melakukan penelitian di rumah ibu Hj. Oom karena di tempat itulah dianggap dapat menggambarkan penelitian si peneliti. Lokasi penelitian tersebut dipilih karena di Kelurahan Perbutulan ini terdapat beberapa keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah dan hampir semuanya memilih bekerja daripada meneruskan pendidikan. Permasalahan yang sangat terlihat adalah ketika anak-anak yang seharusnya bersekolah, namun disini mereka lebih memilih membantu orangtuanya bekerja diusaha yang dimiliki masyarakat kalangan atas. Secara demografis, sebelum Sumber menjadi ibukota Kabupaten Cirebon, Perbutulan berstatus desa. Namun sejak Sumber menjadi ibukota Kabupaten Cirebon, Perbutulan berstatus menjadi Kelurahan. Perbutulan mungkin merupakan kelurahan/desa terkecil di Kabupaten Cirebon. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliwadas, lalu berbatasan dengan Desa Watubelah (utara), Kelurahan Sumber (selatan), dan Desa Gegunung (timur). Dengan Gegunung dipisahkan oleh Sungai Cipager, yang berhulu di Gunung Ciremai. Perbutulan dibelah oleh jalan raya yang menghubungkan Sumber dengan Plered, Kecamatan Weru.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling a) Populasi

Arikunto (1998, hlm. 115) mengemukakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sugiyono (2008, hlm. 80) mengemukakan bahwa,

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(15)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anak-anak yang usianya wajib bersekolah yaitu SD, SMP, dan SMA (7-18 tahun) yang berjumlah 195 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

DATA USIA WAJIB BERSEKOLAH DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Sumber : diolah oleh Penulis, Juli 2014 b) Sampel dan Teknik Sampling

Arikunto (1998, hlm. 117) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili. Sugiyono (2013, hlm. 118) mengemukakan bahwa, “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

Sugiyono (2013, hlm. 120) mengemukakan bahwa, “Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil orang-orang terpilih atau menentukan sendiri sampel yang diambil dengan pertimbangan

No Jenjang Sekolah Jumlah anak

1 SD 76 orang

2 SMP 37 orang

3 SMA 82 orang


(16)

tertentu. Jadi, sampel ditentukan sendiri oleh peneliti, tidak diambil secara acak dan tingkatan yang diambil adalah lulusan SD, SMP dan SMA.

Radiani (dalam Martono, 2010, hlm.38) memberikan gambaran rumus pintas untuk perhitungan besaran sampel, yaitu sebagai berikut :

Keterangan : n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah populasi

= nilai presisi yang ditetapkan

Dalam objek penelitian ini populasinya diketahui sebanyak 195orang, dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar = 15%.

Karena jumlah sampel sebesar 36,19 maka dibulatkan menjadi 36 responden (orang).

B. Desain Penelitian

Martono (2011, hlm. 131) mengemukakan bahwa,

Desain Penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usulan penelitian) adalahpenjelasan mengenai berbagai komponen yang akan digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian.

Penyusunan desain penelitian merupakan tahap awal dan tahap yang sangat penting dalam proses penelitian. Penelitian awal pada proses penelitian yang akan dilakukan seseorang adalah pada desain penelitiannya. Desain penelitian dapat menggambarkan sejauhmana kesiapan kita dalam melakukan penelitian. Desain


(17)

penelitian berfungsi sebagai arah dan pedoman bagi peneliti mengenai apa yang harus dilakukan di lapangan, data apa saja yang harus dikumpulkan, bagaimana cara menganalisis data, dan desain penelitian akan menentukan hasil apa yang harus dicapai setelah menyelesaikan proses penelitian.

Desain penelitian mencakup proses-proses berikut : 1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian 2. Pemilihan kerangka konseptual

3. Memformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis 4. Membangun penyelidikan atau percobaan

5. Memilih serta mendefinisikan pengukuran variabel-variabel 6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan 7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data

8. Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data 9. Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik, dan

10. Penulisan laporan hasil penelitian. C. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode juga besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang mendasar pada pemecahan masalah juga berdasarkan pada fakta-fakta dan kenyataan gambaran secara sistematik tentang situasi yang terjadi pada saat sekarang ini dan memusatkan pada kondisi objek permasalahan aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut Nazir (2005, hlm. 54), mengemukakan bahwa :

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat


(18)

deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Sugiyono (2009, hlm. 21) mengemukakan bahwa, “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”Peneliti mengambil metode deskriptif analitis karena ingin mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak. Dengan metode penelitian deskriptif analitis maka peneliti akan lebih jelas mengenai gambaran umum dari pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak, karena penelitian deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.

Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini disebut pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode dan pendekatan ini digunakan untuk melihat pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak.

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam setiap penelitian pasti terdapat variabel penelitian. Jumlah variabel penelitian bisa hanya satu namun juga bisa lebih dari satu. Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep adalah abstraksi atau penggambaran dari fenomena tertentu. Variabel sering disebut juga sebagai obyek atau masalah penelitian. Variabel penelitian pada hakikatnya merupakan konsep yang nilainya ingin diketahui oleh peneliti. Arikunto (2006, hlm. 118) mengemukakan bahwa, “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

Variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sugiyono (2011, hlm. 64) mengemukakan bahwa, “Variabel independen disebut variabel bebas, variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel


(19)

dependen (terikat)”. Sedangkan Sugiyono (2011, hlm. 64) mengemukakan bahwa, “Variabel dependen disebut variabel terikat, variabel terikat variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dalam penelitian ini menetapkan pengaruh status sosial ekonomi sebagai variabel independen atau variabel bebas (X) dan tingkat pendidikan sebagai variabel dependen atau variabel terikat (Y).

