BAB VII METODE MUHADITSIN DALAM
MEMAHAMI HADITS NABI
Para ulama ahli hadits dalam memahami hadits Nabi ini dibagi dalam dua periode, yaitu:
A. Mutaqdimin
Untuk menjaga otentitaskeaslian dan validitas suatu bangunan hadits, ulama hadits periode mutaqodimin ini tidak semata-mata hanya mengandal:
akurasi daya ingat yang kuat dan dokumentasi catatan yang teruji, integritas individu penyampai hadits dan ketersambungan sanad, tetapi juga memandang
signifikansi tersambungnya bangunan riwayat hadits dari syad dan illat. Hadits dengan kualitas seperti inilah yang bisa dijadikan sandaran argumentasi dalam
beragama. Secara umum, mekanisme dalam memahami hadits Nabi Muhammad
Saw. melalui tahapan sebagai berikut: 1. Memperhatikan kualitas hadits
Ulama hadits mutaqadimin menganggap penting, di mana kajian dalam memahami matan suatu hadits dilakukan setelah sanad matan hadits
telah diketahui kualitasnya. Kajian dalam memahami matan dilakukan setelah sanad hadits itu memang berkualitas shahih, hasan atau asal dha’ifnya tidak
terlalu, jika sanadnya sudah diketahui sudah terlalu, maka tidak perlu dikaji matannya, sebab tidak akan banyak memberi manfaat.
2. Mencermati susunan redaksional matan Tidak jarang diketemukan perbedaan redaksi matan hadits yang
memiliki kesamaan arti. Hal ini terjadi akibat toleransi ar-riwayat bi al- makna, rawi rupa, atau mis-konsepsi terhadap riwayat yang diterima dari
gurunya. Menurut muhaditsin, perbedaan redaksional yang tidak
71
mengakibatkan perbedaan arti – asalkan sanadnya sama-sama shahih – dapat ditoleransi. Dalam kasus seperti ini, mekanisme kajian yang dilakukan
dengan melakukan komparasi sekian matan yang memiliki kesamaan substansi. Sehingga dapat diketahui, mana di antara sekian matan hadits itu
yang pantas dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di samping itu, mekanisme komparasi semacam ini dapat mengungkapkan kejanggalan
matan, di antaranya 1 al-Idraj, 2 al-Qalb, 3 at-Tashif wa Tahrif, 4 az- Ziyadah, dan sebagainya.
3. Meneliti dan memahami substansi matan Dalam meneliti dan memahami kandungan matan hadits, realitasnya
diketemukan keragaman acuan pendekatan, ada yang disepakati dan ada yang menyisakan polemik di antara ulama hadits. Acuan yang disepakati sebagai
pendekatan dalam memahami maksud matan hadits ada dua, yaitu Al-Quran dan as-Sunnah. Sementara acuan dalam memahami substansi matan hadits
yang sampai sekarang masih menjadi polemik di antara ulama antara lain: a logika akal sehat, b fakta historis, c pokok-pokok ajaran Islam, d ijma’
konsensus ulama, e qiyas analogi, f perilaku sahabat, dan lain-lain.
B. Hermeneutika Sebuah Paradigma Baru Dalam Memahami Hadits