41
dan bertambah pula pemberontakan-pemberontakan di dalam inegeri.
48
9. Hikmah diharamkannya Riba
Sudah menjadi sunnatullah bagi umat Islam bahwa apapun yang diharamkan oleh Allah swt itu banyak mengandung mudharat. Begitupun
dengan diharamkannya riba, adapun bahaya yang terkandung dalam riba sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Fajar Al Qalami dan Abdul
Wahid Al Banjary adalah: “ia dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengikis
habis semangat kerjasamasaling tolong menolong sesama manusia. Padahal semua agama terutama Islam amat menyeru agar manusia saling
tolong menolong”. Riba akan menimbulkan adanya mental pemboros yang malas
bekerja. Dapat pula menimbulkan kebiasaan menimbun harta tanpa kerja keras, sehingga seperti pohon benalu yang hanya bisa menghisap
tumbuhan lain. Setelah semua ini, Islam menyeru agar manusia suka
mendermakan harta kepada saudaranya dengan baik, yakni ketika saudaranya membutuhkan bantuan.
49
48
Muhammad Ali Ash-Shobuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Ashobuni, Surabaya, Bina Ilmu Offset, 1985, h. 332-333.
49
Abu Fajar Al Qalamidan Abdul Wahid, Tuntunan Jalan Lurus dan Benar, tanpa kota dan tahun terbit, Gita Media, h. 379.
42
Salah satu dasar pemikiran utama yang paling sering dikemukakan oleh para cendekiawan muslim adalah keberadaan riba bunga dalam
ekonomi merupakan bentuk eksploitasi sosial dan ekonomi, yang merusak inti ajaran Islam tentang keadilan sosial. Karena itu, penghapusan bunga
dari sistem ditujukan untuk memberikan keadilan ekonomi, keadilan sosial, dan perilaku ekonomi yang benar secara etis dan moral.
50
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa riba
tidak mendatangkan
manfaat bagi
pelakunya, melainkan
mendatangkan mudharat. Islam melarang suatu transaksi yang mendatangkan mudharat bagi pelakunya, seperti dalam kaidah fiqh yang
berbunyi:
ُلاَزُ ي ُر َرضلا
Artinya: “Kemudharatan harus dihilangkan”
Demi menjaga kemaslahatan umum, maka disyariatkanlah berbagai macam hukuman
ta’zir guna mencegah bahaya sosial maupun bahaya individual baik sebagai tindakan preventif ataupun represif dengan
cara yang mungkin dapat menghilangkan bahaya bagi pihak korban ataupun menghapus pengaruh yang ditimbulkan dalam bentuk hukuman
yang setimpal.
51
50
Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik Jakarta, Kencana, 2008, h. 81.
51
Nashir Farid Muhammad Washil dkk, Qawa’id Fiqhiyyah, Jakarta, Amzah, 2009, h.
18.
43
Pengertian maslahat dalam Islam meliputi kehidupan dunia dan akhirat dan untuk menjamin tercapainya kemaslahatan maka kaidah fiqh
yang berlaku adalah “apabila hukum syara’ dilaksanakan maka pastilah tercapai kemaslahatan”. Akan tetapi, apabila dalam pelaksanaan akad
ternyata terjadi suatu perbuatan melawan hukum sehingga menimbulkan kemudharatan pihak lain, maka kaidah fiqh yang berlaku adalah sebagai
berikut “segala apa yang menyebabkan terjadinya kemudharatan bahaya maka hukumnya haram”. Untuk mencapai kemaslahatan dan mencegah
timbulnya kemudharatan, dalam fiqh dijumpai adanya hak khiyar. Maksud hak khiyar ialah hak yang memberikan opsi kepada para pihak
untukmeneruskan atau membatalkan akad karena adanya sebab yang dapat merusak keridhaan.