BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk
dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-
sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu efektivitas pelaksanaan program Kartu
Indonesia Sehat di Pusat Kesehatan Masyarakat PUSKESMAS Sei Agul Kecamatan Medan Barat
4.1 Pelaksanaan Wawancara
Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016. Pelaksanaan wawancara dilakukan di Puskesmas Sei Agul yang
terletak di Jalan Karya II No. 54, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan
kepada Pegawai Puskesmas yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Dalam melakukan wawancara pada penelitian kali ini, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti yaitu antara lain, pertama-tama peneliti menghubungi
pihak tata usaha Puskesmas Sei Agul untuk membuat perjanjian kapan wawancara
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan dilakukan. Setelah mendapatkan waktu yang tepat, peneliti mulai mengunjungi para informan untuk melakukan wawancara. Wawancara dengan
Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Loket Pendaftaran Berobat dan Perawat yang berlangsung selama 4 hari, sementara
wawancara dengan masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dilakukan selama 7 hari.
Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis
menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam
pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan- pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.
4.2 Identitas Informan 4.2.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Identitas informan penelitian yang dilakukan di Kantor Puskesmas Sei Agul mengenai efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam
pelayanan kepada masyarakat dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas laki-laki
dan kelas perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian 2016
No Jenis Kelamin
Frekuensi Orang Persentase
1 Laki-laki
4 28.5
2 Perempuan
10 71.5
Jumlah 14
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan berjumlah 14 orang, dimana informan berjenis kelamin perempuan memiliki
persentase lebih besar dibandingkan dengan informan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan hampir seluruh pegawai yang ada di Kantor Imigrasi yang
merupakan informan kunci dari penelitian ini berjenis kelamin perempuan.
4.2.2. Identitas Informan Berdasarkan Usia
Melihat adanya variasi usia dari informan penelitian ini, maka peneliti mengelompokkannya dalam 4 empat kelas. Adapun keempat kelas tersebut
dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan tabel di atas dari keseluruhan informan yang berjumlah 14
orang, frekuensi informan terbesar ada pada informan dengan usia antara 40-49 tahun karena usia tersebut dianggap sebagai usia paling layak untuk memberikan
jawaban terhadap pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat yang ada di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.
NO Usia Tahun
Frekuensi Orang Persentase
1 20-29
2 14,2
2 30-39
4 28,5
3 40-49
6 42,8
4 50-59
2 14,2
Jumlah
14 100
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan identitas informan menjadi tiga 3 bagian yaitu jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA
sederajat, Sarjana S1, dan Sarjana S2. Secara lebih rinci terdapat dalam tabel
berikut: Tabel 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan
Jenjang Persentase
1 SMA
10 71,5
2 D3Sarjana S1
3 21,5
3 Sarjana S2
1 7
Jumlah 14
100
Sumber: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa informan dengan jenjang
pendidikan dengan presentase tertinggi adalah informan dengan jenjang pendidikan SMA dengan presentase sebesar 71,5. Dengan demikian,informan-
informan ini sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaksanaan Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.
4.2.4 Identitas Informan BerdasarkanPekerjaan
Dalam penelitian ini peneliti mengklasifikasikan identitas informan berdasarkan pekerjaan menjadi beberapa bagian. Secara lebih rinci terdapat pada
tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan No
Nama Pekerjaan
1 Dr.Hj. Iva Purnama,M.Kes Kepala Puskesmas Sei Agul
2 Dr.Zuhriah Nst
Wakil Koordinator I 3
Suhaimi Angkat,S.Sos Ka.Sub.Bagian Tata Usaha
4 Dameria Saragi,Am.K
Kepala Loket pendaftaran berobat
5 Puspita Kumala ,Am.Keb
Perawat 6
Susilawati Peserta Kartu Indonesia Sehat
7 Sylvi
Peserta Kartu Indonesia Sehat 8
Sugiyono Peserta Kartu Indonesia Sehat
9 Tiur Elisabeth S
Peserta Kartu Indonesia Sehat 10
Aruka Maulana Peserta Kartu Indonesia Sehat
11 M.Shofi
Peserta Kartu Indonesia Sehat 12
Laila Peserta Kartu Indonesia Sehat
13 Ratna Sembirng
Peserta Kartu Indonesia Sehat 14
Danawita Rylai Peserta Kartu Indonesia Sehat
Sumber: Hasil Penelitian 2016
4.3 Hasil Wawancara
Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah metode wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis
menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat
menggali informasi lebih dalam dari para informan.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul
Efektivitas dalam suatu organisasi menunjukkan pada tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Dalam hal ini
Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat merupakan salah satu organisasi pemerintahan di bidang kesehatan yang memiliki tujuan memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang melakukan pengurusan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan terhadap penyakit. Oleh sebab itu
Puskesmas Sei Agul sebagai pelaksana Dinas Kesehatan harus memberikan informasi serta fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran
pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat, seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul Medan Barat yang
menjelaskan secara umum efektivitas pelaksanaan program KIS di Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
“Kartu Indonesia Sehat ini adalah kebijakan dari pusat dek, yang mengeluarkan adalah bapak Presiden Jokowi melalui Nawacita,
kami disini hanyalah pelaksana dilapangan saja, format pelayanan dari KIS ini adalah sama seperti BPJS tetapi khusus
buat KIS adalah untuk orang-orang yang tidak mampukategori miskin. Jadi program ini dibuat untuk pelayanan bagi masyarakat
yang tidak mampudulunya tidak bisa berobat dek. Dari awal berlakunya KIS sudah sangat bisa dibilang efektif karena sangat
membantu dek.” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan jawaban Kepala Puskesmas Sei Agul, Bapak Sugiyono salah satu masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat mengemukakan
pendapatnya : Program KIS ini sudah efektif bang, karena sangat membantu
masyarakat yang tidak bisa berobat tapi mempunyai keinginan mau untuk berobat, seperti saya ini masyarakat yang kurang
mampu. Semua biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi s
aya merasa sangat terbantu sekali.” Sumber: Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016.
Dari dua jawaban diatas, terdapat kesamaan jawaban yang mengatakan bahwa program Kartu Indonesia Sehat ini sudah terlaksana secara efektif dalam
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Efektivitas merupakan salah satu tanda bahkan suatu syarat mutlak bahwa
dalam perencanaan pelaksanaan program dapat meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu setiap proses kegiatan internal atau mekanisme organisasi
patut diperhatikan dalam menjalankan suatu penyelenggaraan pelayanan. Benar adanya bila masyarakat kini menuntut pelayanan prima yang
akuntabilitas dan transparan. Selayaknya pemberi layanan perlu diperhatikan dalam tingkat pencapaian kinerja sebagai wujud peningkatan dan reformasi
pelayanan publik. Dan juga masyarakat seharusnya lebih peduli lagi terhadap bentuk pelayanan maupun pelanggaran dalam praktik penyelenggaraan layanan
publik. Keterlibatan masyarakat dalam mengawasi dan menyampaikan aspirasi
Universitas Sumatera Utara
atau keluhan terhadap praktik menjadi faktor penting sebagai umpan balik bagi evaluasi kualitas pelayanan publik dan apakah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Hal ini sesuai dengan penuturan M.Shofi bahwa pemberi layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan sangat berkaitan dengan layanan publik
demi perbaikan kualitas pelayanan publik. Tingkat pencapaian kinerja pemberi layanan yang baik ternyata dapat
memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu layanan. Bermodalkan peran serta masyarakat dalam proses umpan balik ternyata mampu menjawab segala
kekurangan dan tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan saat ini. Berdasarkan pendapat yang diberikan Ratna Sembiring, bahwa pemberian
pelayanan kesehatan dengan program Kartu Indonesia Sehat yang memenuhi standar minimal perlu diamati. Saat ini masih sering dirasakan, bahwa kualitas
layanan minimum belum memenuhi harapan sebagian besar masyarakat. Dan lebih memprihatinkan lagi sebagian besar masyarakat belum memahami secara
pasti tentang standar layanan yang seharusnya diterima dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Apalagi masyarakat masih cukup enggan mengadukan
jika menerima layanan yang kurang berkualitas. Hal ini berkaitan dengan cara Puskesmas dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam pelaksanaan program
Kartu Indonesia Sehat seperti yang dijelaskan oleh Dr.Hj Iva Purnama M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
dari segi kauntitas jumlah sumber daya manusia di puskesmas sudah sangat memadai, dimana di puskesmas ini terdapat
sebanyak 41 pegawai. Dimana kalau tidak salah ada 8 dokter,
Universitas Sumatera Utara
dan ada juga tenaga medis baik itu perawat, bidan, tenaga gizi, farmasi. Hal ini sudah sangat membantu puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Sementara dari segi kualitas, kualitas sumber daya manusia di
puskesmas sudah cukup terampi mulai dari S2 sampai tamat SMA ada. Puskesmas juga dibantu dengan adanya pelatihan terpadu
yang dilaksakan oleh Dinas Kesehatan yang sangat membantu pegawai-pegawai kita untuk bisa memberikan pelayanan yang
terbaik.” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016. Dijelaskan diatas bahwa meningkatkan sumberdaya manusia dapat
meningkatkan kinerja dan tugas Puskesmas dalam menjalankan tugasnya. Hal sama juga dikemukakan oleh bapak Dr.Zuhriah Nst, selaku Wakil Koordinator I
yang menyatakan : “Ya seperti pendapat Ibu Kepala tadi bahwa dengan pemberian
penjelasan atau pembinaan itulah yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. Jadi beliau berharap setiap pegawai lebih
bekerja secara profesional dan sepenuh hati. Disini juga kita menerapkan komunikasi dua arah yang memberikan dampak
positif terhadap kinerja pegawai kita dan juga setiap pegawai akan diberikan teguran bila melakukan kesalahan yang mungkin
saja terjadi. ” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016.
Dari kedua jawaban diatas menyatakan bahwa pentingnya pembinaan dan sosialisasi serta komunikasi yang baik dapat meningkatkan kinerja pegawai. Juga
Universitas Sumatera Utara
setiap pegawai akan diberikan teguran yang sesuai dengan kesalahannya apabila kurang cermat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Wujud dari terlaksananya program yang efektif adalah layanan-layanan memberikan informasi atau pemahaman kepada masyarakat, menjawab segala
tuntutan masyarakat atas reformasi pelayanan, dan kemudahan dan kepastian dalam bentuk pelayanannya. Jadi ukuran untuk melihat efektivitas itu ada lima
yaitu, pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata.
1. Pemahaman Program Dengan adanya informasi atau kejelasan atas terlaksananya sebuah
program akan memudahkan dalam pengaplikasiannya atau pengoperasionalannya. Dan juga, melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir.
Masyarakat diharapkan untuk mengerti atas program KIS ini sehingga dapat mewujudkan kepastian layanan dalam pelayanan kesehatan yang berdampak
langsung kepada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai cara Pihak Puskesmas
dalam memperkenalkan program KIS, beliau menyatakan bahwa : “Seperti yang kita ketahui bersama bahwa program KIS ini
adalah program nasional, dan sosialisasinya juga sudah secara nasional baik itu melalui bapak Presiden yang mensosialisasikan
langsung maupun melalui Ibu Mentri Kesehatan melalui BPJS pusa baik dari media massa, media cetak maupun media
elektronik, secara tidak langsung juga masyarakat sudah
Universitas Sumatera Utara
mengetahui dan paham apa itu KIS dan siapa yang layak mendapatkan KIS tersebut, namun namanya juga sosialisasi tidak
ada yang sempurna, pasti ada saja kalangan bawah tidak tau informasi tentang KIS, nah kami pihak puskesmas bersama pihak
kecamatan melakukan sosialisasi kerumah-rumah masyarakat sekaligus mendata kriteria masyarakat yang layak mendapatkan
KIS ini.” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Danawati Rylai yang merupakan
peserta pengguna KIS menjelaskan bahwa : “Saya mengetahui program Kartu Indonesia ini dari berita di tv,
bahwa program ini adalah program layanan kesehatan seperti askes yang sudah terlebih dahulu ada, namun yang membedakan
ya KIS ini adalah buat masyarakat miskin dan tidak mampu. Kita yang miskin ini merasa terbantu sekali dek seperti disama
ratakan dengan orang-orang yang mampu jadinya dalam hal pelayanan kesehatan.” Hasil wawancara tanggal 23 Oktober
2016. Berbeda dengan bapak Aruka Maulana yang merupakan peserta pengguna
KIS yang menjelaskan bahwa : “Saya tidak tau apa itu Kartu Indonesia Sehat, saya pikir cuma
kartu biasa saja yang semua orang juga bisa mendapatkannya, tapi cukup terkejut juga ketika dibagikan pihak kelurahan
kerumah saya dan mendapatkan penjelasan tidak semua orang
Universitas Sumatera Utara
bisa mendapatkan karu ini, merasa bersyukur sekali saya karena kami masyarakat miskin dan tidak mampu ini ternyata
diperhatikan oleh bapak Presiden kita.” Hasil wawancara tanggal 23 Oktober 2016.
Dari ketiga jawaban diatas terlihat perbedaan pendapat dimana Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei agul lebih melakukan sosialisasi kepada
masyarakat dengan sistem jemput bola, sementara itu ibu Danawita Rylai yang mengetahui program KIS melalui televisi. Juga bapak Aruka Maulana yang tidak
mengetahui tentang program ini tetapi sangat bersyukur ketika mendapatkan KIS dan mendapatkan penjelasan tentang manfaat KIS dari pihak Kelurahan.
Terkait dengan program Kartu Indonesia yang disosialisasikan Puskesmas Sei Agul juga bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tahapan prosedur
yang jalani dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pengguna KIS seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei
Agul bahwa : “Masyarakat yang mau berobat ke puskesmas baik itu peserta
BPJS, KIS maupun berobat menggunakan kartu puskesmas, biasanya langsung saja mendatangi ruang kartu untuk mendaftar
berobat dan dilakukan verifikasi berkas untuk melihat apakah terdaftar sebagai masyarakat Kecamatan Medan Barat apa tidak,
jika tidak terdaftar maka akan dikenakan biaya tambahan untuk berobat, jadi disini tidak ada yang namanya lama menunggu
karena biasanya semua sudah terdata dan terdaftar. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
bisa menunggu untuk dipanggil sesuai dengan jenis keluhan atau pengobatan, disini kita ada ruang dokter, ruang imunisasi, ruang
suntik, poli gigi, poli umum, klinik sanitasi, ruang KIAKB dan gizi yang mana semua tadi bisa dipakai untuk pengguna KIS dan
setelah selesai berobat bisa menunggu untuk mendapatkan obat yang semuanya gratis disini. kemudian bagi pengguna KIS
jikalau ingin melakukan rujukan, puskesmas dengan senantiasa memberikan surat rujukan yang mana pengguna KIS diberikan
keleluasaan dalam memilih rumah sakit rujukan yang masih dalam cakupan menerima Kartu Indonesia Sehat.” Hasil
wawancara tanggal 17 Oktober 2016. Hal yang sama juga dijelaskan ibu Dameria Saragi, Am.K selaku Kepala
Loket pendaftaran Puskesmas Sei Agul yang menyatakan : “kalau mengenai prosedur tata cara berobat di puskesmas,
singkatnya yang pertama itu masyarakat bisa mendaftar dimeja loket pendaftaran terkait apa datang ke puskemas,bisa saja mau
berobat, konsultasi, minta surat kesehatan, surat sakit, atau mau minta rujukan rumah sakit. Nah kemudian menunggu sebentar
karena ada verifikasi sedikit dan nantinya dipanggil sesuai dengan keluhannya tadi, setelah itu baru menunggu lagi diruang
tunggu untuk mendapatkan obat Kalau mengenai pengguna KIS, sama saja dengan masyarakat tadi karena umumnya ya seperti
Universitas Sumatera Utara
itu prosedur yang harus ditaati dan diikuti dek.” Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016.
Sejalan dengan Kepala Sub Tata Usaha, ibu Susilawati selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :
“Pertama ya mendaftar ke loket menggunakan kartu KIS nya dek, terus menunggu sebentar untuk dipanggil, seperti sekarang ini
anak saya yang sakit demam jadi saya bawa berobat dengan menggunakan kartu KIS, setelah itu diperiksa sama dokternya,
lalu dikasi obat sama perawat, kemudian selesai dan sudah bisa pulang dan tidak dipungut biaya apapun, kalau anak saya ini
tadinya demam tinggi saya bisa juga mengajukan berobat kerumah sakit dari puskesmas ini melalui surat rujukan, jadi
sangat membantu sekali K IS ini dek.” Hasil wawancara tanggal
21 Oktober 2016. Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa informan
menyatakan bahwa tahapan dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pengguna Kartu Indonesia Sehat sama yaitu dimulai dari meja loket pendaftaran
dengan membawa persyaratan lengkap beserta penjelasan keluhan atau sakit yang sedang dialami. Setelah itu bisa mendapatkan pengobatan dan mendapatkan obat
dari puskesmas. Berdasarkan observasi dan catatan lapangan, penulis melihat umumnya
masyarakat yang hendak berobat ke puskesmas tidak dibebani oleh biaya maupun lamanya kepengurusan berkas atau antrian dalam mendapatkan layanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Sasaran Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuansasaran dari
program Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program dengan baik dan tepat sasaran. Hal ini berkaitan tentang pemahaman
informan mengenai kepesertaan program Kartu Indonesia Sehat di wilayah kerja puskesmas Sei Agul, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku
Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa : “menurut saya yang bisa mendapatkan KIS itu adalah
masyarakat yang kurang mampu, atau dalam hal ini adalah masyarakat yang miskin, setau saya yang mendata masyarakat
yang bisa me ndapat KIS ini adalah Lurah masing” dan di
teruskan ke dinas kesehatan kota atau provinsi sampai keluarnya KIS ini dan dapat di terima masyarakat yg layak mendapatkan”
Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016. Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, jawaban lain atas pertanyaan
tersebut disampaikan oleh Bapak dr.Zuhriah Nst selaku Wakil Koordinator I Puskesmas Sei Agul :
“KIS ini kan hampir sama dengan BPJS dek, tapi yang membedakan iuran KIS di tanggung pemerintah, nah kalau BPJS
bisa semua orang yang mendaftar, kalau KIS beda lagi, yang bisa mendapatkan KIS hanya orang tertentu saja yg sudah di data
sebagai orang yang bisa di katakan kurang mampu dek” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016.
Universitas Sumatera Utara
Senada dengan Wakil Koordinator, Ibu Tiur Elisabeth yang merupakan pasien yang berobat menggunakan Kartu Indonesia Sehat menyatakan bahwa :
“Program KIS sudah tepat sasaran, karena sangat membantu masyarakat yang mau berobat apalagi masyarakat yang kurang
mampu seperti kami-kami inilah dek yang mendapatkan KIS ini, bisa dikatakan yang kurang mampu atau apalah itu namanya,
terkejut juga waktu di bagikan ini ke rumah, terkejutnya ya merasa bersyukur dan terbantu lah kami dengan adanya KIS ini. Semua
biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi saya merasa sangat ter
bantu.” Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016. Dari kutipan hasil wawancara dapat diketahui bahwa efektivitas
pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin berkacamata dari tepatnya sasaran itu sendiri sudah menjawab
kebutuhan pelayanan yang dituntut masyarakat. Dalam hal ini pihak
3. Tepat Waktu Kesesuaian penggunaan waktu dalam pelaksanaan program Kartu
Indonesia Sehat akan mempengaruhi efektivitasnya program tersebut. Dengan perancangan terhadap proses pelaksanaan program tersebut maka akan dapat
mengukur terhadap kesesuaian waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya. Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala
Puskesmas Sei Agul menyatakan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
“Kalau berbicara mengenai waktu ya relatif dek, pengurusan atau penanganan tiap pasien kan berbeda. Kami disini
menargetkan penanganan pertama itu antara rentang waktu 15- 20 menit selesai, Contohnya saja apabila ada peserta KIS yang
cuma sakit biasa saja seperti demam, flu, mual, itu penanganannya cepat bisa sekitar 20 menit sudah selesai sampai
si pasien mendapatkan obat dan pulang kerumah. Tetapi itu berbeda terhadap penanganan pasien KIS dengan sakit berat
seperti DBD, diare, kecelakaan lalu lintas Dsb yang membutuhkan rawat inap bagi pasien, karena di puskesmas ini
belum disediakan ruangan untuk rawat inap dan harus melakukan rujukan kerumah sakit padahal proses penanganan
nya harus cepat dilakukan, ini adalah salah satu kendala dek di puskesmas ini terkait dengan tepat waktu karena pelayanan
kesehatan itu menyangkut waktu juga, apabila lama diproses ya nyawa bisa terancam.” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober
2016. Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, Puspita kumala, Am.Keb selaku
perawat di Puskesmas Sei Agul menyatakan : “kalau dirata-ratakan, 1 orang pasien itu mulai dari pendaftaran
sampai mengambil obat biasanya sekitar 15 sampai 20 menitan, kami selaku pegawai puskesmas bekerja sudah sesuai standar
dan tupoksinya masing-masing bang. Kami tidak membeda-
Universitas Sumatera Utara
bedakan pasien berobat menggunakan akses yang mana, apalagi KIS yang notabene diperuntukkan buat masyarakat miskin, bagi
kami bekerja semaksimal mungkin tanpa melihat status sudah sangat puas.” Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016.
Kemudian Ibu Laila yang merupakan pasien pengguna Kartu Indonesia Sehat menyatakan bahwa :
“Biasanya saya berobat pagi menjelang siang dek karena habis mengantar anak sekolah, saya punya penyakit jantung yang
sudah lama tidak saya periksa karena masalah biaya, kemudian ketika saya dapat KIS pertama kali, saya coba berobat ke
puskesmas, Alhamdulillah tidak sampai menunggu lama setelah berkonsultasi dengan dokter, saya diberikan rujukan kerumah
sakit pringadi dan sampai sekarang saya mudah saja kalau mau berobat dan prosesnya cepat gak sampe nunggu lama, bisa
langsung berobat ke rumah sakit besar.” Hasil wawancara tanggal 23 Oktober 2016.
Kesimpulan dari hasil wawancara diatas bahwa berdasarkan pendapat dari informan yang sebagian besar menjawab bahwa jangka waktu proses
mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta KIS sudah sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dan diinformasikan. Dan pengguna KIS juga tidak
dibedakan prosesnya ketika melakukan pengobatan dan bisa mendapatkan rujukan kerumah sakit secara cepat dari pihak Puskesmas. Namun didalam proses agar
suatu pelayanan itu bisa tepat waktu belum bisa terlaksana dengan baik di
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Sei Agul, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yaitu sistem rawat inap di puskesmas Sei Agul belum ada sehingga tidak memungkinkan bagi pasien
yang membutuhkan perawatan medis yang cepat dan perawatan medis lanjutan dapat dilakukan di Puskesmas Sei Agul dan harus meneruskan ke rumah sakit
melalui sistem rujukan. 4. Tercapainya Tujuan
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan tercapai, diperlukan pentahapan,
baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu:
Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target konkrit. Terkait dengan tahapan perencanaan pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul
sudah dijalankan oleh pihak Puskesmas Sei Agul. Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala
Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa : “Sesuai dengan Peraturan Presiden No.19 tahun 2016 tentang
Jaminan Kesehatan dalam rangka penerapan jaminan kesehatan bagi semua warga negara Indonesia maka dibentuklah satu
program nasional yaitu KIS yang merangkul masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mampu agar bisa mendapatkan
layanan kesehatan yang ditanggung pemerintah. Dari isi perpres tadi saja sudah bisa kita simpulkan dek kalau tujuan utamanya itu
ya memberikan pelayanan yang merata terutama bagi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat miskin. Yang dulunya masyarakat tidak mampu itu kan iri terhadap masyarakat sejahtera yang bisa berobat kemana
saja, sekarang dengan adanya KIS jadi mudah-mudahan kesenjangan di pelayanan kesehatan itu tidak ada lagi dek.”
Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016. Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Sylvi selaku pengguna KIS yang
mengatakan bahwa : “kalau saya melihat tujuan dari KIS ini dek sangat bagus,
yaitu untuk merangkul semua masyarakat tidak mampu seperti ibu sekarang ini untuk tidak takut buat berobat
karena biaya berobat sudah ditanggung oleh pemerintahan pak Jokowi, saya sangat bangga dengan negara yang
memperdulikan kami ini agar semuanya sama tidak ada perbedaan dalam memperoleh jaminan kesehatan, kalau
dulu kan kita mau berobat hitung-hitungan dulu dirumah karena pasti banyak kena biaya, jadi diurungkan dulu
niatnya biarlah uang buat berobat tadi untuk kebutuhan anak sekolah, kalau sakit kan masih bisa ditahan. Kalau
sekarang mah beda sekali tidak sungkan untuk berobat apalagi ke rumah sakit untuk opname atau operasi.” Hasil
wawancara tanggal 21 Oktober 2016.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan jawaban diatas, Ibu Susilawati juga mengutarakan pendapatnya:
“Kalau saya berpendapat pelaksanaan program itu sudah tercapailah tujuannya. Melihat dari pelayanan yang saya
dapatkan yang tidak membutuhkan waktu yang lama ketika berobat adalah sebuah bukti dari usaha dalam pencapaian
program itu. Namun di lingkungan tempat saya tinggal dek di danau poso tidak semua masyarakat yang mendapatkan KIS ini
walaupun mereka tergolong sudah dan miskin. ” Hasil
wawancara tanggal 23 Oktober 2016. Kesimpulan hasil wawancara diatas bahwa berdasarkan pendapat dari
informan keseluruhan bahwa tujuan pelaksanaan ini tercapai dalam rangka penerapan jaminan kesehatan bagi semua warga negara Indonesia. Dari
pernyataan diatas, mengemukakan bahwa tujuan adanya program Kartu Indonesia Sehat ini adalah memberikan pelayanan kesehatan yang merata agar tidak ada lagi
kesenjangan supaya masyarakat tidak mampu atau miskin dapat merasakan manfaat dari jaminan kesehatan.
5. Perubahan Nyata Perubahan atau reformasi merupakan salah satu bentuk berhasil atau
tidaknya suatu program dilaksanakan. Dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat, perubahan tidak bisa dipisahkan untuk mengukur pencapaian
kebeherhasilan dari program tersebut. Perubahan bisa mengalami kemajuan dalam pelayanan maupun juga kemunduran dalam pelayanan. Dalam melihat perubahan
Universitas Sumatera Utara
atas pelayanan perlu adanya perbandingan antara sebelum adanya program dan setelah adanya program. Sehingga dapat diukur bila pelaksanaan program tersebut
memberikan efek atau dampak bagi terselenggaranya suatu bentuk pelayanan maupun memberikan perubahan nyata bagi masyarakat, seperti yang dijelaskan
oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :
“Melalui program KIS ini, saya mengharapkan masyarakat sadar akan kesehatan. Terus terang sudah banyak program pemerintah
di bidang kesehatan yang sangat membantu masyarakat kurang mampu, saya selaku Kapus sangat bersyukur karena masyarakat
terbantu dan banyak merasa bahwa pemerintah memperhatikan mereka. Terkait dengan program, KIS ini memberikan pengaruh
besar terhadap kesadaran masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu bahwa sekarang tidak usah malu buat berobat ke
rumah sakit karena memikirkan masalah biaya karena itu semua ditanggung oleh pemerintah jadi tidak usah malu dan harus
berobat karena kesehatan itu sangatlah penting.” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016.
Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Ratna selaku pengguna KIS yang mengatakan bahwa :
“Selama saya berobat pake KIS ini dek belum pernah rujukan, masih berobat di sini saja, perubahan nyata yang saya rasakan
sangat terbantu lah dengan ada nya KIS ini, bisa menghemat
Universitas Sumatera Utara
belanja bulanan lah dengan tidak keluar uang untuk berobat, trus orang puskesmas nya pun baik dan ramah, obat yang di kasih pun
bagus semua tidak ada yg rusak atau kadarluarsa dek” Sumber: Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016.
