10. Semua manusia telah tersesat sebelum mendapat wahyu, termasuk Muhammad Saw. Dalil yang dikemukakan adalah ayat yang artinya sebagai
berikut “Dan ingatlah kepadanya seperti yang telah kami tunjukkan kepadamu dan sesungguhnya kamu Muhammad sebelumnya benar-benar
orang tersesat”. QS. Al-Baqarah: 198. 11. Di dalam agama perbuatan lahiriyah merupakan pelengkap batiniyah atau
iman. 12. Shalat itu cukup dengan dzikir, jadi tidak mesti dengan rukuk, sujud, baca
fatihah, tasyahud, salam dan lain-lain. Pendapat yang dimunculkan oleh aliran inkaru as sunnah secara mutlaq ini
bila kita cermati merupakan kecerobohan dan kadangkala berpikir misalnya: a. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran mereka menafsirkannya hanya
sebagian-sebagian. b. Pendapat-pendapatnya yang dikemukakan menurut pengertian dan
kemampuan mereka sendiri tanpa menggunakan perangkat-perangkat yang lain untuk memahami suatu permasalahan.
c. Mengaburkan pengertian Islam yang mengarah kepada penghancuran Islam dari dalam.
Demikian pokok-pokok pikiran dan ajaran as sunnah secara mutlaq yang apabila dicermati akan sangat membayakan bagi perkembangan dan kemurnian
ajaran Islam, dan kiranya perlu mendapat perhatian serius oleh kita sebagai generasi muslim masa depan.
B. Inkaru Ba’dli Sebagian As Sunnah
Inkaru as sunnah adalah suatu paham yang hanya mengakui hadits-hadits yang mutawatir saja, mereka tidak melaksanakan beramal ataupun berhujjah
dengan menggunakan hadits selain hadits yang mutawatir. Dan mereka juga tidak mau percaya dan berpegang kepada as sunnah terhadap berita-berita ghaib yang
disampaikan Rasulullah, yang dirasakan tidak masuk akal. Seperti perjalanan
38
Rasulullah dalam Isra’ dan Mi’raj dengan segala pengkabaran kejadian yang dilihatnya. Semuanya itu dan yang seumpamanya ditolak dan diingkari.
Kita tidak dan belum tahu dalil mana yang dijadikan hujjah oleh mereka sehingga mereka berani dasar dan acuan dalam beramal. Dengan demikian
mereka menggunakan dalil aqli sebagai landasan dalam bertindak dan beramal.
C. Inkaru As Sunnah Bighairi Thariqi Manqul
Apa yang disebut inkaru as sunnah secara mutlaq dan inkaru ba’di as sunnah tersebut, adalah inbkaru as sunnah bi dzat, artinya keinkarang itu
keinkaran terhadap dzat atau materi as sunnah itu. Maksudnya, as sunnah itu tidak dapat dijadikan dalil atau dasar hukum dalam kehidupan sebagai muslim.
Sedangkan inkaru as sunnah bighairi thariqi manqul yang diinkari bukan dzat as sunnah itu, tetapi thariqatnya. Yaitu jalan sampainya as sunnah itu dari
Nabi kepada seseorang. Adakah sampainya hadits itu kepada seseorang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan? Antara lain, sudahkah hadits itu
sampainya kepada seseorang melalui imamnya? Bersambungkah penyadaran hadits itu sejak dari Nabi sampai kepada dan pengamal hadits itu?
Jadi sesuatu hadits akan dapat diterima, apabila pengambilan hadits atau pemindahannya menurut ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Tetapi tidak
akan diterima apabila hadits tersebut jalan pengambilan dan pemindahannya tidak menurut ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh imam, sekalipun matan atau
materi hadits tersebut benar-benar dari Nabi dan rawi-rawi yang dijadikan sandaran dalam sanad mukharrij pencatat hadits itu pun juga sampai kepada
Nabi. Arti manqul menurut Drs. Bachroni Hartanto Ketua Direktorat Lemkari
Pondok Burengan, Banjaran Kediri dikatakan bahwa manqul adalah memindahkan menurut aslinya tanpa perubahan menurut isnadul Qu’an dan
hadits yang datangnya dari Amirul Mukminin. H. Nurhasan al-Ubaidah, yang
39
sudah mendapat sanad muttashil dari gurunya yang terpercaya, sedang Al-Quran dan hadits itu sudah ada artinya bukan sekedar lafadz belaka.
Tegasnya seorang yang belajar atau mengamalkan sesuatu ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan as sunnah itu harus menerima Al-Quran dan
as sunnah itu langsung dari amirnya atau dari guru yang sudah belajar kepada Amir. Sebagai kesimpulan pengertian manqul dalam pembahasan aliran inkaru as
sunnah, maka dapat disimpulkan bahwa semua ajaran Islam yang bersumber dari as sunnah akan dapat diterima dan diamalkan apabila dengan jalan manqul dan
akan ditolak atau diinkari apabila tidak dengan jalan manqul. Inilah yang dimaksudkan dengan pengertian “inkaru as sunnah bighairi thariqi manqul”.
Dengan mengetahui tentang aliran inkaru as sunnah maka setidaknya dapat menambah khasanah pemikiran kita. Selanjutnya kami akan mencoba
memberi tanggapan sebagai bahan perenungan kita sebagai berikut: 1. Ajaran-ajaran aliran inkaru as sunnah khususnya yang secara mutlaq hanya
berdasarkan atas pemikiran dan penafsiran mereka secara sepihak. 2. Kecerobohan mereka dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang hanya
sepotong-sepotong itu menghasilkan pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian sebenarnya, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar dan
sumber hukum yang kuat. 3. Periwayatan hadits yang dilakukan oleh para ulama khususnya “ulama tujuh”
Tujuh orang perawi hadits itu sudah melalui proses seleksi yang sangat ketat.
4. Mentaati Rasul pada hakekatnya adalah mentaati Allah, sebaliknya apabila kita mengingkarinya berarti kita mengingkari Allah.
D. Penutup