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

1. Status Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Narwoko&Susanto (2007, hlm. 156) mengemukakan bahwa,

Status sosial itu sendiri adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi.

Beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat, yaitu :

a) Tingkat pendidikan b) Jenis pekerjaan c) Tingkat pendapatan d) Keadaan rumah tangga e) Tempat tinggal

f) Kepemilikan kekayaan g) Jabatan dalam organisasi h) Aktivitas ekonomi

Pengaruh

Status Sosial

Ekonomi

Tingkat

Pendidikan


(20)

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang ilmu pengetahuan yang didapat dari lembaga pendidikan formal terakhir. Notoatmodjo (2003, hlm. 16) mengemukakan bahwa,

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik indiviu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat di bangku sekolah umum. Tingkat pendidikan seseorang dikatakan rendah bila hanya mampu menamatkan paling tinggi adalah sampai SMP/sederajat. Tingkat pendidikan menengah apabila mampu menamatkan SMU/sederajat. Tingkat pendidikan tinggi bila tamat atau tidak tamat akademi atau perguruan tinggi.

E. Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya memahami masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada dasanya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 146) mengemukakan bahwa, “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Instrumen penelitian menempati kedudukan penting dalam penelitian, karena keberhasilan suatu penelitian dipengaruhi pula oleh intsumen yang digunakan.

Nana Sudjana (dalam Suharsaputra, 2012, hlm. 94-95) mengemukakan bahwa,

Dalam penyusunan instrumen penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel harus jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.


(21)

b. Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.

c. Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitas

d. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.

e. Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Secara umum terdapat beberapa jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan oleh seorang peneliti, yaitu tes, kuesioner, dan skala. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain secara tertulis. Arikunto (2010, hlm. 194) mengemukakan bahwa, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan Sugiyono (2013, hlm. 199) mengemukakan bahwa, “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Tipe kuesioner yang digunakan adalah self-Administarted Questionnaire, yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Terdapat dua alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data subjek penelitian yaitu alat ukur status sosial ekonomi dan alat ukur tingkat pendidikan anak. Penyusunan pengumpulan data dimulai dengan membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan aspek yang diukur, yaitu status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan anak. Kemudian kisi-kisi instrumen dinilai kelayakannya oleh dosen pembimbing. Kisi-kisi instrumen mencakup penjabaran variabel yang akan diungkap menjadi aspek dan indikator. Kisi-kisi instrumen pada variabel status sosial ekonomi, aspek yang digunakan adalah kebutuhan sosial. Ada beberapa indikator kebutuhan sosial diantaranya : a. Pekerjaan


(22)

b. Pendidikan c. Pendapatan d. Pemilikan

Sedangkan kisi-kisi instrumen pada variabel tingkat pendidikan, aspek yang digunakan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi. Ada beberapa indikator kebutuhan sosial diantaranya :

a. Keluarga b. Lingkungan c. Teman sebaya

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen untuk Status Sosial Ekonomi

Variabel Aspek Indikator No. Pernyataan

Status Sosial Ekonomi (SSE)

Kebutuhan Sosial

Pekerjaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 Pendidikan 12, 13, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20 Pendapatan 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27 Pemilikan 28, 29, 30 Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen untuk Tingkat Pendidikan

Variabel Aspek Indikator No. Pernyataan

Tingkat pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Keluarga 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 Lingkungan 9, 10, 11

Teman sebaya

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

2. Skala Pengukuran

Pengukuran dan penyusunan instrumen penelitian menjadi penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian kuantitaif. Pengukuran tidak bisa dilakukan sembarangan, sebab memerlukan keterkaitan antara konsep dengan pelaksanaan penelitian. Dalam suatu penelitian sosial, Effendi (dalam Suharsaputra, 2012, hlm. 71-72) mengemukakan bahwa,


(23)

Proses pengukuran adalah rangkaian dari empat aktivitas, yakni : 1. Menentukan dimensi konsep penelitian;

2. Rumusan ukuran untuk masing-masing dimensi (pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi);

3. Tentukan tingkat ukuran yang akan digunakan (Nominal, Ordinal, Interval, Rasio);

4. Tentukan tingkat kesahihan dan keajegan dari alat pengukur.

Skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala Likert. Djaali (2008, hlm. 28) mengemukakan bahwa, “Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan”.

Skala Likert juga adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Alreck dan Seetle (dalam Suharsaputra, 2012, hlm 82-83) mengemukakan bahwa,

Beberapa kriteria sebagai rambu-rambu dalam menyusun skala sikap yaitu : a. Skala sikap/Likert sebaiknya menggunakan banyak item ketimbang, satu atau

dua item.

b. Skala sikap sebaiknya dapat mengidentifikasi atau menyusun pernyataan yang bersifat pendapat khas akan suatu isu/objek sikap.

c. Skala sikap sebaiknya disusun bervariasi (negatif/positif) sehingga dapat menggambarkan rentang yang memadai akan isu/objek sikap.

d. Harus dipastikan secara rasional bahwa responden tidak akan hanya mengambil pendapat netral.

e. Bila skor dijumlahkan sebaiknya jumlah pernyataan pro/positif dan kontra/negatif harus seimbang.

Untuk menentukan nilai pencapaian tingkat pendidikan anak pada skala pengukuran ini menggunakan skala lima pilihan. Lima pilihan tersebut merupakan jawaban terhadap item berbentuk pernyataan. Pilihan jawabannya antara lain terdiri dari sangat setuju (SS), setuju(S), ragu-ragu(RR), tidak setuju(TS), dan sangat tidak setuju(STS).

