5.1.5 Perubahan Nyata
Perubahan atau reformasi merupakan salah satu bentuk berhasil atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Suatu program dapat dikatakan efektif
apabila program tersebut dapat berjalan dengan baik serta dapat memberikan hasil yang nyata kepada kelompok sasaran. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dengan wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa keseluruhan informan yang adalah pengguna Kartu Indonesia Sehat merasakan
ada perubahan nyata atas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat terhadap pelayanan kesehatan. Bagi Puskesmas sebagai pengelola, Kartu Indonesia Sehat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil bagi kelompok sasaran. Bagi masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran menilai mereka merasa puas
dengan hasil pelayanan dan program-program yang diberikan oleh puskesmas sehingga tidak ada batasan-batasan ketika masyarakat miskin atau tidak mampu
untuk mau mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan adanya program Kartu Indonesia Sehat ini, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang
mampu dapat lebih dirasakan manfaatnya.
5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Di Puskesmas Sei Agul
1. Faktor Pendukung
Dari temuan di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, bahwa faktor pendukung pelaksanaan program Kartu
Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap untuk melayani masyarakat
miskin pengguna KIS seperti tersedianya komputerlaptop, printer, meja, kursi, Wi-Fiinternet, poliklinik set, bidan kitdafton, imunisasi kit, dental
unit, dental set, laboratorium set. freezer untuk ice bac-type FCW 20 Ek, Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek, Vaccine carier, Timbangan dewasa,
Berbagai fasilitas tersebut berfungsi dalam menunjang pelayanan kesehatan pada masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat yang telah
ditetapkan berdasarkan standar operasional prosedur dalam mewujudkan kepuasan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
2. Dokter, pegawai serta perawat yang berpengalaman dan memiliki
kemampuankeahlian yang baik dibidangnya masing-masing membuat kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat pengguna KIS dapat dipenuhi
dengan semaksimal mungkin, serta komunikasi dua arah yang baik antara atasan dan bawahan dan komunikasi antara pelayan kesehatan dengan
masyarakat membuat kinerja puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik.
2. Faktor Penghambat
Masyarakat merupakan objek dari seluruh pelayanan publik yang Negara lakukan karena pada dasarnya negara berkewajiban memberikan pelayanan yang
maksimal kepada setiap warga negara Indonesia. Pelayanan tersebut tersedia di berbagai bidang yakni kesehatan, hukum, keamanan dan lain
– lain. Peran dari aparatur negara dalam memberikan pelayanan dipandang haruslah mampu
Universitas Sumatera Utara
memuaskan masyarakat dalam menyikapi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tersebut.
Tahapan pelaksanaan suatu program merupakan tahapan yang paling krusial dalam mencapai keberhasilan dari suatu program. Melalui tahapan ini akan
diberikan suatu gambaran apa yang menjadi penyebab berhasilnya atau tidaknya suatu kebijakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan dari
program atau kebijakan tersebut. Faktor penghambat ini dibagi menjadi dua yaitu faktor penghambat yang berasal dari internal Puskesmas Sei Agul dan faktor yang
berasal dari eksternal Puskesmas Sei Agul. Faktor - faktor penghambat pelayanan dari internal Puskesmas Sei Agul
yang paling krusial adalah tidak adanya fasilitas rawat inap di Puskesmas membuat pasien harus dirujuk ke rumah sakit tertentu agar bisa mendapatkan
perawatan lanjutan. Hambatan lainnya terjadi ketika peserta KIS mengeluhkan lama antrian pada saat berobat dan adanya peserta KIS yang tidak membawa kartu
ketika berobat. Sedangkan hambatan yang muncul dari eksternal Puskesmas Sei Agul antara lain yaitu pernah ada penolakan dari Rumah Sakit rujukan Puskesmas
yang menolak pasien peserta KIS, ketika penulis tanyakan kepada informan terkait, beliau menjelaskan dari BPJS kota Medan memberikan kepada kami data-
data rumah sakit yang bisa dijadikan rujukan baik itu pengguna BPJS maupun KIS tetapi ada keputusan sendiri dari pihak rumah sakit terkait yang membuat
pelayanan jadi berhenti. Penulis simpulkan bahwa tidak ada nya koordinasi antara BPJS dan Rumah Sakit membuat pelaksaan program KIS jadi tidak dapat berjalan
dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan eksternal lainnya yang cukup fatal adalah kesalahan dalam pendataan Kartu Indonesia Sehat yang dilakukan oleh Kelurahan atau pemerintah
setempat membuat pembagian Kartu Indonesia Sehat juga menjadi salah sasaran, hal ini banyak didapati penulis ketika melakukan observasi ke wilayah kerja
Puskesmas Sei Agul dimana masyarakat mengeluhkan tentang apa itu KIS, bagaimana mereka bisa mendapatkannya dan mereka mengeluh karena merasa
sebagai masyarakat yang tidak mampu tetapi tidak mendapatkan Kartu Indonesia Sehat. Disinilah peran Pemerintah yang harus bertindak lebih baik dan lebih teliti
lagi tentang pendataan atau mengeluarkan suatu kebijakan dengan merangkul semua masyarakat tidak mampu agar mendapatkan Kartu Indonesia Sehat, dengan
begitu tuntutan masyarakat dapat diminimalisir sekecil mungkin.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP