Karakteristik Siswa SMA KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Wahyu Purnama, 2014 Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri Se-Kecamatan Ujungberung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu masa depan; apa peran saya? kehidupan sosial; dan mengapa saya harus beragama? kehidupan beragama. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-peranya dalam kehidupan sosial, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati diriya, dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila dia gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan, sehingga dia cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat.

c. Karakteristik Siswa SMA

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat Pikunas dalam Hartinah 2008:201. Masa remaja disebut juga adolescence, yang dalam bahasa latin baerasal dari kata adolescere, yang berarti “to grow into adulthood”. Adolesen merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa, dalam mana terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis dan sosial. Menurut laurence steinberg yang dikutip oleh Yusuf dan Sugandhi 2012:78 menjelaskan bahwa ada tiga perubahan fundamental pada masa remaja, yaitu sebagai berikut : 1. Biologis, seperti mulai matangnya alat reproduksi, tumbuhnya buah dada pada anak wanita, dan tumbuhnya kumis pada anak pria. 2. Kognisi, yaitu kemampuan untuk memikirkan konsep-konsep yang abstrak seperti persaudaraan, demokrasi dan moal, dan mampu berpikir hipotesis mampu memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi berdasarkan pengalamannya. 3. Sosial, yaitu perubahan dalam status sosial yang memungkinkan remaja khusunya remaja akhir masuk ke peranan atau aktivitas- aktivitas baru, seperti bekerja, atau menikah. Pada usia Sekolah Menengah Atas ini merupakan termasuk Fase remaja madya 12-19 tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar yang diantaranya merupakan gerakan-gerakan dasar fundamental. Wahyu Purnama, 2014 Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri Se-Kecamatan Ujungberung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Secara umum karakteristik usia sekolah menengah atas tidak jauh berbeda dengan masa usia sekolah menengah pertama. Masa usia remaja madya ini kelanjutan dari masa remaja awal.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran dibutuhkan sebagai acuan atau pegangan penulis dalam proses penelitian, dan dijadikan anggapan dasar yang merupakan suatu titik tolak pendapat dalam melihat suatu bahasa dengan menelusuri gejala yang akan diamati sebagai titik tolak dari proses yang akan dilakukan dalam penelitian yang berdasarkan kebenaran yang telah diyakini oleh para peneliti. Dalam upaya pencapaian pembelajaran yang maksimal, dibutuhkan beberapa faktor pendukung, diantaranya adalah fasilitas dan perlengkapan yang memadai serta tenaga pengajar yang profesional. Proses pembelajaran bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja yang harus di perhatikan, tetapi ada banyak hal lain yang harus di perhatikan, salah satunya adalah tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran. Apakah termasuk tinggi, sedang atau rendah. Setiap jenjang pendidikan sekolah memiliki tingkatan partisipasi yang berbeda-beda, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Seperti yang diketahui ketika individu memasuki tingkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka secara alamiah perubahan akan terjadi dalam diri individu tersebut, bisa dikarenakan faktor lingkungan, faktor psikologis maupun faktor pendidikan. Berkaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani, faktor tersebut dapat mempengaruhi tingkat keikutsertaan atau partisipasi siswa dalam pembelajaran. Terlebih lagi perbedaan psikologis antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan akan terlihat berbeda tatkala saat mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani disekolah. Siswa laki-laki cenderung tetap terkadang meningkat dalam keikutsertaan atau partisipasi dan ketertarikan terhadap pembelajaran pendidikan jasmani disekolah dalam setiap tingkat jenjang pendidikannya, berbeda halnya dengan siswa perempuan yang cenderung