Sejalan dengan Ibu Ratna, ibu Tiur Elisabeth selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :
“Perubahan yang sangat saya rasakan itu dekku adalah seperti sekarang ini saya sudah mau melahirkan, selama ini saya contol
kerumah sakit melalu rujukan puskesmas dan tidak ada biaya yang dipungut padahal saya orang tidak mampu harusnya
berpikir buat berobat kerumah sakit, tapi adanya KIS sangat membantu saya, sekarang ini saya mau minta surat rujukan
karena saya mau melahirkan sekitar 6 hari lagi jadi mau minta surat rujukan rumah sakit tempat saya di operasi nantinya dan
lagi-lagi itu tidak ada biaya yang dibebankan kepada saya, sungguh sangat membantu sekali KIS ini.” Sumber: Hasil
wawancara tanggal 23 Oktober 2016. Berdasarkan pernyataan dari informan diatas, dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan informan merasakan ada perubahan nyata atas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat terhadap pelayanan kesehatan. Dengan program Kartu
Indonesia Sehat ini, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu dapat lebih dirasakan manfaatnya.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Di Puskesmas Sei Agul
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat yang meliputi:
1. Faktor-Faktor Pendukung
Sumber daya sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama danatau pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, Jika sarana dikaitkan dengan prasarana dapat dimaknai sebagai seperangkat alat yang dapat digunakan dalam suatu proses kegiatan baik sebagai
alat pembantu maupun alat utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul
menyatakan bahwa : “Pada dasarnya kelengkapan sarana dan prasarana pada bagian
ini sudah memadai. Karena pada setiap bagian sudah memiliki peeralatan masing-masing, Tapi yang namanya sarana dan
prasarana kan pasti ada umurnya jadi kedepannya mungkin ya perlu adanya perbaikan lah ya contohnya alat-alat di
laboratorium kan mudah rusak, ya kalau bisa juga kekurangan kita di Puskesmas ini belum bisa berobat rawat inap karena
bangunan kita ini kan masih lantai satu dan renovasi nya juga sudah lama dilakukan dari tahun 2006 tidak ada lagi renovasi
dan cuma bisa berobat jalan disini dek, harapan nya ya melalui
Universitas Sumatera Utara
pihak Dinas Kesehatan bisa segera di tambah lah ruangan di sini demi kenyamanan pasien ketika berobat.” Hasil wawancara
tanggal 17 Oktober 2016. Masih terkait dengan pertanyaan yang sama, Suhaimi Angkat,S.Sos
sebagai Kepala Tata Usaha Puskesmas menerangkan bahwa: “Menurut saya perlengkapan di Puskesmas ini sudah memadai
atau bisa dikatakan layak lah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan, contoh nya ya kita itu memiliki
poliklinik set, bidan kitdafton, imunisasi kit, dental unit, dental set, laboratorium set. freezer untuk ice bac-type FCW 20 Ek,
Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek, Vaccine carier, Timbangan dewasa, kalau dari sarana menurut saya sudah baik tetapi yang
namanya puskesmas ya ginilah dek kami masih kalah sama rumah sakit-rumah sakit, maksudnya disini belum ada cek laboratorium,
jadi kalau mau cek laboratorium harus ke puskesmas darussalam dulu karena disana ada alatnya. Dan lagi kita belum bisa rawat
inap.” Hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2016. Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Sei Agul sudah cukup memadai dan memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pasien untuk berobat. Walaupn
kedepannya perlu ada beberapa penambahan atau perbaikan demi meningkatkan pelayanan bagi pasien.
Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
Universitas Sumatera Utara
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Mangkunegara, 2005:9. Untuk
mengetahui hal-hal yang mendukung lainnya bisa dilihat dari kesiapan atau keprofesionalan pegawai Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam hal ini
Puspita Kumala ,Am.Keb yang merupakan perawat menyatakan: “Kinerja para pegawai di puskesmas sudah sesuai dengan
tupoksinya masing-masing, dimana mereka bekerja berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS Kepala Puskesmas,
selain itu kami selalu mangadakan rapat Lokakarya Mini setiap bulan di minggu ke-2 terkait dengan kinerja pegawai dan
keluhan-keluhan dari pegawai sehingga semua pegawai dapat diawasi kinerjanya dengan sangat baik.” Hasil wawancara
tanggal 19 Oktober 2016. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kinerja seluruh pegawai
puskesmas Sei Agul dapat dikatakan baik, karena mereka bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh
KAPUS Kepala Puskesmas.
