Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Haedar dan Tarigan, Antonius. 2008. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model Dan Kriteria Pengukurannya, Jurnal Kebijakan Publik
Arthur G. GedeMahmudiManajemen Kinerja Sektor Publik (Mahmudi, 2005:92).ian Organization Theory and Design (Gedeian, 1991:61).
Atmanti H. D. 2005. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan. Jurnal Dinamika Pembangunan. 2 (1) : 30-39.
Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Bharata, 2004:1. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Elex Media. Komputindo.
Brownedan Wildavsky. 2004. (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70)
Charles O. Jones. Pengantar Kebijakan Publik, Alih Bahasa Dwi Joko Supriyono. Gibson, James,L., John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly.Jr. 1993.
Organizations,Behavior, Structure, and Process. The McGraw Hill Companies Inc. New York. .
Handoko T. Hani, 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hannan, M., and Freeman, J., 1977. “The population ecology of organization”. American Journal of Sociology, Vol. 82, 929-964.
Jones, Denny A. 1996.Principles and Prevention of Corrosion. New York: Mcmillan Publishing Company .
Korten, David C. ,2001, Menuju Abad ke-21:Tindakan Sukarela dan Agenda Global, Jakarta (terjemahan), Yayasan Obor Indonesia.
Lubis, Hari. S.B. dan Martani Husaini. 1987. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta.
Mahmudi, 2005:92. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Moenir. (1992:119).Sarana dan
Prasarana.([Online].Tersedia:http://id.shvoong.com/writing-and-
(2)
M.R. Khairul Muluk. 2009. Peta Konsep Desentralisasi & Pemerintahan Daerah. ITS Press : Surabaya.
Nurdin, Muhammad, (2004), Kiat Menjadi Guru Profesional, Prismasophie, Jogyakarta.
produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101;
Purba, Amir, Dewi Kurniawati, Fatmawaty Lubis, Dayana, dan Haris Wijaya. (2006).“Pengantar Ilmu Komunikasi”. Pustaka Bangsa Press, Medan
Rohman, A., 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sianipar. 1998. Manajemen Pelayanan Masyarakat.Jakarta: LAN.
Siti Erna Latifi Suryana. 2009. Implementasi Kebijakan tentang Pengujian kendaraan bermotor. Tesis pada Sekolah PascaSarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Stoner, James A.F & Edward Freeman. 1996. Manajemen jilid I. Alih bahasa Alexander Sindoro. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Sugiyono, 2005 : 55. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101;
Wijaya. (2006).“Pengantar Ilmu Komunikasi”. Pustaka Bangsa Press, Medan
Undang-Undang
UU Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional UU Nomor 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
PERATURAN PEMERINTAH Nomor 101 tahun 2011 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
PERATURAN PEMERINTAH Nomor 19 tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan INTRUKSI PRESIDEN Nomor 07 tahun 2014 tentang Kartu Indonesia Sehat
(3)
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran umum Kecamatan Medan Barat
3.1.1 Letak dan Geografis
Kecamatan Medan Barat terdiri atas 6 kelurahan dengan luas wilayahnya 5,40 km2 m. Kecamatan Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 70.771 Jiwa (2012). Di Kecamatan Medan Barat ini terdapat sebuah bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara (PT.KAI-ESU). Selain itu di Kecamatan Medan Barat ini banyak terdapat industri-industri kecil dan menengah yang menjadi unggulannya seperti : Bika Ambon/Roti/Kue Kering, Tepung Ikan, Pengolahan Kopi, Minyak Goreng dari CPO, Makanan Ternak.
Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Barat ini terdapat 39 unit usaha industri besar,menegah & kecil. Sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa, Minang, Aceh dan Jawa sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 30% saja.
Kecamatan Medan Barat dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli
(4)
3.1.2 Iklim
Wilayah Kecamatan Medan Barat memiliki iklim tropis dengan rata-rata setiap bulannya kelembaban sekitar 84%. Curah hujan sekitar antara 30-340 mm dengan periode tertinggi pada bulan Agustus-September, hari hujan perbulan sekitar 8-26 hari dengan periode hari hujan besar pada bulan Agustus-September. Penyinaran matahari rata-rat 51% kecepatan udara rata-rata 1.10m/dtk dan tingkat penguapan sekitar 3,74 mm/hari. Temperature udara minimum 23,7derajat Celcius dan maksimum 32,2 derajat Celcius.
3.2 Gambaran Umum Puskesmas Sei Agul 3.2.1 Sejarah Singkat Puskesmas Sei Agul
Puskesmas Sei Agul didirikan pada tahun 1972 yang diresmikan oleh Gubernur KDH Sumut tanggal 1 Agustus 1972 sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat dibawah naungan Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Sei Agul merupakan puskesmas non perawatan yang hanya melayani pasien berobat jalan dan rujukan karena Puskesmas Sei Agul tidak memiliki fasilitas rawat inap. Pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke RS terdekat. Puskesmas Sei Agul memiliki kode puskesmas 1275140203.
3.2.2.Letak
Puskesmas Sei Agul merupakan salah satu unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kota Medan yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya yaitu Kecamatan Medan Barat yang
(5)
meliputi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Karang Berombak dan Kelurahan Sei Agul.
Puskesmas Sei Agul terletak di Jl. Karya II No. 54 Lingkungan XI Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat. Puskesmas Sei Agul memiliki satu buah puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Sei Agul yang terletak di Jl. Danau Singkarak Gg. Saudara Lingkungan I Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat.
Luas wilayah kerja Puskesmas Sei Agul adalah 196 Ha yang wilayah kerjanya mencakup 2 kelurahan yang berbeda dengan 35 lingkungan, adapun wilayah kerja Puskesmas Sei Agul yaitu : Kelurahan Karang Berombak dengan luas areal 94 Ha dan terdiri dari 19 lingkungan dan Kelurahan Sei Agul luas areal 102 Ha dan terdiri dari 16 lingkungan, dengan memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Pulo Brayan dan Helvetia ( Kab.Deli Serdang) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Barat
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Glugur Kota/Kelurahan Silalas Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur
3.2.3 Jangkauan Pelayanan Puskesmas ke Kelurahan Terjauh
Puskesmas Sei Agul memiliki letak yang strategis, semua daerah dapat dijangkau dengan kenderaan roda-2, kenderaan Roda-4 dan juga transportasi umum. Jarak Kelurahan terjauh wilayah kerja Puskesmas Sei Agul adalah Kelurahan Sei Agul yang memiliki waktu tempuh + 15 menit dengan menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Komunikasi antar lintas
(6)
sektoral berjalan lancar dengan memanfaatkan sarana yang ada ditiap-tiap lingkungan seperti Kantor Lurah, Posyandu, Kepala Lingkungan dan sarana-sarana penunjang lainnya misalnya : Mesjid, gereja, sekolah-sekolah.
3.2.4 Jangkauan ke fasilitas Rujukan Terdekat
Fasilitas rujukan terdekat dari Puskesmas Sei Agul adalah RS Sufina Aziz. RS Sufina Aziz berjarak + 500 M dari Puskesmas Sei Agul dan waktu tempuh + 10 menit. Rumah sakit ini dapat dijangkau dengan mudah dengan alat transportasi umum baik kenderaan Roda-2, Roda-3 maupun Roda-4.
3.2.5 Keadaan Administrasi (Pemerintahan)
Puskesmas Sei Agul terletak dikota Medan di Kecamatan Medan Barat dikepalai oleh seorang Camat dan memiliki 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Karang Berombak dan Kelurahan Sei Agul. Setiap Kelurahan dikepalai oleh seorang lurah dengan perangkat kelurahan.
3.3 Visi dan Misi Puskesmas 3.3.1 Visi Puskesmas
Adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya.
3.3.2 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan Kecamatan yang berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat
(7)
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu dan keluarga dan masyarakat beserta lingkungan diwilayah kerjanya
3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Sei Agul
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan
Secara umum tugas pokok dan fungsi Puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah kerjanya. Dalam hal ini puskesmas Sei Agul melaksanakan tugas dan fungsi nya di 2 wilayah kerja yakni di Kelurahan Sei Agul dan kelurahan Karang Berombak yang dibantu oleh satu puskesmas pembantu.
(8)
3.5 Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Medan
(9)
3.6 Keadaan Demografi Tabel 3.1 Data Penduduk
No Uraian Kel.Kr.Berombak Kel. Sei Agul Jumlah
1. Jumlah Penduduk 20227 20556 40783
2. Laki-laki 9989 10054 20043
3. Perempuan 10238 10502 20740
4. Jumlah KK 4688 4764 9452
Sumber : Hasil Penelitian 2016
Tabel 3.2 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Umur
(Tahun)
Kel.Kr.Berombak Kel. Sei Agul
Jumlah %
1. < 1 Tahun 402 408 810 2
2. 1 – 4 Tahun 2412 2451 4863 12
3. 5 – 14 Tahun 4582 4579 9161 22
4. 15 – 45 Tahun 7296 7297 14593 36
5. 46 – 58 Tahun 4522 4520 9046 22
6. > 59 Tahun 1160 1150 2310 6
Sumber : Hasil Penelitian 2016
Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 15 – 45 tahun dan yang paling sedikit pada kelompok < 1 Tahun.
Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat
NO
Tingkat Pendidikan
Kelurahan
Jumlah %
Kr.Berombak Sei Agul
1. Tidak Sekolah 2040 2100 4140 10
2. SD Sederajat 1906 1902 3808 9
3. SLTP Sederajat 2098 2101 4199 10
4. SLTA Sederajat 12090 12087 24164 60
(10)
6. Sarjana 1383 1378 2761 7 Sumber : Hasil Penelitian 2016
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah terbanyak adalah berpendidikan SLTA
Tabel 3.4 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
NO Jenis
Pekerjaan
Kelurahan Jumlah %
Kr.Berombak Sei Agul
1. P N S 868 862 1730 4
2. Pegawai Swasta 17348 17342 34690 85
3. TNI / Polri 144 137 281 1
4. Pedagang 618 607 1225 3
5. Wiraswasta 292 277 569 1
6. Pensiunan 363 357 720 2
7. Lainnya 780 788 1568 4
Sumber : Hasil Penelitian 2016
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah terbanyak adalah penduduk dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta .
Tabel 3.5 Data Agama Penduduk
NO Jenis
Agama
Kelurahan Jumlah %
Kr.Berombak Sei Agul
1. Islam 12262 12307 24369 60
2. Protestan 5357 5359 10716 26
3. Katolik 502 517 1019 3
4. Hindu 298 303 601 1
5. Budha 1939 1939 3878 10
Sumber : Hasil Penelitian 2016
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah terbanyak adalah penduduk beragama Islam dan paling sedikit beragama Hindu.
(11)
3.7 Data Sarana Kesehatan
Tabel 3.6 Data Sarana Kesehatan Lingkungan
No Sarana Kelurahan Jumlah
Kr.Berombak Sei Agul 1. Rumah Ibadah
- Mesjid - Gereja - Kelenteng - Pura
6 3 0 0 5 3 4 2
Jumlah : 22 11
6 4 2 2. Perumahan
- Permanen - Semi Permanen - Kayu/Papan - Darurat
3487 690 182 - 3209 724 186 -
Jumlah : 8463 6696 1414 353
- 3. Jamban Keluarga
- L. Angsa (ST) - Cemplung - Sungai/dll
4359 0 0 4104 0 0 8463 0 0 4. Sumber Air Bersih
- Leding (PAM) - Sumur gali - SPT
- KU (Pokmair) - Sungai/dll
3411 420 0 0 0 3203 632 0 0 0 6614 1052 0 0 0
5. SPAL 4359 4104 8463
6. Sampah - TPS
- Tong/Plastik - Bakar
1 3882 53 1 3812 38 2 7694 91
7. TTU 73 81 154
8. TP2 0 0 0
9. TPM 13 13 26
10. Bangunan Lain / Kan
tor/Sekolah/Gudang dll 239 100 329
(12)
Tabel 3.7 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja
Sumber : Hasil Penelitian 2016
NO Sarana Kelurahan Jumlah
Kr.Berombak Sei Agul
1. RS Pemerintah 0 0 0
2. Rumah Bersalin 4 0 4
3. RS Khusus 0 2 2
4. Balai Pengobatan/Klinik 3 2 5
5. Laboratorium 0 0 0
6. Apotik 1 3 4
7. Optical 1 0 1
8. Puskesmas 1 0 1
9. Puskesmas Pembantu 0 1 1
10 Pusling 1 0 1
11. Praktek Dr Umum Swasta 8 6 14
12. Praktek Drg. Swasta 2 7 8
13. Puskesmas Perawatan 0 0 0
14. Praktek Dr.Spes. Swasta 1 1 2
15. Praktek Bidan Swasta 3 0 3
16. Toko Obat Berizin 2 1 3
17. Shinshe 0 1 1
18. Akupuntur 0 0 0
19. Tukang Gigi 1 0 1
20. Batra
- Ahli Refleksi - Dukun bayi terlatih - Dukun Patah Tlng - Dukun Pijit
- Peramu Obat/Jamu - Mantri Sunat - Pengobatan Herbal
0 0 1 2 2 2 1 2 0 1 1 0 0 0 2 0 2 3 2 2 1
(13)
Tabel 3.8 Sumber Daya Masyarakat Sarana Fisik
NO Sarana Kelurahan Jumlah
Kr.Berombak Sei Agul 1. Posyandu Balita
- Pratama - Madya - Purnama - Mandiri
18 0 0 18 0 15 0 0 15 0 33 0 0 33 0
2. Posyandu Lansia 1 1 2
3. KPKIA 1 1 2
4. Poskeskel 1 1 2
Sumber : Hasil Penelitian 2016 Sarana Tenaga
NO Sarana Kelurahan Jumlah
Kr.Berombak Sei Agul 1. Kader yg dilatih
(Posy Balita + Lansia)
95 75 170
2. Kader yg aktif
(Posy Balita + Lansia)
95 75 170
3. Kader Dasa Wisma 192 166 358
4. Kader Dasa Wisma Aktif 192 166 358
5. Kader PKK 90 70 160
6. Kader Gizi 2 2 4
7. Kader DBD 2 2 4
8. Kader TB 3 3 6
9. Kader KPKIA 3 3 6
10 Kader ISPA 2 2 4
11. Kader Diare 2 2 4
12. Kader Kes. Lingkungan 1 1 2
13. Batra
- Ahli Refleksi - Dukun bayi terlatih - Dukun Patah Tulang - Dukun Pijit
- Peramu Obat/Jamu - Mantri Sunat
0 0 1 2 2 2 1 0 1 1 0 0 1 0 2 3 2 2
(14)
14. Guru UKS Terlatih - SD
- SMP
0 0
1 0
1 0 15. Dokter
- Dokter Kecil - Dokter Remaja
100 65
95 0
195 65 Sumber : Hasil Penelitian 2016
(15)
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Puskesmas Sei Agul
3.9 Standar Pelayanan Puskesmas Sei Agul
a. Lama Pelayanan tiap penderita perloket
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS SEI AGUL
Kepala Puskesmas
Dr.Hj. Iva Purnama,M.Kes NIP.196305212002122001
Ka.Puskesmas Pembantu Dr. Ratna I.Sembiring
Promkes Aida Fitri Sari N,SK
KIA/KB Kristina Mart Srg..A
UKS : Sarimado UKGS : Drg.Siti Ke
Gizi Artmen Sibarani. A
DDTK Kristina Mart Srg,A
Lansia Sarimadonni L.S.K Kes.Jiwa Dameria Saragi,Am Kes.Mata Dameria Saragi,Am Wakil Koordinator I
Dr.Zuhriah Nst NIP. 197702112009042001 W Drg NIP. Ka.Sub. Suhaimi NIP. 1970020 Urusan Umum
- Humas : Silfister SBP,SKM
- Administrasi : Suhaimi A - Kepegawaian : Suhaimi A - Protokoler :Suhaimi A
Urusan Perleng
-Poli Umum Dr.zuhriah,Nst NIP.197702112009042001 Poli Gigi Drg.Indri Novita NIP. 197906132006042005 Laboratorium Hadijah Ginting NIP.195909181981052001 Apotek Hasnidar NIP.196507081987022002
(16)
Loket pendaftaran maksimal : 3 Menit
Poli Umum : 5-10 Menit
Poli Gigi : 5- 30 Menit
Poli KIA : 5-30 Menit
b. Jadwal Pelayanan
Poli Umum : Senin – Sabtu Poli Gigi : Senin – Sabtu
Poli KIA : Senin – Sabtu
c. Waktu Pelayanan Jam pelayanan
Senin – Sabtu : 08.00 – 18.00
3.10 Ketenagaan
Puskesmas didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh para sumber daya manusia yang ada di puskesmas. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Sei Agul , tenaga kesehatan yang ada sebanyak 41 orang.
Berikut adalah tabel penyebaran tenaga kesehatan dengan jumlah profesi tenaga kesehatan yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kota Medan
(17)
Tabel 3.9 Penyebaran tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sei Agul tahun 2016
No Ketenagaan Pendidikan Jenis Jumlah Ket
Terkahir Kelamin
1 Dokter Umum S2 Magister Kesehatan P 1 PNS
S1 Kedokteran Umum P 3 PNS
2 Dokter gigi S1 Kedokteran Gigi P 2 PNS
3 Bidan D3 Kebidanan P 3 PNS,
4 Perawat S1 Keperawatan P 4 PNS
D3 Keperawatan P 2 PNS
SPK P 1 PNS
5 Perawat Gigi D3 Keperawatan Gigi P 1 PNS
SPRG P 1 PNS
6 Farmasi S1 Apoteker P 1 PNS
SAA P 1 PNS
7 Tenaga Gizi D3 Gizi L 1 PNS
8 Kesmas S1 Kes.Masyarakat L+P 3 PNS
9 Tata Usaha S1 Fisipol L 1 PNS
10 Tenaga Analis Analis P 1 PNS
12 Tenaga Administrasi
D3 Komputer P 1 Honorer
13 Tenaga Security SLTA L 1 Honorer
14 Cleaning Service SLTA P 1 Honorer
Jumlah 29
Puskesmas Pembantu Sei Agul
No Ketenagaan
Pendidikan Terkahir Jenis Kelamin
Jumlah Ket
1 Dokter Umum S1 Kedokteran Umum P 1 PNS
2 Dokter gigi S1 Kedokteran Gigi P 2 PNS
3 Bidan D4 Kebidanan P 2 PNS
(18)
Bidan P 1 PNS
4 Perawat D3 Keperawatan P 2 PNS
5 Tenaga Gizi D3 Gizi P 1 PNS
6 Farmasi SAA P 1 PNS
Jumlah 12 Total 41 Sumber : Hasil Penelitian 2016
3.11 Fasilitas dan Peralatan A.Fasilitas Gedung a. Bangunan Puskesmas
Puskesmas Sei Agul dibangun tahun 1972 diareal tanah seluas 397.75 M2 ( 18,5 x 21,5 M2) dengan luas bangunan 16 x 14,5 M2. Pada tahun 2006 puskesmas Sei Agul mendapat perbaikan dan sampai sekarang kondisinya dalam keadaan baik.
b. Tata Ruang
Puskesmas Sei Agul mempunyai beberapa ruangan yaitu :
- Ruang tunggu - Ruang Suntik - Klinik Sanitasi - Ruang Kartu - Ruang Immunisasi - Laboratorium - Poli Umum - Kamar Obat dan Gudang -Ruang TU/Komputer - Poli Gigi - Kamar Obat - Ruang Pertemuan - Ruang Dokter - Ruang KIA/KB/Gizi
(19)
Gambar 3.3 Tata Ruang Puskesmas Sei Agul
c. Sarana Penunjang
Sarana penunjang puskesmas yaitu alat bantu yang dimiliki puskesmas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program puskesmas yang mencakup alat transportasi, sarana komunikasi dan informasi, sumber energi dan lain-lain.
1. Transportasi
Puskesmas Sei Agul memiliki 1 unit mobil Puskesmas Keliling Roda-4, kondisi dalam keadaan baik dan berfungsi. Puskesmas juga memiliki 5 unit kenderaan R-2 yaitu sepeda motor yang kondisinya dalam keadaan baik dan berfungsi.
2.Komunikasi dan Informasi
Di puskesmas sudah dipasang pesawat telephnone dengan nomor 061-6614032, sehingga puskesmas sudah bisa berkomunikasi dengan baik
RUANG DOKTER POLIGIGI
R.IMUNISASI POLI UMUM
RUANG SUNTIK KAMAR OBAT
KAMAR MANDI GUDANG OBAT
K.MANDI DAPUR
RUANG TUNGGU RUANG KARTU RUANG
PERTEMUAN
KLINIK SANITASI
R.KIA/KB GIZI
R.KOMPUTER
(20)
antar lintas sektoral. Puskesmas juga memiliki 3 unit komputer yang dilengkapi dengan email dan internet yang sangat membantu dalam pembuatan laporan dan pelaksanaan kegiatan program puskesmas. Kondisi komputer saat ini dalam keadaan baik dan berfungsi.
3.Sumber Energi * PLN
Sumber energi yaitu daya yang menggerakkan peralatan dan untuk penerangan yang dimiliki oleh puskesmas. Puskesmas mendapatkan pasokan energi listrik dari PT.PLN dengan kapasitas 5.500 watt dapat membantu puskesmas dalam menyelesaikan tugas-tugas rutin.
* Genset
Puskesmas juga memiliki genset sebagai sumber energi, kondisinya dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi. Mesin Genset ini memiliki daya + 7.000 watt.
B. Fasilitas Administrasi
Perlengkapan yang dimiliki oleh puskesmas Sei Agul dalam menjalankan peranannya agar terlaksananya laporan administrasi yang baik antara lain meja, kursi, lemari arsip, 3 unit komputer, 3 printer, 1 mesin fotocopy, kartu berobat pasien, buku catatan arsip, kartu laporan, buku laporan kegiatan, kartu KIA/KB, buku bendahara.
C. Fasilitas Alat Kesehatan
Adapun peralatan kesehatan yang dimiliki oleh puskesmas Sei Agul adalah sebagai berikut :
(21)
1. Poliklinik set 2. Bidan Kit/Dafton 3. Imunisasi Kit 4. Dental Unit 5. Dental set
6. Laboratorium set
7. Freezer untuk Ice Bac-type FCW 20 Ek 8. Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek
9. Vaccine carier
10. Timbangan dewasa 11. Timbangan bayi D. Fasilitas Obat – obatan
Puskesmas Sei Agul dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat-obatan antara lain :
1. Obat-obat Generik yang terdiri dari
a. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi nonsteroid, Antipirai b. Anastetik dan Anti Infeksi
d. Disinfektan dan Antiseptik Gigi & Mulut
e. Obat Mata, Obat Saluran cerna, Obat Saluran napas h. Dan lain sebaginya.
(22)
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Sei Agul Kecamatan Medan Barat
4.1 Pelaksanaan Wawancara
Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016. Pelaksanaan wawancara dilakukan di Puskesmas Sei Agul yang terletak di Jalan Karya II No. 54, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada Pegawai Puskesmas yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Dalam melakukan wawancara pada penelitian kali ini, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti yaitu antara lain, pertama-tama peneliti menghubungi pihak tata usaha Puskesmas Sei Agul untuk membuat perjanjian kapan wawancara
(23)
tersebut akan dilakukan. Setelah mendapatkan waktu yang tepat, peneliti mulai mengunjungi para informan untuk melakukan wawancara. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Loket (Pendaftaran Berobat) dan Perawat yang berlangsung selama 4 hari, sementara wawancara dengan masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dilakukan selama 7 hari.
Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan. 4.2 Identitas Informan
4.2.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Identitas informan penelitian yang dilakukan di Kantor Puskesmas Sei Agul mengenai efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kepada masyarakat dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas laki-laki dan kelas perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian 2016 No Jenis
Kelamin
Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 4 28.5%
2 Perempuan 10 71.5%
(24)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan berjumlah 14 orang, dimana informan berjenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan informan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan hampir seluruh pegawai yang ada di Kantor Imigrasi yang merupakan informan kunci dari penelitian ini berjenis kelamin perempuan. 4.2.2. Identitas Informan Berdasarkan Usia
Melihat adanya variasi usia dari informan penelitian ini, maka peneliti mengelompokkannya dalam 4 (empat) kelas. Adapun keempat kelas tersebut dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Berdasarkan tabel di atas dari keseluruhan informan yang berjumlah 14 orang, frekuensi informan terbesar ada pada informan dengan usia antara 40-49 tahun karena usia tersebut dianggap sebagai usia paling layak untuk memberikan jawaban terhadap pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat yang ada di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.
NO Usia (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 20-29 2 14,2 %
2 30-39 4 28,5%
3 40-49 6 42,8 %
4 50-59 2 14,2%
(25)
4.2.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan identitas informan menjadi tiga (3) bagian yaitu jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, Sarjana (S1), dan Sarjana (S2). Secara lebih rinci terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan NO Tingkat Pendidikan Jenjang Persentase (%)
1 SMA 10 71,5 %
2 D3/Sarjana (S1) 3 21,5 %
3 Sarjana (S2) 1 7 %
Jumlah 14 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa informan dengan jenjang pendidikan dengan presentase tertinggi adalah informan dengan jenjang pendidikan SMA dengan presentase sebesar 71,5%. Dengan demikian,informan-informan ini sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaksanaan Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.
4.2.4 Identitas Informan BerdasarkanPekerjaan
Dalam penelitian ini peneliti mengklasifikasikan identitas informan berdasarkan pekerjaan menjadi beberapa bagian. Secara lebih rinci terdapat pada tabel berikut :
(26)
Tabel 4.4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan
No Nama Pekerjaan
1 Dr.Hj. Iva Purnama,M.Kes Kepala Puskesmas Sei Agul
2 Dr.Zuhriah Nst Wakil Koordinator I 3 Suhaimi Angkat,S.Sos Ka.Sub.Bagian Tata Usaha 4 Dameria Saragi,Am.K Kepala Loket
(pendaftaran berobat) 5 Puspita Kumala ,Am.Keb Perawat
6 Susilawati Peserta Kartu Indonesia Sehat 7 Sylvi Peserta Kartu Indonesia Sehat 8 Sugiyono Peserta Kartu Indonesia Sehat 9 Tiur Elisabeth S Peserta Kartu Indonesia Sehat 10 Aruka Maulana Peserta Kartu Indonesia Sehat 11 M.Shofi Peserta Kartu Indonesia Sehat 12 Laila Peserta Kartu Indonesia Sehat 13 Ratna Sembirng Peserta Kartu Indonesia Sehat 14 Danawita Rylai Peserta Kartu Indonesia Sehat
Sumber: Hasil Penelitian 2016
4.3 Hasil Wawancara
Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah metode wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.
(27)
4.3.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul
Efektivitas dalam suatu organisasi menunjukkan pada tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Dalam hal ini Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat merupakan salah satu organisasi pemerintahan di bidang kesehatan yang memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang melakukan pengurusan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan terhadap penyakit. Oleh sebab itu Puskesmas Sei Agul sebagai pelaksana Dinas Kesehatan harus memberikan informasi serta fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat, seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul Medan Barat yang menjelaskan secara umum efektivitas pelaksanaan program KIS di Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
“Kartu Indonesia Sehat ini adalah kebijakan dari pusat dek, yang mengeluarkan adalah bapak Presiden Jokowi melalui Nawacita, kami disini hanyalah pelaksana dilapangan saja, format pelayanan dari KIS ini adalah sama seperti BPJS tetapi khusus buat KIS adalah untuk orang-orang yang tidak mampu/kategori miskin. Jadi program ini dibuat untuk pelayanan bagi masyarakat yang tidak mampu/dulunya tidak bisa berobat dek. Dari awal berlakunya KIS sudah sangat bisa dibilang efektif karena sangat
(28)
Sejalan dengan jawaban Kepala Puskesmas Sei Agul, Bapak Sugiyono salah satu masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat mengemukakan pendapatnya :
Program KIS ini sudah efektif bang, karena sangat membantu masyarakat yang tidak bisa berobat tapi mempunyai keinginan mau untuk berobat, seperti saya ini masyarakat yang kurang mampu. Semua biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi
saya merasa sangat terbantu sekali.” (Sumber: Hasil wawancara
tanggal 21 Oktober 2016).
Dari dua jawaban diatas, terdapat kesamaan jawaban yang mengatakan bahwa program Kartu Indonesia Sehat ini sudah terlaksana secara efektif dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Efektivitas merupakan salah satu tanda bahkan suatu syarat mutlak bahwa dalam perencanaan pelaksanaan program dapat meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu setiap proses kegiatan internal atau mekanisme organisasi patut diperhatikan dalam menjalankan suatu penyelenggaraan pelayanan.
Benar adanya bila masyarakat kini menuntut pelayanan prima yang akuntabilitas dan transparan. Selayaknya pemberi layanan perlu diperhatikan dalam tingkat pencapaian kinerja sebagai wujud peningkatan dan reformasi pelayanan publik. Dan juga masyarakat seharusnya lebih peduli lagi terhadap bentuk pelayanan maupun pelanggaran dalam praktik penyelenggaraan layanan publik. Keterlibatan masyarakat dalam mengawasi dan menyampaikan aspirasi
(29)
atau keluhan terhadap praktik menjadi faktor penting sebagai umpan balik bagi evaluasi kualitas pelayanan publik dan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan penuturan M.Shofi bahwa pemberi layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan sangat berkaitan dengan layanan publik demi perbaikan kualitas pelayanan publik.
Tingkat pencapaian kinerja pemberi layanan yang baik ternyata dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu layanan. Bermodalkan peran serta masyarakat dalam proses umpan balik ternyata mampu menjawab segala kekurangan dan tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan saat ini. Berdasarkan pendapat yang diberikan Ratna Sembiring, bahwa pemberian pelayanan kesehatan dengan program Kartu Indonesia Sehat yang memenuhi standar minimal perlu diamati. Saat ini masih sering dirasakan, bahwa kualitas layanan minimum belum memenuhi harapan sebagian besar masyarakat. Dan lebih memprihatinkan lagi sebagian besar masyarakat belum memahami secara pasti tentang standar layanan yang seharusnya diterima dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Apalagi masyarakat masih cukup enggan mengadukan jika menerima layanan yang kurang berkualitas. Hal ini berkaitan dengan cara Puskesmas dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat seperti yang dijelaskan oleh Dr.Hj Iva Purnama M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
"dari segi kauntitas jumlah sumber daya manusia di puskesmas sudah sangat memadai, dimana di puskesmas ini terdapat sebanyak 41 pegawai. Dimana kalau tidak salah ada 8 dokter,
(30)
dan ada juga tenaga medis baik itu perawat, bidan, tenaga gizi, farmasi. Hal ini sudah sangat membantu puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Sementara dari segi kualitas, kualitas sumber daya manusia di puskesmas sudah cukup terampi mulai dari S2 sampai tamat SMA ada. Puskesmas juga dibantu dengan adanya pelatihan terpadu yang dilaksakan oleh Dinas Kesehatan yang sangat membantu pegawai-pegawai kita untuk bisa memberikan pelayanan yang
terbaik.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Dijelaskan diatas bahwa meningkatkan sumberdaya manusia dapat meningkatkan kinerja dan tugas Puskesmas dalam menjalankan tugasnya. Hal sama juga dikemukakan oleh bapak Dr.Zuhriah Nst, selaku Wakil Koordinator I yang menyatakan :
“Ya seperti pendapat Ibu Kepala tadi bahwa dengan pemberian
penjelasan atau pembinaan itulah yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. Jadi beliau berharap setiap pegawai lebih bekerja secara profesional dan sepenuh hati. Disini juga kita menerapkan komunikasi dua arah yang memberikan dampak positif terhadap kinerja pegawai kita dan juga setiap pegawai akan diberikan teguran bila melakukan kesalahan yang mungkin saja terjadi.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Dari kedua jawaban diatas menyatakan bahwa pentingnya pembinaan dan sosialisasi serta komunikasi yang baik dapat meningkatkan kinerja pegawai. Juga
(31)
setiap pegawai akan diberikan teguran yang sesuai dengan kesalahannya apabila kurang cermat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Wujud dari terlaksananya program yang efektif adalah layanan-layanan memberikan informasi atau pemahaman kepada masyarakat, menjawab segala tuntutan masyarakat atas reformasi pelayanan, dan kemudahan dan kepastian dalam bentuk pelayanannya. Jadi ukuran untuk melihat efektivitas itu ada lima yaitu, pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata.
1. Pemahaman Program
Dengan adanya informasi atau kejelasan atas terlaksananya sebuah program akan memudahkan dalam pengaplikasiannya atau pengoperasionalannya. Dan juga, melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir. Masyarakat diharapkan untuk mengerti atas program KIS ini sehingga dapat mewujudkan kepastian layanan dalam pelayanan kesehatan yang berdampak langsung kepada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai cara Pihak Puskesmas dalam memperkenalkan program KIS, beliau menyatakan bahwa :
“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa program KIS ini
adalah program nasional, dan sosialisasinya juga sudah secara nasional baik itu melalui bapak Presiden yang mensosialisasikan langsung maupun melalui Ibu Mentri Kesehatan melalui BPJS pusa baik dari media massa, media cetak maupun media elektronik, secara tidak langsung juga masyarakat sudah
(32)
mengetahui dan paham apa itu KIS dan siapa yang layak mendapatkan KIS tersebut, namun namanya juga sosialisasi tidak ada yang sempurna, pasti ada saja kalangan bawah tidak tau informasi tentang KIS, nah kami pihak puskesmas bersama pihak kecamatan melakukan sosialisasi kerumah-rumah masyarakat sekaligus mendata kriteria masyarakat yang layak mendapatkan
KIS ini.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Danawati Rylai yang merupakan peserta pengguna KIS menjelaskan bahwa :
“Saya mengetahui program Kartu Indonesia ini dari berita di tv,
bahwa program ini adalah program layanan kesehatan seperti askes yang sudah terlebih dahulu ada, namun yang membedakan ya KIS ini adalah buat masyarakat miskin dan tidak mampu. Kita yang miskin ini merasa terbantu sekali dek seperti disama ratakan dengan orang-orang yang mampu jadinya dalam hal
pelayanan kesehatan.” (Hasil wawancara tanggal 23 Oktober
2016).
Berbeda dengan bapak Aruka Maulana yang merupakan peserta pengguna KIS yang menjelaskan bahwa :
“Saya tidak tau apa itu Kartu Indonesia Sehat, saya pikir cuma kartu biasa saja yang semua orang juga bisa mendapatkannya, tapi cukup terkejut juga ketika dibagikan pihak kelurahan kerumah saya dan mendapatkan penjelasan tidak semua orang
(33)
bisa mendapatkan karu ini, merasa bersyukur sekali saya karena kami masyarakat miskin dan tidak mampu ini ternyata
diperhatikan oleh bapak Presiden kita.” (Hasil wawancara
tanggal 23 Oktober 2016).
Dari ketiga jawaban diatas terlihat perbedaan pendapat dimana Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei agul lebih melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan sistem jemput bola, sementara itu ibu Danawita Rylai yang mengetahui program KIS melalui televisi. Juga bapak Aruka Maulana yang tidak mengetahui tentang program ini tetapi sangat bersyukur ketika mendapatkan KIS dan mendapatkan penjelasan tentang manfaat KIS dari pihak Kelurahan.
Terkait dengan program Kartu Indonesia yang disosialisasikan Puskesmas Sei Agul juga bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tahapan prosedur yang jalani dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pengguna KIS seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul bahwa :
“Masyarakat yang mau berobat ke puskesmas baik itu peserta BPJS, KIS maupun berobat menggunakan kartu puskesmas, biasanya langsung saja mendatangi ruang kartu untuk mendaftar berobat dan dilakukan verifikasi berkas untuk melihat apakah terdaftar sebagai masyarakat Kecamatan Medan Barat apa tidak, jika tidak terdaftar maka akan dikenakan biaya tambahan untuk berobat, jadi disini tidak ada yang namanya lama menunggu karena biasanya semua sudah terdata dan terdaftar. Kemudian
(34)
bisa menunggu untuk dipanggil sesuai dengan jenis keluhan atau pengobatan, disini kita ada ruang dokter, ruang imunisasi, ruang suntik, poli gigi, poli umum, klinik sanitasi, ruang KIA/KB dan gizi yang mana semua tadi bisa dipakai untuk pengguna KIS dan setelah selesai berobat bisa menunggu untuk mendapatkan obat yang semuanya gratis disini. kemudian bagi pengguna KIS jikalau ingin melakukan rujukan, puskesmas dengan senantiasa memberikan surat rujukan yang mana pengguna KIS diberikan keleluasaan dalam memilih rumah sakit rujukan yang masih
dalam cakupan menerima Kartu Indonesia Sehat.” (Hasil
wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Hal yang sama juga dijelaskan ibu Dameria Saragi, Am.K selaku Kepala Loket pendaftaran Puskesmas Sei Agul yang menyatakan :
“kalau mengenai prosedur tata cara berobat di puskesmas, singkatnya yang pertama itu masyarakat bisa mendaftar dimeja loket pendaftaran terkait apa datang ke puskemas,bisa saja mau berobat, konsultasi, minta surat kesehatan, surat sakit, atau mau minta rujukan rumah sakit. Nah kemudian menunggu sebentar karena ada verifikasi sedikit dan nantinya dipanggil sesuai dengan keluhannya tadi, setelah itu baru menunggu lagi diruang tunggu untuk mendapatkan obat Kalau mengenai pengguna KIS, sama saja dengan masyarakat tadi karena umumnya ya seperti
(35)
itu prosedur yang harus ditaati dan diikuti dek.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).
Sejalan dengan Kepala Sub Tata Usaha, ibu Susilawati selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :
“Pertama ya mendaftar ke loket menggunakan kartu KIS nya dek, terus menunggu sebentar untuk dipanggil, seperti sekarang ini anak saya yang sakit demam jadi saya bawa berobat dengan menggunakan kartu KIS, setelah itu diperiksa sama dokternya, lalu dikasi obat sama perawat, kemudian selesai dan sudah bisa pulang dan tidak dipungut biaya apapun, kalau anak saya ini tadinya demam tinggi saya bisa juga mengajukan berobat kerumah sakit dari puskesmas ini melalui surat rujukan, jadi sangat membantu sekali KIS ini dek.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa informan menyatakan bahwa tahapan dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pengguna Kartu Indonesia Sehat sama yaitu dimulai dari meja loket pendaftaran dengan membawa persyaratan lengkap beserta penjelasan keluhan atau sakit yang sedang dialami. Setelah itu bisa mendapatkan pengobatan dan mendapatkan obat dari puskesmas.
Berdasarkan observasi dan catatan lapangan, penulis melihat umumnya masyarakat yang hendak berobat ke puskesmas tidak dibebani oleh biaya maupun lamanya kepengurusan berkas atau antrian dalam mendapatkan layanan kesehatan.
(36)
2. Sasaran
Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuan/sasaran dari program Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program dengan baik dan tepat sasaran. Hal ini berkaitan tentang pemahaman informan mengenai kepesertaan program Kartu Indonesia Sehat di wilayah kerja puskesmas Sei Agul, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
“menurut saya yang bisa mendapatkan KIS itu adalah masyarakat yang kurang mampu, atau dalam hal ini adalah masyarakat yang miskin, setau saya yang mendata masyarakat yang bisa mendapat KIS ini adalah Lurah masing” dan di teruskan ke dinas kesehatan kota atau provinsi sampai keluarnya KIS ini dan dapat di terima masyarakat yg layak mendapatkan” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, jawaban lain atas pertanyaan tersebut disampaikan oleh Bapak dr.Zuhriah Nst selaku Wakil Koordinator I Puskesmas Sei Agul :
“KIS ini kan hampir sama dengan BPJS dek, tapi yang membedakan iuran KIS di tanggung pemerintah, nah kalau BPJS bisa semua orang yang mendaftar, kalau KIS beda lagi, yang bisa mendapatkan KIS hanya orang tertentu saja yg sudah di data
sebagai orang yang bisa di katakan kurang mampu dek” (Hasil
(37)
Senada dengan Wakil Koordinator, Ibu Tiur Elisabeth yang merupakan pasien yang berobat menggunakan Kartu Indonesia Sehat menyatakan bahwa :
“Program KIS sudah tepat sasaran, karena sangat membantu masyarakat yang mau berobat apalagi masyarakat yang kurang mampu seperti kami-kami inilah dek yang mendapatkan KIS ini, bisa dikatakan yang kurang mampu atau apalah itu namanya, terkejut juga waktu di bagikan ini ke rumah, terkejutnya ya merasa bersyukur dan terbantu lah kami dengan adanya KIS ini. Semua biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi saya merasa sangat terbantu.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).
Dari kutipan hasil wawancara dapat diketahui bahwa efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin berkacamata dari tepatnya sasaran itu sendiri sudah menjawab kebutuhan pelayanan yang dituntut masyarakat. Dalam hal ini pihak
3. Tepat Waktu
Kesesuaian penggunaan waktu dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat akan mempengaruhi efektivitasnya program tersebut. Dengan perancangan terhadap proses pelaksanaan program tersebut maka akan dapat mengukur terhadap kesesuaian waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya.
Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul menyatakan bahwa :
(38)
“Kalau berbicara mengenai waktu ya relatif dek, pengurusan atau penanganan tiap pasien kan berbeda. Kami disini menargetkan penanganan pertama itu antara rentang waktu 15-20 menit selesai, Contohnya saja apabila ada peserta KIS yang cuma sakit biasa saja seperti demam, flu, mual, itu penanganannya cepat bisa sekitar 20 menit sudah selesai sampai si pasien mendapatkan obat dan pulang kerumah. Tetapi itu berbeda terhadap penanganan pasien KIS dengan sakit berat seperti DBD, diare, kecelakaan lalu lintas Dsb yang membutuhkan rawat inap bagi pasien, karena di puskesmas ini belum disediakan ruangan untuk rawat inap dan harus melakukan rujukan kerumah sakit padahal proses penanganan nya harus cepat dilakukan, ini adalah salah satu kendala dek di puskesmas ini terkait dengan tepat waktu karena pelayanan kesehatan itu menyangkut waktu juga, apabila lama diproses ya
nyawa bisa terancam.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober
2016).
Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, Puspita kumala, Am.Keb selaku perawat di Puskesmas Sei Agul menyatakan :
“kalau dirata-ratakan, 1 orang pasien itu mulai dari pendaftaran
sampai mengambil obat biasanya sekitar 15 sampai 20 menitan, kami selaku pegawai puskesmas bekerja sudah sesuai standar dan tupoksinya masing-masing bang. Kami tidak
(39)
membeda-bedakan pasien berobat menggunakan akses yang mana, apalagi KIS yang notabene diperuntukkan buat masyarakat miskin, bagi kami bekerja semaksimal mungkin tanpa melihat status sudah
sangat puas.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).
Kemudian Ibu Laila yang merupakan pasien pengguna Kartu Indonesia Sehat menyatakan bahwa :
“Biasanya saya berobat pagi menjelang siang dek karena habis
mengantar anak sekolah, saya punya penyakit jantung yang sudah lama tidak saya periksa karena masalah biaya, kemudian ketika saya dapat KIS pertama kali, saya coba berobat ke puskesmas, Alhamdulillah tidak sampai menunggu lama setelah berkonsultasi dengan dokter, saya diberikan rujukan kerumah sakit pringadi dan sampai sekarang saya mudah saja kalau mau berobat dan prosesnya cepat gak sampe nunggu lama, bisa
langsung berobat ke rumah sakit besar.” (Hasil wawancara
tanggal 23 Oktober 2016).
Kesimpulan dari hasil wawancara diatas bahwa berdasarkan pendapat dari informan yang sebagian besar menjawab bahwa jangka waktu proses mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta KIS sudah sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dan diinformasikan. Dan pengguna KIS juga tidak dibedakan prosesnya ketika melakukan pengobatan dan bisa mendapatkan rujukan kerumah sakit secara cepat dari pihak Puskesmas. Namun didalam proses agar suatu pelayanan itu bisa tepat waktu belum bisa terlaksana dengan baik di
(40)
Puskesmas Sei Agul, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yaitu sistem rawat inap di puskesmas Sei Agul belum ada sehingga tidak memungkinkan bagi pasien yang membutuhkan perawatan medis yang cepat dan perawatan medis lanjutan dapat dilakukan di Puskesmas Sei Agul dan harus meneruskan ke rumah sakit melalui sistem rujukan.
4. Tercapainya Tujuan
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan tercapai, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target konkrit. Terkait dengan tahapan perencanaan pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul sudah dijalankan oleh pihak Puskesmas Sei Agul.
Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
“Sesuai dengan Peraturan Presiden No.19 tahun 2016 tentang
Jaminan Kesehatan dalam rangka penerapan jaminan kesehatan bagi semua warga negara Indonesia maka dibentuklah satu program nasional yaitu KIS yang merangkul masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mampu agar bisa mendapatkan layanan kesehatan yang ditanggung pemerintah. Dari isi perpres tadi saja sudah bisa kita simpulkan dek kalau tujuan utamanya itu ya memberikan pelayanan yang merata terutama bagi
(41)
masyarakat miskin. Yang dulunya masyarakat tidak mampu itu kan iri terhadap masyarakat sejahtera yang bisa berobat kemana saja, sekarang dengan adanya KIS jadi mudah-mudahan kesenjangan di pelayanan kesehatan itu tidak ada lagi dek.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Sylvi selaku pengguna KIS yang mengatakan bahwa :
“kalau saya melihat tujuan dari KIS ini dek sangat bagus, yaitu untuk merangkul semua masyarakat tidak mampu seperti ibu sekarang ini untuk tidak takut buat berobat karena biaya berobat sudah ditanggung oleh pemerintahan pak Jokowi, saya sangat bangga dengan negara yang memperdulikan kami ini agar semuanya sama tidak ada perbedaan dalam memperoleh jaminan kesehatan, kalau dulu kan kita mau berobat hitung-hitungan dulu dirumah karena pasti banyak kena biaya, jadi diurungkan dulu niatnya biarlah uang buat berobat tadi untuk kebutuhan anak sekolah, kalau sakit kan masih bisa ditahan. Kalau sekarang mah beda sekali tidak sungkan untuk berobat
apalagi ke rumah sakit untuk opname atau operasi.” (Hasil
(42)
Sehubungan dengan jawaban diatas, Ibu Susilawati juga mengutarakan pendapatnya:
“Kalau saya berpendapat pelaksanaan program itu sudah tercapailah tujuannya. Melihat dari pelayanan yang saya dapatkan yang tidak membutuhkan waktu yang lama ketika berobat adalah sebuah bukti dari usaha dalam pencapaian program itu. Namun di lingkungan tempat saya tinggal dek di danau poso tidak semua masyarakat yang mendapatkan KIS ini walaupun mereka tergolong sudah dan miskin.” (Hasil wawancara tanggal 23 Oktober 2016).
Kesimpulan hasil wawancara diatas bahwa berdasarkan pendapat dari informan keseluruhan bahwa tujuan pelaksanaan ini tercapai dalam rangka penerapan jaminan kesehatan bagi semua warga negara Indonesia. Dari pernyataan diatas, mengemukakan bahwa tujuan adanya program Kartu Indonesia Sehat ini adalah memberikan pelayanan kesehatan yang merata agar tidak ada lagi kesenjangan supaya masyarakat tidak mampu atau miskin dapat merasakan manfaat dari jaminan kesehatan.
5. Perubahan Nyata
Perubahan atau reformasi merupakan salah satu bentuk berhasil atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat, perubahan tidak bisa dipisahkan untuk mengukur pencapaian kebeherhasilan dari program tersebut. Perubahan bisa mengalami kemajuan dalam pelayanan maupun juga kemunduran dalam pelayanan. Dalam melihat perubahan
(43)
atas pelayanan perlu adanya perbandingan antara sebelum adanya program dan setelah adanya program. Sehingga dapat diukur bila pelaksanaan program tersebut memberikan efek atau dampak bagi terselenggaranya suatu bentuk pelayanan maupun memberikan perubahan nyata bagi masyarakat, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
“Melalui program KIS ini, saya mengharapkan masyarakat sadar
akan kesehatan. Terus terang sudah banyak program pemerintah di bidang kesehatan yang sangat membantu masyarakat kurang mampu, saya selaku Kapus sangat bersyukur karena masyarakat terbantu dan banyak merasa bahwa pemerintah memperhatikan mereka. Terkait dengan program, KIS ini memberikan pengaruh besar terhadap kesadaran masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu bahwa sekarang tidak usah malu buat berobat ke rumah sakit karena memikirkan masalah biaya karena itu semua ditanggung oleh pemerintah jadi tidak usah malu dan harus
berobat karena kesehatan itu sangatlah penting.” (Hasil
wawancara tanggal 17 Oktober 2016).
Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Ratna selaku pengguna KIS yang mengatakan bahwa :
“Selama saya berobat pake KIS ini dek belum pernah rujukan,
masih berobat di sini saja, perubahan nyata yang saya rasakan sangat terbantu lah dengan ada nya KIS ini, bisa menghemat
(44)
belanja bulanan lah dengan tidak keluar uang untuk berobat, trus orang puskesmas nya pun baik dan ramah, obat yang di kasih pun
bagus semua tidak ada yg rusak atau kadarluarsa dek” (Sumber:
Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).
Sejalan dengan Ibu Ratna, ibu Tiur Elisabeth selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :
“Perubahan yang sangat saya rasakan itu dekku adalah seperti sekarang ini saya sudah mau melahirkan, selama ini saya contol kerumah sakit melalu rujukan puskesmas dan tidak ada biaya yang dipungut padahal saya orang tidak mampu harusnya berpikir buat berobat kerumah sakit, tapi adanya KIS sangat membantu saya, sekarang ini saya mau minta surat rujukan karena saya mau melahirkan sekitar 6 hari lagi jadi mau minta surat rujukan rumah sakit tempat saya di operasi nantinya dan lagi-lagi itu tidak ada biaya yang dibebankan kepada saya,
sungguh sangat membantu sekali KIS ini.” (Sumber: Hasil
wawancara tanggal 23 Oktober 2016).
Berdasarkan pernyataan dari informan diatas, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan informan merasakan ada perubahan nyata atas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat terhadap pelayanan kesehatan. Dengan program Kartu Indonesia Sehat ini, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu dapat lebih dirasakan manfaatnya.
(45)
4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Di Puskesmas Sei Agul
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat yang meliputi:
1. Faktor-Faktor Pendukung
Sumber daya sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan/atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, Jika sarana dikaitkan dengan prasarana dapat dimaknai sebagai seperangkat alat yang dapat digunakan dalam suatu proses kegiatan baik sebagai alat pembantu maupun alat utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul menyatakan bahwa :
“Pada dasarnya kelengkapan sarana dan prasarana pada bagian
ini sudah memadai. Karena pada setiap bagian sudah memiliki peeralatan masing-masing, Tapi yang namanya sarana dan prasarana kan pasti ada umurnya jadi kedepannya mungkin ya perlu adanya perbaikan lah ya contohnya alat-alat di laboratorium kan mudah rusak, ya kalau bisa juga kekurangan kita di Puskesmas ini belum bisa berobat rawat inap karena bangunan kita ini kan masih lantai satu dan renovasi nya juga sudah lama dilakukan dari tahun 2006 tidak ada lagi renovasi dan cuma bisa berobat jalan disini dek, harapan nya ya melalui
(46)
pihak Dinas Kesehatan bisa segera di tambah lah ruangan di sini
demi kenyamanan pasien ketika berobat.” (Hasil wawancara
tanggal 17 Oktober 2016).
Masih terkait dengan pertanyaan yang sama, Suhaimi Angkat,S.Sos sebagai Kepala Tata Usaha Puskesmas menerangkan bahwa:
“Menurut saya perlengkapan di Puskesmas ini sudah memadai atau bisa dikatakan layak lah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan, contoh nya ya kita itu memiliki poliklinik set, bidan kit/dafton, imunisasi kit, dental unit, dental set, laboratorium set. freezer untuk ice bac-type FCW 20 Ek, Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek, Vaccine carier, Timbangan dewasa, kalau dari sarana menurut saya sudah baik tetapi yang namanya puskesmas ya ginilah dek kami masih kalah sama rumah sakit-rumah sakit, maksudnya disini belum ada cek laboratorium, jadi kalau mau cek laboratorium harus ke puskesmas darussalam dulu karena disana ada alatnya. Dan lagi kita belum bisa rawat
inap.” (Hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2016).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Sei Agul sudah cukup memadai dan memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pasien untuk berobat. Walaupn kedepannya perlu ada beberapa penambahan atau perbaikan demi meningkatkan pelayanan bagi pasien.
(47)
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005:9). Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung lainnya bisa dilihat dari kesiapan atau keprofesionalan pegawai Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam hal ini Puspita Kumala ,Am.Keb yang merupakan perawat menyatakan:
“Kinerja para pegawai di puskesmas sudah sesuai dengan
tupoksinya masing-masing, dimana mereka bekerja berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas), selain itu kami selalu mangadakan rapat Lokakarya Mini setiap bulan di minggu ke-2 terkait dengan kinerja pegawai dan keluhan-keluhan dari pegawai sehingga semua pegawai dapat
diawasi kinerjanya dengan sangat baik.” (Hasil wawancara
tanggal 19 Oktober 2016).
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kinerja seluruh pegawai puskesmas Sei Agul dapat dikatakan baik, karena mereka bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas).
2. Faktor Penghambat
Untuk menciptakan pelayanan seperti yang diharapkan dengan segala sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas tersebut, diperlukan umpan balik (feedback) masyarakat dari seluruh elemennya. Pengawasan masyarakat adalah sebuah keharusan dalam tindakan nyata dalam penyelenggaraan pelayanan. Namun, dibalik segala upaya dalam pencapaian keberhasilan, ditemukan juga bahwa ada
(48)
hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan efektivitas penyelenggaraan pelayanan, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai hambatan dan tantangan didalam pelaksanaan program KIS, beliau menyatakan bahwa :
“Kalau hambatan ya pasti ada beberapa ya, misalnnya pasien yang tidak sabar dalam mengantri untuk daftar berobat padahal lagi ramai atau lagi jam istirahat. Namun kami selalu memberitahukan kepada pasien untuk bersabar dalam mengantri, dan kami juga membantu pasien terkait kartu KIS yang bermasalah atau rusak. Kami menghimbau pasien agar melaporkan kepada BPJS Kesehatan atau Kelurahan agar kartu tersebut bisa dipakai kembali. Kemudian kekurangan dari peralatan puskesmas yang belum terlalu lengkap semisal tes laboratorium dan belum ada nya sistem rawat inap membuat puskesmas ini hanya bekerja semaksimal mungkin agar bisa
memberikan pelayanan yang terbaik” (Hasil wawancara tanggal
17 Oktober 2016).
Sementara itu Dr.Zuhriah Nst yang merupakan wakil Koordinator I menyatakan:
“Masalah yang pernah terjadi di Puskesmas ini yaitu peserta pengguna KIS pernah balik lagi ke Puskesmas karena Rumah Sakit tempat rujukan tidak menerima padahal dari data BPJS Kota Medan rumah sakit tersebut terdaftar sebagai rujukan
(49)
pengguna kartu KIS, ada lagi permasalahan yang mana masih banyak masyarakat yang mengeluh tidak mendapatkan KIS padahal dia tergolong susah/tidak mampu dan mereka datang ke Puskesmas untuk meminta jawaban padahal peserta JKN-KIS ini di data oleh kelurahan yang berkoordinasi dengan BPJS, kalau ada kesilapan bisa mendatangi kelurahan dan bertanya dan jika terbukti sebagai masyarakat yang kurang mampu maka petugas kelurahan dapat berkoordinasi dengan BPJS agar mengeluarkan KIS, jadi masih bisa kok masyarakat mendapatkan KIS dengan aktif langsung menanyakan dan menagih karena KIS ini adalah hak semua warga Negara Indonesia sebagai tanggung jawab Negara dalam memberikan kesejahteraan sosial (Hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2016).
Kemudian Ibu Layla sebagai peserta KIS menyatakan :
“Kalau hambatannya sih ya antrian mau daftar berobat yang cukup panjang pada saat jam padat, karena kan kita ikut program KIS jadi kalau mau berobat harus ngantri cek kartu dulu baru bisa berobat enggak seperti berobat mandiri tinggal lapor apa sakitnya langsung ditunjuk polinya. dan masalah yang lain adalah ada keluarga saya yang susah sekali hidupnya tetapi tidak mendapatkan KIS, coba adek telusuri nanti ya kenapa bisa ada orang yang memang layak dapat tapi tidak diberikan Kartu Indonesia Sehat.” (Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2016).
(50)
Sementara itu ibu Ratna Sembirng menjelaskan:
“Kekurangan nya ya cuma di sini tidak ada rawat inap, kan kalau sakit demam dan sebagainya bisa d rawat di sini tidak harus opname kerumah sakit karna lebih enak disini lebih kenal orang-orangnya dan tidak harus jauh-jauh jalan ke rumah sakit. (Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti maka permasalahan diatas jika disimpulkan banyak terjadi di pembagian Kartu Indonesia Sehat dimana masih belum semua masyarakat merasakan dampak baik dari KIS dan ini merupakan kesalahan dari pendataan. Kemudian permasalahan berikutnya adalah kurangnya fasilitas yang ada di Puskesmas membuat program KIS ini belum bisa berjalan dengan maksimal walaupun dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pasien, program KIS sudah berjalan dengan cukup baik di Puskesmas Sei Agul.
(51)
BAB V
ANALISIS DATA
Dalam bab ini peneliti akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.
Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara dengan informan yang diharapkan mewakili seperti dari Kepala Puskesmas, Wakil Koordinator I Puskesmas, Kepala loket, Kepala Tata Usaha, Perawat dan Masyarakat pengguna KIS yang melakukan pengobatan di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat. Data yang telah diperoleh oleh penulis telah disusun secara sistematis pada bab sebelumnya, baik melalui wawancara, observasi di lokasi penelitian, dan juga data sekunder berupa berkas maupun catatan-catatan yang diperoleh penulis dilapangan sebagai data pendukung dari penelitian ini.
Selanjutnya data tersebut akan diberikan analisis tentang efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Sei Agul. Dalam melakukan analisis, data yang telah disajikan pada bab selanjutnya akan disesuaikan dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan tujuan kegiatan penelitian ini sehingga analisis yang dilakukan oleh penulis dapat disajikan dengan baik.
(52)
5.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan
Efektivitas berarti tercapainya sasaran, target, tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya tanpa mengabaikan mutu. Efektivitas menjadi sebuah konsep yang penting dalam suatu organisasi karena efektivitas memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi untuk mencapai sasarannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.. Dalam penelitian ini, efektivitas yang dimaskud adalah efektivitas dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat miskin. Puskesmas sebagai salah organisasi pelaksana tugas dari Dinas Kesehatan harus memberikan informasi, fasilita, sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat agar pelayanan tersebut dapat dinilai efektif karena dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sei Agul, secara umum efektivitas program Kartu Indonesia Sehat yang tekah dilaksanakan di Puskesmas tersebut dapat dinilai efektif. Hal itu terlihat dari aspek pelayanan kesehatan yang terselenggara di Puskesmas Sei Agul sudah sesuai dengan peraturan yang mengatur serta memenuhi standar kebutuhan dasar pelayanan terhadap pasien KIS dan mampu menyelenggarakan pelayanan dengan baik, hal itu juga didukung oleh sikap masyarakat yang menunjukkan apresiasi dimana peserta pengguna KIS menilai tidak ada batasan-batasan ketika masyarakat miskin atau tidak mampu untuk mau
(53)
mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga membuat semua masyarakat merasakan manfaat jaminan negara tentang kesehatan.
Gambaran dari pelaksanaan program yang efektif adalah program yang dilaksanakan dapat dipahami oleh masyarakat, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan, dan adanya perubahan nyata.
5.1.1 Pemahaman Informan mengenai Program Kartu Indonesia Sehat
Pelaksanaan program yang dijalankan oleh suatu lembaga/organisasi pemerintahan harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, program Kartu Indonesia Sehat adalah program nasional dibidang kesehatan dalam rangka mencapai jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2019.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi, pada indikator pemahaman program dapat dikatakan efektif, hal itu dapat dilihat dari sosialisasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah pusat ataupun menteri kesehatan yang berkoordinasi dengan BPJS yang melakukan sosialisasi di media sosial, media cetak, media elektronik tentang Kartu Indonesia Sehat dan manfaat yang bisa dirasakan dari Kartu Indonesia Sehat sehingga mayoritas masyarakat jadi mengetahui apa manfaat dari dikeluarkannya KIS ini, pihak Puskesmas Sei Agul juga selaku pelaksana tugas dilapangan melakukan sosialisasi yang efektif yaitu dengan sistem jemput bola turun langsung ke rumah-rumah masyarakat melakukan pendataan serta sosialisasi langsung tentang Kartu Indonesia Sehat, hal ini membuat masyarakat khususnya di Kecamatan Medan
(54)
Barat jadi mengetahui dan sadar bahwa pemerintah melalui Kartu Indonesia Sehat peduli terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu dengan menjamin pengguna Kartu Indonesia Sehat mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan masyarakat lainnya.
5.1.2 Ketepatan Sasaran
Sesuai dengan Perpres No 16 tahun 2016 ayat 1 menyatakan bahwa Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoreh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebuhrhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Penerima bantuan iuran Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai program Jaminan Kesehatan. Berdasarkan Perpres No 16 peserta JKN-KIS adalah fakir miskin dan masyarakat tidak mampu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi.
Hasil penelitian pada indikator ini menunjukkan hasil yang efektif. Hal itu terlihat dari masyarakat menyatakan bahwa mereka memang layak untuk mendapatkan KIS karena tergolong sebagai masyarakat tidak mampu dan sangat terbantu dengan adanya program KIS ini seperti tidak ada perbedaan antara orang kaya dan miskin dalam mendapatkan jaminan akan kesehatan. Puskesmas juga sebagai instansi pelayanan kesehatan berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai yaitu masyarakat yang kurang mampu/dibawah garis sejahtera karena program ini dinilai sangat bermanfaat terhadap masyarakat yang tergolong miskin
(55)
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar layak yang akan sangat menentukan kualitas hidup warga negara. Dengan demikian pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat tidak mampu dalam memperoleh kemudahan dalam pelayanan.
5.1.3 Tepat Waktu
Pelayanan publik yang diberikan oleh suatu organisasi atau instansi pemerintahan harus memiliki kepastian waktu penyelesaian kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Berkaitan dengan hal ini, Puskesmas Sei Agul dalam kaitannya sebagai organisasi pemerintahan yang menjalankan program Kartu Indonesia Sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas juga harus memperhatikan kejelasan waktu sehingga dapat memberikan kepastian waktu kepada masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan pelaksanaan dari program KIS dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Adapun usaha yang dilakukan oleh Puskesmas Sei Agul adalah dengan memberikan informasi pengumuman di depan pintu masuk Puskesmas tentang jangka waktu sewaktu melakukan perobatan di puskesmas Sei Agul, Kepala Puskesmas melalui hasil wawancara menyatakan rentang waktu penyelesaian penanganan medis tingkat pertama adalah sekitar 15-20 menit. Hal ini berlaku bagi semua masyarakat yang berobat ke Puskesmas termasuk juga pengguna Kartu Indonesia Sehat yang tidak dibedakan prosesnya dari pengguna kartu BPJS ataupun mandiri walaupun pengguna KIS adalah masyarakat tidak
(56)
Hasil penelitian pada indikator ini menunjukkan hasil yang efektif tetapi belum maksimal, terlihat dari mayoritas informan yang menyatakan bahwa jangka waktu proses mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta KIS sudah sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dan diinformasikan, Namun didalam proses agar suatu pelayanan itu bisa tepat waktu belum bisa terlaksana dengan baik di Puskesmas Sei Agul, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yaitu sistem rawat inap di puskesmas Sei Agul belum ada sehingga tidak memungkinkan bagi pasien yang membutuhkan perawatan medis yang cepat dan perawatan medis lanjutan dapat dilakukan di Puskesmas Sei Agul dan harus meneruskan ke rumah sakit melalui sistem rujukan.
5.1.4 Tercapainya Tujuan
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan tercapai, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target konkrit. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, tujuan dari pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat adalah memberikan perlindungan sosial untuk menjamin semua masyarakat yang tergolong miskin mendapat perlindungan kesehatan. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dilapangan maka diketahui bahwa tujuan dari pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat adalah untuk menyelengarakan jaminan kesehatan dan memberikan manfaat akan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang tergolong miskin seperti yang dilaksanakan
(57)
dalam Jaminan Kesehatan Nasional dimana semua masyarakat wajib mendapat perlindungan kesehatan termasuk juga masyarakat miskin yang menjadi program JKN-KIS.
Berdasarkan wawancara dengan informan, maka dapat dilihat bahwa tujuan dari program KIS adalalah untuk menjamin kesehatan seluruh masyarakat Indonesia yang tergolong miskin, namun bagi ruang lingkup pihak Puskesmas lebih mengarah kepada menjamin kesehatan seluruh masyarakat Kecamatan Medan Barat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program KIS adalah memberikan pelayanan kesehatan dan menjamin kesehatan seluruh masyarakat yang terdaftar sebagai peserta JKN-KIS dan tujuan dari dibuatnya program sudah bisa dikatakan efektif karena pemerintah mau menanggung jaminan kesehatan seluruh masyarakat miskin yang ada di Indonesia, hal itu terlihat dari keseriusan pemerintah yang mengejar percepatan kepesertaan semesta Jaminan Kesehatan yang sejalan dengan SJSN, dengan KIS, Jaminan Kesehatan universal coverage dapat diwujudkan dalam tempo cepat dan tidak harus menunggu sampai 2019. Dan pada pelaksanaannya, tujuan tersebut sudah tercapai dengan baik di Puskesmas Sei Agul, hal itu terlihat dari beberapa narasumber baik yang berasal dari pengguna JKN-KIS dan pihak Puskesmas Sei Agul, mereka semua merasa bahwa dengan adanya program KIS dapat memudahkan dalam mendapat jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat miskin.
(58)
5.1.5 Perubahan Nyata
Perubahan atau reformasi merupakan salah satu bentuk berhasil atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Suatu program dapat dikatakan efektif apabila program tersebut dapat berjalan dengan baik serta dapat memberikan hasil yang nyata kepada kelompok sasaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa keseluruhan informan yang adalah pengguna Kartu Indonesia Sehat merasakan ada perubahan nyata atas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat terhadap pelayanan kesehatan. Bagi Puskesmas sebagai pengelola, Kartu Indonesia Sehat mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil bagi kelompok sasaran. Bagi masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran menilai mereka merasa puas dengan hasil pelayanan dan program-program yang diberikan oleh puskesmas sehingga tidak ada batasan-batasan ketika masyarakat miskin atau tidak mampu untuk mau mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan adanya program Kartu Indonesia Sehat ini, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu dapat lebih dirasakan manfaatnya.
5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Di Puskesmas Sei Agul
1. Faktor Pendukung
Dari temuan di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, bahwa faktor pendukung pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul yaitu:
(1)
ide, masukan, dan saling berdiskusi terhadap penelitian yang penulis lakukan.
10. Untuk kak Dian Siregar dan kak Mega yang telah baik membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan.
11. Terima kasih buat kawan main “Brother From Another Mother/Broodmother”, Josua Simanjuntak, Erwin Napitupulu, Jonatan Sitompul, Rio Sihombing, Roberto Hutabarat, Wahyu Simamora, Leo Silitonga, Noviaris, baik dalam permainan nyata maupun permainan maya. Terimakasih atas keseruan dan kekocakkan yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
12. Terima kasih untuk kawan-kawan kelompok magang Desa Pantai Gading, Sanny Sembiring, Jessica Tarigan, Apritania Kaban, Josua, Jonathan, Wahyu, serta Rio Sihombing
13. Terimakasih untuk kawan-kawan seperjuangan di GMKI FISIP-USU, Billy, Joseph, Elta, Eunike, Lia Winni, Rossa, Despan, Piki, Ruth, Ronny, Iin, Corry dan adik-adik penulis di GMKI Pryda, Joshua Pelawi, Ana, Lita winda, dan semua anggota GMKI yang tidak bisa penulis ingat, terimakasih buat keseruan selama berorganisasi.
14. Terimakasih kepada adik-adik stambuk 2013 dan 2014 Rizky Fadly, Ridho, Loren, Vivi, Deddy, Reliska, Natalya atas keceriaan yang diberikan selama masa perkuliahaan.
15. Terima kasih untuk teman-teman Administrasi Negara 2012 selama masa perkuliahan.
(2)
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan baik isi maupun bahasanya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih.
Medan, 20 November 2016 Penulis
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK .... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI . ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Kerangka Teori... 9
1.5.1 Efektivitas ... 10
1.5.1.1 Pengertian Efektivitas ... 10
1.5.1.2 Ukuran Efektivitas ... 12
1.5.1.3 PendekatanEfektivitas ... 16
1.5.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas ... 25
1.5.2 Pelaksanaan ... 28
1.5.2.1 Pengertian Pelaksanaan ... 28
1.5.3 Program ... 30
1.5.3.1 Pengertian Program ... 30
1.5.4 Pelayanan Publik ... 33
1.5.4.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 33
1.5.4.2 Unsur-unsur Pokok Pelayanan Publik ... 35
1.5.4.3 Asas-asas Pelayanan Publik ... 36
1.5.5 Pelayanan Kesehatan ... 37
1.5.5.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan... 37
1.5.5.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 39
1.5.5.3 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan ... 40
1.5.5.4 PemanfaatanPelayanan Kesehatan ... 41
1.5.6 Kartu Indonesia Sehat ... 43
1.5.6.1 Pengertian Kartu Indonesia Sehat ... 43
1.5.6.2 Manfaat Kartu Indonesia Sehat ... 46
1.6 Defenisi Konsep ... 50
1.7 Sistematika Penulisan... 51
BAB II METODE PENELITIAN ... 51
2.1 Bentuk Penelitian ... 51
2.2 Lokasi Penelitian ... 51
2.3 Informan Penelitian ... 51
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52
2.5 Teknik Analisis Data ... 53
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 55
(4)
3.1.1 Letak dan Geografis ... 55
3.1.2 Iklim ... 56
3.2 Gambaran Umum Puskesmas Sei Agul ... 56
3.2.1 Sejarah Singkat Puskesmas Sei Agul ... 56
3.2.2 Letak ... 56
3.2.3 Jangkauan Pelayanan Puskesmas ke Kelurahan Terjauh ... 57
3.2.4 Jangkauan ke Fasilitas Rujukan terdekat ... 58
3.2.5 Keadaan Administrasi(Pemerintahan) ... 58
3.3 Visi dan Misi Puskesmas ... 58
3.3.1 Visi Puskesmas... 58
3.3.2 Misi Puskesmas ... 58
3.4 Tugas dan Fungsi Puskesmas Sei Agul ... 59
3.5 Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul ... 60
3.6 Keadaan Demografi ... 61
3.7 Data Sarana Kesehatan ... 63
3.8 Struktur Organisasi ... 66
3.9 Standar Pelayanan Puskesmas Sei Agul ... 67
3.10 Ketenagaan ... 67
3.11 Fasilitas dan Peralatan ... 69
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 73
4.1 Pelaksanaan Wawancara ... 73
4.2 Identitas Informan ... 74
4.2.1 Identitas Informan berdasarkan Jenis Kelamin ... 74
4.2.2 Identitas Informan berdasarkan Usia ... 75
4.2.3 Identitas Informan berdasarkan Jenjang Pendidikan... 76
4.2.4 Identitas Informan berdasarkan Pekerjaan ... 76
4.3 Hasil Wawancara ... 77
4.3.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul ... 78
4.4 Faktor Yang Mempengaruhi pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat ... 95
BAB V ANALISIS DATA ... 102
5.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul ... 103
5.1.1 Pemahaman Informan mengenai Program Kartu Indonesia Sehat104 5.1.2 Tepat Sasaran ... 105
5.1.3 Tepat Waktu ... 106
5.1.4 Tercapainya Tujuan ... 107
5.1.5 Perubahan Nyata ... 109
5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul ... 109
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 113
6.2 Saran ... 114
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Penduduk ... 61
Tabel 3.2 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 61
Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat... 61
Tabel 3.4 Keadaan Sosial Ekonomi Msyarakat ... 62
Tabel 3.5 Data Agama Penduduk ... 62
Tabel 3.6 Data Sarana Kesehatan Lingkungan ... 63
Tabel 3.7 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja ... 64
Tabel 3.8 Sumber Daya Masyarakat ... 65
Tabel 3.9 Penyebaran Tenaga Kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul tahun 2016 ... 68
Tabel 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74
Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia ... 75
Tabel 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 107
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pengukuran Efektivitas dan Pendekatan Efektivitas ... 22
Gambar 1.2 Model Kesesuaian Implementasi Program ... 32
Gambar 3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul ... 60
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Puskesmas Sei Agul ... 66