3. Teknik Skoring

Skala yang dipakai dalam penelitian merupakan skala likert, yang tersusun atas beberapa item-item dengan rentang skala 5. Item tersebut berupa pernyataan


(24)

yang positif maupun yang negatif. Untuk item positif, rentang skalanya diberikan skor sebagai berikut :

a. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju. b. Skor 4 diberikan untuk jawaban setuju. c. Skor 3 diberikan untuk jawaban ragu-ragu. d. Skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju.

e. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju.

Sedangkan untuk item negative, rentang skalanya diberikan skor sebagai berikut : a. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat setuju.

b. Skor 2 diberikan untuk jawaban setuju. c. Skor 3 diberikan untuk jawaban ragu-ragu. d. Skor 4 diberikan untuk jawaban tidak setuju.

e. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju. F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian, uji coba instrumen dilakukan untuk dapat memperoleh nilai validitas dan reliabilitas dari instrumen pengumpulan data mengenai Status Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan. Instrumen pengumpulan data akan menentukan baik atau tidaknya data, yang dapat menentukan kualitas dari hasil penelitian. Oleh karena itu, instrumen pengumpulan data yang baik harus memenuhi dua persyaratan dalam pengujian hasil yang diteliti, yaitu valid dan reliabel.

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber pada tanggal 09 September 2014 dengan sampel 36 orang. 2. Uji Validitas

Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Arikunto (2010, hlm. 211) mengemukakan bahwa,

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti


(25)

memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kenneth Bailey (dalam Suharsaputra, 2012, hlm. 99) mengemukakan bahwa, “Ada tiga jenis utama validitas yaitu: Face Validity, Criterion Validity, Construct Validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity”.Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi pearson product moment.

Koefisien korelasi product moment dikembangkan oleh Karl Pearson. Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengetahui derajat keeratan dua variabel yang memiliki skala pengukuran minimal interval. Somantri dan Muhidin (2006, hlm. 231) mengemukakan bahwa, “Bila pada perhitungan korelasi Spearman yang dikorelasikan adalah data peringkatnya (rangking), maka pada korelasi product moment data observasinya yang dikorelasikan. Koefisien korelasi product moment diperoleh dengan rumus :

Dimana:

= koefisien korelasi = jumlah skor item

= jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t. Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.81) dengan rumus sebagai berikut :


(26)

Dimana :

= nilai

r = nilai Koefisien Korelasi n = jumlah sampel.

distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusan: jika > berarti valid, sebaliknya

< berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteri penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) seperti menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.83) diantaranya sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799: tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599: cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399: rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199: sangat rendah (tidak valid)

Berdasarkan rumus perhitungan uji validitas yaitu korelasi pearson product moment, maka diperoleh hasil perhitungan uji validitas item pernyataan (angket) Status Sosial Ekonomi dan item pernyataan (angket) Tingkat Pendidikan sebagai berikut :

a. Validitas variabel X (Status Sosial Ekonomi)

Hasil perhitungan variabel X yaitu mengenai Status Sosial Ekonomi diperoleh hasil 21 item pernyataan valid dan 9 item pernyataan yang tidak valid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 4

Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Status Sosial Ekonomi

Validitas No. Item Jumlah


(27)

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 27, 29 Tidak Valid 2, 8, 9, 10, 21, 22, 26, 28,

30

9

Tabel 3.5

Rekapitulasi Besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Status Sosial Ekonomi No. Item Besarnya Nilai r Hasil Uji

1 0,335 Valid

2 0,041 Tidak valid

3 0,488 Valid

4 0,343 Valid

5 0,347 Valid

6 0,374 Valid

7 0,463 Valid

8 -0,300 Tidak valid

9 0,200 Tidak valid

10 0,217 Tidak valid

11 0,369 Valid

12 0,374 Valid

13 0,361 Valid

14 0,566 Valid

15 0,480 Valid

16 0,469 Valid

17 0,347 Valid

18 0,394 Valid

19 0,413 Valid

20 0,457 Valid


(28)

22 0,288 Tidak valid

23 0,372 Valid

24 0,467 Valid

25 0,398 Valid

26 0,267 Tidak valid

27 0,481 Valid

28 0,241 Tidak valid

29 0,351 Valid

30 0,044 Tidak valid

Sumber :Hasil olah data penulis b. Validitas variabel Y (Tingkat Pendidikan)

Hasil perhitungan variabel Y yaitu mengenai Tingkat Pendidikan diperoleh hasil 17 item pernyataan valid dan 3 item pernyataan yang tidak valid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 6

Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Tingkat Pendidikan

Validitas No. Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19

17

Tidak Valid 6, 17, 20 3

Tabel 3.7

Rekapitulasi Besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Tingkat Pendidikan No. Item Besarnya Nilai r Hasil Uji

1 0,338 Valid

2 0,365 Valid

3 0,344 Valid

4 0,516 Valid


(29)

6 0,063 Tidak valid

7 0,700 Valid

8 0,520 Valid

9 0,348 Valid

10 0,662 Valid

11 0,360 Valid

12 0,446 Valid

13 0,460 Valid

14 0,330 Valid

15 0,368 Valid

16 0,468 Valid

17 0,310 Tidak valid

18 0,380 Valid

19 0,608 Valid

20 0,034 Tidak valid

Sumber :Hasil olah data penulis

3. Uji Reliabilitas

Bungin (2010, hlm. 96) mengemukakan bahwa, “Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Mendesain instrumen penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap peneliti. Hal ini karena peneliti tidak ingin proses pengumpulan data akan gagal karena peneliti memiliki instrumen yang buruk. Selain itu karena instrumen penelitian (khususnya adalah angket) adalah wakil satu-satunya peneliti dilapangan sehingga keterpercayaan instrumen penelitian sebagai alat yang betul-betul mewakili peneliti, benar-benar tidak dapat diabaikan. Alat ukur dikatakan memiliki ketepatan, apabila alat ukur tersebut jelas, mudah dimengerti dan terperinci.


(30)

Rentang koefisien reliabilitas berada 0-1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, jika koefisien semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.

Dalam pengujian reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan formula

Cronbach’s Alpha yang dihitung pada item-item yang telah valid dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20. Besar koefisien reliabilitas diinterprestasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interprestasi Antara 0,81 sampai dengan 1,000

Antara 0,61 sampai dengan 0,800 Antara 0,41 sampai dengan 0,600 Antara 0,21 sampai dengan 0,400

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sumber : Arikunto 2006 a. Instrumen Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formula Cronbach’s Alpha diperoleh koefisien reliabilitas instrumen Status Sosial Ekonomi sebesar 0,665. Berdasarkan koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa instrumen Status Sosial Ekonomi tinggi. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.9

Reliabilitas Instrumen Status Sosial Ekonomi

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(31)

b. Instrumen Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil perhitugan dengan menggunakan formula Cronbach’s Alpha diperoleh koefisien reliabilitas instrumen Tingkat Pendidikan sebesar 0,707. Berdasarkan koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa instrumen Tingkat Pendidikan tinggi. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.10

Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikann

Sumber: Hasil olah data SPSS 20 G. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (dalam Riduwan dan Sunarto, 2012, hlm. 24) mengemukakan bahwa, “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak, diantaranya adalah :

1. Metode Angket atau Kuesioner

Angket atau kuisioner digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel. Riduwan (2012, hlm. 25-26) mengemukakan bahwa,

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(32)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Sugiyono (2011. hlm. 192) mengemukakan bahwa, “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2011. hlm. 193) mengemukakan bahwa, “Ada beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu : prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik”.

Peneliti memakai metode angket atau kuisioner tujuannya untuk mencari informasi yang lengkap mengenai pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak tanpa merasa khawatir responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Penelitian status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak memakai angket tertutup (angket berstruktur). Riduwan (2012, hlm. 27) mengemukakan bahwa,

Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√)

Dengan begitu peneliti dapat mengetahui bagaimana pengaruh dan karakteristik dari responden melalu pengisian angket tertutup ini.

2. Metode Observasi (Pengamatan)

Hadi (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 196) mengemukakan bahwa, “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis”. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Nasution (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 64) mengemukakan bahwa, „Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,


(33)

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi‟. Faisal (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 64) mengemukakan bahwa, “Mengklasifikasikan observasi kedalam tiga jenis yaitu, observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tak berstruktur”.

Riduwan (2012, hlm. 30) mengemukakan bahwa, “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek peneliti untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi ke rumah-rumah untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi yang ada di desa tersebut. Peneliti juga mengunjungi sekolah yang ada di sekitar desa tersebut untuk mengetahui kondisi sekolah dan minat anak-anak dalam bersekolah. Dan peneliti juga mengunjungi pabrik konveksi untuk mengetahui seberapa banyak anak usia sekolah yang bekerja disana. Sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak.

3. Metode Dokumentasi

Arikunto (2010, hlm. 274) mengemukakan bahwa, “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

H. Analisis Data

Sugiyono (2013, hlm. 207) mengemukakan bahwa, “Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Prasetyo dan Jannah (2010, hlm 171) mengemukakan bahwa, Tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut :


(34)

Data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuisioner) ke dalam bentuk yang mudah dibacaolehpengolah data seperti komputer.

2. Pemindahan data ke komputer (data entering).

Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data.

3. Pembersihan data (data cleaning).

Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

4. Penyajian data (data output)

Data output adalah hasil pengolahan data. 5. Penganalisisan data (data analyzing)

Penganalisisan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisinya. Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik. Dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak yang digunakan ialah analisis statistik, diantaranya:

a. Perhitungan prosentase

Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis prosentase dengan menggunakan formula. Formula prosentasenya sebagai berikut:

Keterangan:

p = prosentase

f = data yang di dapatkan n = jumlah seluruh data 100% = bilangan konstan b. Hubungan antar variabel


(35)

Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel maka diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel. Skala pengukuran diperlukan dalam menganalisis variabel, dan untuk mengkasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Djaali (2008, hlm. 28) mengemukakan bahwa, “Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan”.

c. Analisis data yang dilakukan setelah data responden sudah terkumpul

Teknik analisis data yang digunakan diarahkan untuk menjawab setiap rumusan masalah. Ada tiga rumusan masalah dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian pendidikan. Di bawah ini dipaparkan rumusan masalah dan cara mengolah data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1) Untuk mengetahui seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

Teknik statistik yang digunakan yaitu uji mean dan standard deviation. Setelah mendapat skor mean dan standard deviation, kemudian dibuat kategorisasi skor untuk dijadikan acuan atau norma dalam tingkat pengelompokkan status sosial ekonomi keluarga. Supranto (2000, hlm.50) mengemukakan bahwa,

Pengkategorian ini dapat diperoleh dengan menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan interval serta jarak interval sebagai berikut :

Nilai Maksimum = Skor Tertinggi Nilai Minimum = Skor Terendah

Interval =

Penentuan kategori (range)

Nilai minimum + interval Kategori Rendah Nilai kategori rendah +

interval

Kategori Sedang Nilai kategori sedang + Kategori Tinggi


(36)

interval

Sumber : Supranto (2000, hlm.50) Dengan metode tersebut diperoleh hasil analisis frekuensi jawaban responden untuk setiap item yang akan di uraikan dengan menggunakan tabel frekuensi. 2) Untuk mengetahui tingkat pendidikan anak-anak di Kelurahan Perbutulan

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

Teknik statistik yang digunakan pada rumusan masalah ini sama dengan teknik statistik yang digunakan pada rumusan masalah pertama, yaitu uji mean dan standard deviation. Setelah mendapat skor mean dan standard deviation, kemudian dibuat kategorisasi skor untuk dijadikan acuan atau norma dalam tingkat pengelompokkan tingkat pendidikan. Supranto (2000, hlm.50) mengemukakan bahwa,

Pengkategorian ini dapat diperoleh dengan menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan interval serta jarak interval sebagai berikut :

Nilai Maksimum = Skor Tertinggi Nilai Minimum = Skor Terendah

Interval =

Penentuan kategori (range)

Nilai minimum + interval Kategori Rendah Nilai kategori rendah +

interval

Kategori Sedang Nilai kategori sedang +

interval

Kategori Tinggi

Sumber : Supranto (2000, hlm.50) Dengan metode tersebut diperoleh hasil analisis frekuensi jawaban responden untuk setiap item yang akan di uraikan dengan menggunakan tabel frekuensi. 3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga

terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

Rumus statistik yang digunakan ialah rumus spearmen rank. Menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.74) rumus spearmen rank sebagai berikut :


(37)

Dimana :

= Koefisien Korelasi Spearman’s rank n = Jumlah Sampel

= Selisih Rank variabel X dan Y

Peneliti dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya suatu hubungan dengan melihat besarnya koefisien korelasi. Berikut ini adalah pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi:

Tabel 3.11

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2008, hlm 257) Setelah mengetahui besaran koefisien korelasi, selanjutnya menghitung uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar varian yang terjadi pada variabel Y turut ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel X. Dalam penelitian ini, variabel X yaitu Status Sosial Ekonomi dan variabel Y yaitu Tingkat Pendidikan. Adapun menurut Furqon (2011, hlm.100) rumus uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien korelasi


(38)

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria penafsiran nilai prosentase menurut Effendi dan Manning (1991, hlm 263) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Kriteria Penilaian Prosentase/Skor

Prosentase Kriteria

100 % Seluruhnya

75 % - 99 % Sebagian besar

51 % - 74 % Lebih besar dari setengahnya

50 % Setengahnya

25 % - 49 % Kurang dari setengahnya

1 % - 24 % Sebagian kecil

0 % Tidak ada/tak seorang pun

Sumber: Effendi dan Manning 1991 Kemudian dapat dilakukan uji signifikan untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak, dengan rumus sebagai berikut :

(Sugiyono, 2013, hlm.250) Keterangan :

t = thitung

n = jumlah sampel

r = nilai koefisien korelasi rhitung

Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria

pengujian :

Jika thitung > dari ttabel maka signifikan


(39)

Kesimpulannya, jika thitung > dari ttabel, maka koefisien korelasinya signifikan

dan menyatakan adanya pengaruh secara parsial antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).


(40)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Di bawah ini merupakan analisis data secara statistik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

2. Sejauhmana tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Di bawah ini akan dipaparkan perhitungan statistik status sosial ekonomi di Kelurahan Perbutulan yang dibagi ke dalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan, faktor pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pemilikan. Yang pertama akan dibahas ialah faktor pekerjaan dan selanjutnya faktor-faktor berikutnya.

a. Faktor Pekerjaan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pekerjaan 36 17.00 28.00 23.0556 1.99921

Valid N (listwise) 36


(41)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pekerjaan adalah sebesar 23,06, standar deviation sebesar 1,99, nilai maksimum sebesar 28, dan nilai minimum sebesar 17. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pekerjaan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 28

Nilai Minimum = 17

Range 28 – 17 = 11

Interval 11 : 3 = 3,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Interval pengkategorian

Batas Kategori

17 – 20,6 Rendah 20,7 – 24,3 Sedang 24,4 - 28 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pekerjaan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Kategorisasi faktor pekerjaan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pekerjaan

Tinggi 8 22,22

Sedang 26 72,22

Rendah 2 5,56

Jumlah 36 100


(42)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pekerjaan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.1 Aspek Pekerjaan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pekerjaan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar (72,22%) reponden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak (22,22%), dan responden dengan kategori rendah sebanyak (5,56%). Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan kategori sedang (72,22%) dengan skor rata-rata 23,06.


(43)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

b. Faktor Pendidikan

Pada faktor pendidikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendidikan 36 19.00 37.00 29.0556 3.99245

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendidikan adalah sebesar 29,06, standar deviation sebesar 3,99, nilai maksimum sebesar 37, dan nilai minimum sebesar 19. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 37

Nilai Minimum = 19

Range 37 – 19 = 18

Interval 18 : 3 = 6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.5

Interval pengkategorian

Batas Kategori

19 – 25,0 Rendah 25,1 – 31,0 Sedang 31,1 – 37 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :


(44)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Tabel 4.6

Kategorisasi faktor pendidikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendidikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 18 50

Rendah 7 19,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendidikan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.2 Faktor Pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendidikan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa setengah (50%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (19,4%). Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi pendidikan kategori sedang (50%) dengan skor rata-rata 29,05.


(45)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

c. Faktor Pendapatan

Pada faktor pendapatan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendapatan 36 12.00 18.00 15.4722 1.73182

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendapatan adalah sebesar 15,47, standar deviation sebesar 1,73, nilai maksimum sebesar 12, dan nilai minimum sebesar 18. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendapatan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 18

Nilai Minimum = 12

Range 18 – 12 = 6

Interval 6 : 3 = 2

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendapatan sebagai berikut :

Tabel 4.8

Interval pengkategorian

Batas Kategori

12 – 14,0 Rendah 14,1 – 16,0 Sedang 16,1 – 18 Tinggi


(46)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendapatan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.9

Kategorisasi faktor pendapatan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendapatan

Tinggi 10 27,78

Sedang 17 47,22

Rendah 9 25

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendapatan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.3 Faktor Pendapatan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendapatan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa hampir setengah (47,22%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (27,78%), dan dengan kategori rendah sebanyak (25%). Maka rata-rata responden di


(47)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang (47,22%) dengan skor rata-rata 15,47.

d. Faktor Pemilikan

Pada faktor pemilikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pemilikan 36 2.00 5.00 4.1944 .66845

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pemilikan adalah sebesar 4,19, standar deviation sebesar 0,66, nilai maksimum sebesar 5, dan nilai minimum sebesar 2. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pemilikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 5

Nilai Minimum = 2

Range 5 – 2 = 3

Interval 3 : 3 = 1

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pemilikan sebagai berikut :

Tabel 4.11

Interval pengkategorian

Batas Kategori

2 – 3,0 Rendah 3,1 – 4,0 Sedang 4,1 – 5 Tinggi


(48)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pemilikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 4.12

Kategorisasi faktor pemilikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pemilikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 22 61,1

Rendah 3 8,3

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pemilikan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.4 Faktor Pemilikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pemilikan, dari tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa lebih dari setengah (61,1%) dari responden memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan dengan kategori rendah sebanyak (8,3%).


(49)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang (61,1%) dengan skor rata-rata 4,19.

e. Variabel Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Status Sosial Ekonomi 36 64.00 81.00 71.7778 4.28360

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel status sosial ekonomi adalah sebesar 71,78, standar deviation 4,28, nilai maksimum 81 dan nilai minimum 64. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel status sosial ekonomi dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 81

Nilai Minimum = 64

Range 81 – 64 = 17

Interval 17 : 3 = 5,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian variabel status sosial ekonomi sebagai berikut :

Tabel 4.14

Interval pengkategorian

Batas Kategori

64 – 69,6 Rendah 69,7 – 75,3 Sedang 75,4 – 81 Tinggi


(50)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Selanjutnya Jawaban responden terhadap variabel status sosial ekonomi diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.15

Kategorisasi Status Sosial Ekonomi

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Status Sosial Ekonomi

Tinggi 7 19,4

Sedang 17 47,2

Rendah 12 33,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel status sosial ekonomi akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.5

Gambaran umum variabel Status Sosial Ekonomi

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dalam kategori


(51)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

sedang sebanyak (47,2%). Sedangkan hanya sebagian kecil respoden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi sebanyak (19,4%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (33,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki status sosial ekonomi keluarga yang tergolong sedang (47,2%) dengan skor rata-rata 71,78.

2. Pencapaian Tingkat Pendidikn Anak di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tingkat Pendidikan 36 43.00 66.00 56.4444 5.44817

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20 Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebesar 56,4444, standar deviation 5,44817, nilai maksimum 66 dan nilai minimum 43. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel Tingkat Pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 66

Nilai Minimum = 43

Range 66 – 43 = 23

Interval 23 : 3 = 7,6

Berdasarkan perhitungan statistik tersebut, maka dengan perhitungan interval untuk mengetahui kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan maka diperoleh interval pengkategorian sebagai berikut :


(52)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Tabel 4.17

Interval Pengkategorian

Batas Kategori

43 – 50,6 Rendah 50,7 – 58,3 Sedang 58, 4 - 66 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap tingkat pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.18

Kategorisasi Tingkat Pendidikan

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Tingkat Pendidikan

Tinggi 14 38,9

Sedang 18 50

Rendah 4 11,1

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel tingkat pendidikan akan nampak sebagai berikut:


(53)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014 38,9 50 11,1 0 10 20 30 40 50 60

Tinggi Sedang Rendah

P re se n ta se Kategori

Variabel Tingkat Pendidikan

Tinggi Sedang Rendah

Grafik 4.6

Gambaran umum variabel tingkat pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak (50%). Sedangkan respoden yang memiliki tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak (38,9%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (11,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki tingkat pendidikan yang tergolong sedang (50%) dengan skor rata-rata 56,4.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mencari seberapa kuat hubungan antara variabel (X) dengan variabel (Y). Dalam hal ini akan dicari keeratan hubungan yang terjadi antara status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan, berdasarkan perhitungan SPSS 20 maka diperoleh hasil sebagai berikut :


(54)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Tabel 4.19

Korelasi variabel X terhadap variabel Y

Correlations

SSE TP

Spearman's rho

Status Sosial Ekonomi

Correlation Coefficient 1.000 .392*

Sig. (2-tailed) . .018

N 36 36

Tingkat Pendidikan

Correlation Coefficient .392* 1.000

Sig. (2-tailed) .018 .

N 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil olah data SPSS Tabel 4.19 di atas menunjukan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,392. Hasil tersebut masuk ke dalam interval 0,200 – 0,399 (tabel 3.11), sehingga dapat ditafsirkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel status sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan adalah hubungan positif dengan tingkat keeratan rendah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dalam upaya meningkatkan status sosial ekonomi, seperti faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan.

b. Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi jika dihitung secara manual maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :

KD = r2 x 100% = 0,3922 x 100% = 15,37%

Dari perhitungan di atas didapatkan hasil sebesar 15,37%. Hal tersebut menggambarkan bahwa variabel status sosial ekonomi memberikan pengaruh sebesar 15,37% terhadap terjadinya pencapaian tingkat pendidikan anak, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 84,63% yang tidak


(55)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 3.(tabel 3.12) hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 15,37% termasuk ke dalam kriteria prosentase/skor di rentang 1% - 24%. Artinya status sosial ekonomi sebagian kecil faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian pendidikan.

c. Uji Hipotesis Uji t

Pengujian hipotesis (uji-t) dilakukan untuk membuktikan apakah status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan, berikut disajikan perhitungan t hitung dengan rumus (Sugiyono, 2013, hlm. 250) :

Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hο : ρ = 0, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan

H1 : ρ ≠ 0, status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap

pencapaian tingkat pendidikan.

Tingkat signifikasnsi (α) sebesar 5%, dk= (n-2) 36-2 = 34, dengan pengujian 2 pihak sehingga diperoleh t-tabel sebesar 2,032.


(56)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Grafik 4.7

Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Status Sosial Ekonomi terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai t hitung (2,486) berada di daerah penolakan H0, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi

memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan, dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,018 > 0,05 dan t-hitung 2,486 > t-tabel 2,032.

B. Pembahasan

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Pembahasan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu status sosial ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Perbutulan, pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan, dan pengaruh status sosial ekonomi anak terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan. 1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibagi kedalam empat faktor , yaitu faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Hasil penelitian yang pertama pada faktor pekerjaan lebih dari setengahnya atau sebagian besar responden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dalam kategori sedang sebanyak 72,22%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 22,22%, dan sebagian kecil

Daerah Penerimaan H0 Daerah penolakan

Ho

t tabel = -2,032 0 t tabel = 2,032 t hitung = 2,486

Daerah penolakan Ho


(57)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

responden yang dalam kategori rendah sebanyak 5,56%. Hasil kedua pada faktor pendidikan tepat setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang sebanyak 50, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan dalam kategori rendah sebanyak 19,4%.

Hasil yang ketiga pada faktor pendapatan hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori sedang sebanyak 47,22%. Tidak terdapat jauh perbedaan antara responden yang memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori tinggi dan rendah, responden dalam kategori tinggi sebanyak 27,78%, dan responden dalam ketegori rendah sebanyak 25%. Hasil yang keempat pada faktor pemilikan lebih dari setengah responden memiliki status sosial ekonomi dilihat dari barang-barang yang mereka miliki (pemilikan) dalam kategori sedang sebanyak 61,1%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan responden dalam kategori rendah hanya sedikit yaitu sebanyak 8,3%.

Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi menunjukan bahwa hampir setengahnya (47,2%) memiliki status sosial ekonomi sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (19,4%), dan lebih dari seperempat (33,4%) responden yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Dengan skor rata-rata 71,78. Hal ini menunjukan responden di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi memiliki status sosial ekonomi yang sedang dengan prosentase sebanyak 47,2%. Jadi status sosial ekonomi yang dimiliki masyarakat Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi dalam kategori sedang sebanyak 47,2%.

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi. dengan Status sosial ekonomi juga merupakan pembentuk gaya hidup bagi keluarga. Dalam Pengantar Sosiologi Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 436-439) mengemukakan bahwa,

Untuk membuat skala pengukuran yang menjadi indikator penentu kelompok golongan kelas atas, menengah, dan golongan kelas bawah dalam kehidupan sehari-hari bukan suatu yang sulit. Masing-masing perilaku setiap kelas dapat diidentifikasi melalui berbagai ukuran, mulai dari tingkat penghasilan,


(1)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket Uji Coba

Nomer Responden : Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :

Pendapatan :

Petunjuk pengisian !

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Bacalah pernyataan-pernyataan tersebut, lalu beri tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan diri anda, yaitu SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak setuju, STS = Sangat tidak setuju. Dimohon untuk mengisi semua jawaban pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan situasi yang sebenarnya, dan jangan sampai ada yang terlewat. Terimakasih atas kerjasamanya.

Variabel Tingkat Pendidikan

No Pernyataan SS S RR TS STS

1. Keluarga saya kurang mendukung dalam melanjutkan pendidikan 2. Semua anggota keluarga saya

berprofesi sebagai pekerja konveksi 3. Orangtua saya memaksa saya bekerja

daripada bersekolah

4. Keluarga saya mendukung saya melanjutkan sekolah

5. Keluarga saya menginginkan saya belajar dengan benar

6. Dalam mengerjakan tugas sekolah, saya dibantu oleh salah satu anggota


(2)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu keluarga

7. Orang tua saya termasuk yang berpendidikan tinggi

8. Saya selalu dipuji ketika

mendapatkan nilai bagus di sekolah 9.

Semua masyarakat dilingkungan saya berprofesi sebagai pekerja konveksi

10.

Di lingkungan tempat tinggal saya, rata-rata lebih memilih melanjutkan sekolah daripada bekerja

11.

Di lingkungan tempat tinggal saya banyak anak usia sekolah yang putus sekolah dan memilih bekerja

12. Saya bekerja di konveksi karena diajak teman

13. Saya bekerja di konveksi karena ikut-ikutan teman

14. Saya senang bekerja karena ada teman-teman

15. Saya mudah sekali terpengaruh oleh teman sebaya untuk bekerja

16. Saya lebih memilih bekerja bersama teman-teman daripada belajar

17. Saya selalu mengerjakan tugas sekolah bersama teman

18. Saya senang sekali pergi ke sekolah karena disana ada teman-teman 19. Saya selalu diberi motivasi untuk

tetap rajin sekolah oleh teman 20.

Alasan saya bersekolah adalah agar tetap bisa bermain dengan teman-teman


(3)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket Penelitian

Nomer Responden : Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :

Pendapatan :

Petunjuk pengisian !

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Bacalah pernyataan-pernyataan tersebut, lalu beri tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan diri anda, yaitu SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak setuju, STS = Sangat tidak setuju. Dimohon untuk mengisi semua jawaban pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan situasi yang sebenarnya, dan jangan sampai ada yang terlewat. Terimakasih atas kerjasamanya.

Variabel Status Sosial Ekonomi

No Pernyataan SS S RR TS STS

1. Saya bekerja setiap hari sesuai dengan jam kerja yang diberikan 2.

Aktivitas saya dalam bekerja menyebabkan saya jarang bersama keluarga

3.

Apabila saya dihadapkan dengan pilihan bekerja di konveksi atau pekerjaan lain, saya akan lebih memilih bekerja di konveksi

4. Saya akan menginap di tempat kerja apabila pulang larut malam


(4)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bekerja dengan mengurus keluarga

6. Saya lebih memilih keluarga daripada pekerjaan

7. Sebenarnya saya terpaksa melakukan pekerjaan ini

8.

Saya memandang bahwa bekerja itu lebih penting daripada melanjutkan pendidikan

9. Bekerja lebih menyenangkan dibandingkan sekolah

10. Orangtua saya lebih senang saya bekerja dibandingkan bersekolah 11.

Sebenarnya saya lebih menginginkan melanjutkan sekolah daripada bekerja

12. Aktivitas pekerjaan membuat saya malas untuk belajar

13. Pekerjaan membuat saya tidak dapat melanjutkan pendidikan

14.

Biaya pendidikan yang mahal membuat saya tidak dapat melanjutkan pendidikan

15. Saya sulit membagi waktu antara pekerjaan dan belajar

16.

Saya lebih senang sekolah daripada bekerja, karena di sekolah banyak teman-teman

17.

Upah yang saya terima dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

18.

Upah yang saya dapatkan dalam bekerja membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari 19.

Upah yang saya terima tidak dapat mencukupi kehidupan saya sehari-hari

20.

Saya memilih menabungkan upah yang didapat daripada membeli barang-barang

21. Peralatan rumah tangga saya dapatkan dari hasil bekerja


(5)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket Penelitian

Nomer Responden : Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :

Pendapatan :

Petunjuk pengisian !

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Bacalah pernyataan-pernyataan tersebut, lalu beri tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan diri anda, yaitu SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak setuju, STS = Sangat tidak setuju. Dimohon untuk mengisi semua jawaban pernyataan yang ada di bawah ini sesuai dengan situasi yang sebenarnya, dan jangan sampai ada yang terlewat. Terimakasih atas kerjasamanya.

Variabel Tingkat Pendidikan

No Pernyataan SS S RR TS STS

1. Keluarga saya kurang mendukung dalam melanjutkan pendidikan 2. Semua anggota keluarga saya

berprofesi sebagai pekerja konveksi 3. Orangtua saya memaksa saya bekerja

daripada bersekolah

4. Keluarga saya mendukung saya melanjutkan sekolah

5. Keluarga saya menginginkan saya belajar dengan benar

6. Orang tua saya termasuk yang berpendidikan tinggi


(6)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. Saya selalu dipuji ketika

mendapatkan nilai bagus di sekolah 8.

Semua masyarakat dilingkungan saya berprovesi sebgai pekerja konveksi

9.

Di lingkungan tempat tinggal saya, rata-rata lebih memilih melanjutkan sekolah daripada bekerja

10.

Di lingkungan tempat tinggal saya banyak anak usia sekolah yang putus sekolah dan memilih bekerja

11. Saya bekerja di konveksi karena diajak teman

12. Saya bekerja di konveksi karena ikut-ikutan teman

13. Saya senang bekerja karena ada teman-teman

14. Saya mudah sekali terpengaruh oleh teman sebaya untuk bekerja

15. Saya lebih memilih bekerja bersama teman-teman daripada belajar

16. Saya senang sekali pergi ke sekolah karena disana ada teman-teman 17. Saya selalu diberi motivasi untuk


Dokumen yang terkait

Dampak Kehadiran Rumah Kreatif Binjai Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Tanah Seribu Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai

3 85 86

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center

5 60 135

Kontribusi Petani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Sibangun Mariah Kecamatan Silimakuta Kabupetan Simalungun

8 66 113

Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

2 48 108

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK KELUARGA NELAYAN DI KELURAHAN SUGIHWARAS KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2013

6 26 125

PERSEPSI KELUARGA TENTANG PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI KELUARGA PETANI TERHADAP KELANJUTAN Persepsi Keluarga Tentang Pendidikan Dan Status Ekonomi Keluarga Petani Terhadap Kelanjutan Studi Anak Di Desa Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Groboga

0 2 14

Pengaruh Kondisi Sosial Dan Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Pekerja Anak Dalam Membantu Keluarga Di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

0 3 2

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON - repository UPI S SOS 1001680 Title

0 0 4

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN BERFIKIR ANAK (STUDI KASUS DI RW.02 DESA BABAKAN KECAMATAN CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 18

PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RW 04 KELURAHAN KALIWADAS KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 23