2. Faktor Penghambat
Untuk menciptakan pelayanan seperti yang diharapkan dengan segala sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas tersebut, diperlukan umpan balik feedback
masyarakat dari seluruh elemennya. Pengawasan masyarakat adalah sebuah keharusan dalam tindakan nyata dalam penyelenggaraan pelayanan. Namun,
dibalik segala upaya dalam pencapaian keberhasilan, ditemukan juga bahwa ada
Universitas Sumatera Utara
hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan efektivitas penyelenggaraan pelayanan, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva
Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai hambatan dan tantangan didalam pelaksanaan program KIS, beliau menyatakan bahwa :
“Kalau hambatan ya pasti ada beberapa ya, misalnnya pasien yang tidak sabar dalam mengantri untuk daftar berobat padahal
lagi ramai atau lagi jam istirahat. Namun kami selalu memberitahukan kepada pasien untuk bersabar dalam mengantri,
dan kami juga membantu pasien terkait kartu KIS yang bermasalah atau rusak. Kami menghimbau pasien agar
melaporkan kepada BPJS Kesehatan atau Kelurahan agar kartu tersebut bisa dipakai kembali. Kemudian kekurangan dari
peralatan puskesmas yang belum terlalu lengkap semisal tes laboratorium dan belum ada nya sistem rawat inap membuat
puskesmas ini hanya bekerja semaksimal mungkin agar bisa memb
erikan pelayanan yang terbaik” Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016.
Sementara itu Dr.Zuhriah Nst yang merupakan wakil Koordinator I menyatakan:
“Masalah yang pernah terjadi di Puskesmas ini yaitu peserta pengguna KIS pernah balik lagi ke Puskesmas karena Rumah
Sakit tempat rujukan tidak menerima padahal dari data BPJS Kota Medan rumah sakit tersebut terdaftar sebagai rujukan
Universitas Sumatera Utara
pengguna kartu KIS, ada lagi permasalahan yang mana masih banyak masyarakat yang mengeluh tidak mendapatkan KIS
padahal dia tergolong susahtidak mampu dan mereka datang ke Puskesmas untuk meminta jawaban padahal peserta JKN-KIS ini
di data oleh kelurahan yang berkoordinasi dengan BPJS, kalau ada kesilapan bisa mendatangi kelurahan dan bertanya dan jika
terbukti sebagai masyarakat yang kurang mampu maka petugas kelurahan dapat berkoordinasi dengan BPJS agar mengeluarkan
KIS, jadi masih bisa kok masyarakat mendapatkan KIS dengan aktif langsung menanyakan dan menagih karena KIS ini adalah
hak semua warga Negara Indonesia sebagai tanggung jawab Negara
dalam memberikan
kesejahteraan sosial
Hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2016.
Kemudian Ibu Layla sebagai peserta KIS menyatakan : “Kalau hambatannya sih ya antrian mau daftar berobat yang
cukup panjang pada saat jam padat, karena kan kita ikut program KIS jadi kalau mau berobat harus ngantri cek kartu dulu baru
bisa berobat enggak seperti berobat mandiri tinggal lapor apa sakitnya langsung ditunjuk polinya. dan masalah yang lain
adalah ada keluarga saya yang susah sekali hidupnya tetapi tidak mendapatkan KIS, coba adek telusuri nanti ya kenapa bisa ada
orang yang memang layak dapat tapi tidak diberikan Kartu Indonesia Sehat.
” Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2016.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu ibu Ratna Sembirng menjelaskan: “Kekurangan nya ya cuma di sini tidak ada rawat inap, kan kalau
sakit demam dan sebagainya bisa d rawat di sini tidak harus opname kerumah sakit karna lebih enak disini lebih kenal orang-
orangnya dan tidak harus jauh-jauh jalan ke rumah sakit. Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2016.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti maka permasalahan diatas jika disimpulkan banyak terjadi di
pembagian Kartu Indonesia Sehat dimana masih belum semua masyarakat merasakan dampak baik dari KIS dan ini merupakan kesalahan dari pendataan.
Kemudian permasalahan berikutnya adalah kurangnya fasilitas yang ada di Puskesmas membuat program KIS ini belum bisa berjalan dengan maksimal
walaupun dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pasien, program KIS sudah berjalan dengan cukup baik di Puskesmas Sei Agul.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA
Dalam bab ini peneliti akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya.
Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai
rumusan masalah dalam penelitian ini. Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui
studi pustaka, wawancara dengan informan yang diharapkan mewakili seperti dari Kepala Puskesmas, Wakil Koordinator I Puskesmas, Kepala loket, Kepala Tata
Usaha, Perawat dan Masyarakat pengguna KIS yang melakukan pengobatan di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat. Data yang telah diperoleh oleh
penulis telah disusun secara sistematis pada bab sebelumnya, baik melalui wawancara, observasi di lokasi penelitian, dan juga data sekunder berupa berkas
maupun catatan-catatan yang diperoleh penulis dilapangan sebagai data pendukung dari penelitian ini.
Selanjutnya data tersebut akan diberikan analisis tentang efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan di
Puskesmas Sei Agul. Dalam melakukan analisis, data yang telah disajikan pada bab selanjutnya akan disesuaikan dengan menggunakan teori-teori yang
berhubungan dengan tujuan kegiatan penelitian ini sehingga analisis yang dilakukan oleh penulis dapat disajikan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara