40
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya dalam Usman Samatowa, 2010: 2.
Powler dalam Winaputra, 1992: 122menyatakan IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang bersifat sistematis
yang tersusun secara teratur yang berlaku umum, merupakan kumpulan observasi maupun ekperimen. Sistematis artinya pengetahuan itu tersusun
dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan
yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang
sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Winaputra 1992: 123 menambahkan selain merupakan kumpulan tentang benda atau makhluk
hidup, IPA juga memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Berdasarkan paparan ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan IPA merupakan pengetahuan yang bersifat rasional dan objektif
tentang fenomena alam yang berhubungan dengan objek berdasarkan hasil observasi maupun eksperimen. Di dalam IPA diperlukan kerja, cara berpikir,
dan cara memecahkan masalah.
2. Hakikat IPA
IPA dapat dipandnag dari berbagai sudut pandang yang berkaitan dengan hakikatnya. Muslicahah Asy’ari 2006: 7-18 menyatakan hakikat
41
IPA dapat dilihat dari IPA sebagai Ilmu, IPA sebagai produk, dan IPA sebagai proses yang dijelaskan sebagai berikut.
a. IPA sebagai Ilmu Dalam pandangan ini, IPA mencakup 3 aspek, yakni aspek aktivitas,
metode, dan pengetahuan. Ketiga aspek tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan, artinya keberadaan ilmu harus diusahakan
dengan aktivitas
manusia dan
aktivitas harus
dilaksanakan dengan
menggunakan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis tersebut akan menghasilkan pengetahuan yang sistematis.
IPA sebagai aktivitas manusia mengandung 3 dimensi dalam The Liang Gie, 1991, yaitu: a rasional, artinya proses pemikiran yang
berpegang pada kaidah-kaidah logika b kognitif, artinya merupakan proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan, c teleologis, artinya untuk
mencapai kebenaran, memberikan penjelasanpencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian.
IPA sebagai suatu metode dapat berbentuk: a pola prosedural, yaitu melalui pengamatan, pengukuran, deduksi, induksi, analisis, sintesis, dan
lain-lain, b tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan kesimpulan, dan
pengujian hasil. IPA sebagai pengetahuan memiliki objek material benda fisik yang
meliputi segala bendamateri yang ada di bumi tanah, air, udara dan
42
antariksa galaksi, matahari, planet, satelit serta makhluk hidup yang meliputi hewanmanusia dan tumbuhan.
b. IPA sebagai Produk IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk:
a fakta yaitu produk IPA yang paling dasar yang diperoleh dari hasil observasi secara intensif dan terus-menerus., konsep, prinsip, hukum, dan
teori, b konsep merupakan abstraksi tentang benda atau peristiwa alam sebagai suatu definisi atau penjelasan, c prinsip yaitu generalisasi tentang
hubungan antara konsep-konsep yang berkaitan, d hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik yang memiliki kekahasan karena bersifat kekal berkali-
kali mengalami pengujian dan pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variabel, e teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip
yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. c. IPA sebagai Proses
IPA merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan suatu masalah, sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data,
menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan hakikat IPA yang dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA bersifat multi dimensi. IPA dapat dipandang dari
berbagai segi, yaitu segi ilmu, produk, dan proses yang saling berkaitan.
43
3. Pembelajaran IPA di SD