PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

(1)

PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Latifah Prihandini NIM 11108241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajari (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS. Al-‘alaq : 3-5)

Buku adalah jendela dunia. (pepatah)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahakan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Suyono Hadinoto dan Ibu Wiwiek Tri Lestari terima kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa mengiringi perjalanan putrinya selama ini.

2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa dan bangsa.


(7)

vii

PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

Latifah Prihandini NIM 11108241027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat intensitas membaca, hasil belajar IPS, dan pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 156 siswa dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan tes. Sebelum penelitian dilaksanakan, maka dilakukan terlebih dahulu uji coba instrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data adalah statistik inferensial yang dilakukan dengan uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan linearitas sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi sederhana.

Tingkat intensitas membaca siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 71,4%, sedangkan tingkat hasil belajar IPS siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 70,5%. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut ditunjukkan dengan persamaan regresi Y = 1,930 + 0,422X, sedangkan koefisien determinan (R2) sebesar 0,637 yang berarti bahwa faktor intensitas membaca memberikan kontribusi terhadap hasil belajar IPS sebesar 63,7% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Pengaruh Intensitas Membaca terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak HB. Sumardi, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi. 5. Ibu Safitri Yosita Ratri, M.Pd, M. Ed., selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

6. Bapak Agung Hastomo, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan. 7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah memberikan bekal ilmu.

8. Kepala Sekolah SD Negeri se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.

9. Guru kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR. ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Batasan Masalah ...6

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Intensitas Membaca 1. Pengertian Membaca ...9

2. Prinsip-prinsip Membaca ...11

3. Jenis-jenis Membaca ...11

4. Tujuan Membaca ...12

5. Manfaat Membaca ...14

6. Pengertian Intensitas ...15

7. Intensitas Membaca ...16


(11)

xi B. Tinjauan Hasil Belajar IPS di SD

1. Pengertian Hasil Belajar ...18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...19

3. Jenis-jenis Hasil Belajar ...20

4. IPS di SD ...22

5. Hasil Belajar IPS di SD ...24

6. Pengukuran Hasil Belajar IPS di SD ...25

C. Karakteristik Siswa Kelas V ...25

D. Penelitian yang Relevan ...27

E. Kerangka Pikir ...29

F. Hipotesis ...31

G. Definisi Operasional Variabel ...31

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...33

B. Jenis Penelitian ...33

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ...34

2. Sampel ...34

D. Variabel Penelitian ...36

E. Waktu dan Tempat Penelitian ...37

F. Metode Pengumpulan Data 1. Angket ...37

2. Tes ...38

G. Instrumen Penelitian 1. Angket ...39

2. Tes ...41

H. Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas ...43

2. Uji Reliabilitas...44

I. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas ...45


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...48

B. Hasil Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Intensitas Membaca ...50

2. Deskripsi Hasil Belajar IPS ...54

C. Hasil Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas ...58

2. Uji Linearitas ...59

D. Uji Hipotesis ...59

E. Pembahasan ...62

F. Keterbatasan Penelitian ...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...65

B. Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA ...67


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Populasi Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih ... 34

Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Instrumen Intensitas Membaca ... 40

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Membaca... 40

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 42

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 45

Tabel 6. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 49

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Intesitas Membaca ... 51

Tabel 8. Rumus Klasifikasi Intensitas Membaca ... 52

Tabel 9. Klasifikasi Intensitas Membaca ... 52

Tabel 10. Persentase Setiap Aspek Intensitas Membaca ... 53

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS ... 55

Tabel 12. Rumus Klasifikasi Hasil Belajar IPS ... 56

Tabel 13. Klasifikasi Hasil Belajar IPS... 56

Tabel 14. Persentase Setiap Indikator Hasil Belajar IPS ... 57


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat... 37

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Intensitas Membaca ... 52

Gambar 3. Grafik Klasifikasi Intensitas Membaca ... 53

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS ... 55


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...71

Lampiran 2. Soal Uji Validitas dan Reliabilitas ...74

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Intensitas Membaca ...80

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Hasil Belajar IPS ...81

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas ...82

Lampiran 6. Skala Intensitas Membaca ...83

Lampiran 7. Soal Tes Hasil Belajar IPS ...86

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian ...91

Lampiran 9. Analisis Deskriptif ...100

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas ...100

Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas ...100

Lampiran 12. Hasil Uji F ...101

Lampiran 13. Hasil Hitung R Square ...101

Lampiran 14. Hasil Hitung Persamaan Regresi ...101

Lampiran 15. Hasil Penghitungan Korelasi Product Moment ...101


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran penting bagi siswa di Sekolah Dasar (SD). Siswa tidak hanya diajarkan tentang teori di dalam kelas saja, namun siswa juga diajarkan cara bermasyarakat dan melatih kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi. Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sapriya (2011: 194) menyebutkan bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa agar peka terhadap kondisi sosial masyarakat yang terus berkembang sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu, Hidayati (2004: 16) juga menyatakan bahwa melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dan tantangan-tantangannya.

Secara umum, mata pelajaran IPS memiliki tujuan kurikuler yang ingin dicapai. Sapriya (2011: 194) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional, dan global.

Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran adalah penggunaan sumber belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 123) sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat


(17)

2

atau asal untuk belajar seseorang. Pada saat ini, sumber belajar tidak hanya berasal dari buku dan guru saja, namun dengan adanya teknologi yang semakin canggih, siswa dapat belajar dari berbagai sumber antara lain, internet, surat kabar, radio, dan televisi.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan sesorang. Membaca membuat seseorang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Meskipun saat ini pemakaian alat-alat elektronik sudah semakin maju, tetapi penggunaannya tidak dapat menggantikan posisi bahasa tulis. Penyampaian informasi melalui sarana tulis untuk berbagai keperluan di era modern saat ini merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Berbagai informasi seperti cerita, berita, maupun ilmu pengetahuan sangat efektif diumumkan melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap penafsiran informasi tertulis. Maka dari itu, setiap orang dituntut memiliki kemampuan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, dan juga dapat memperluas pandangan hidupnya.

Membaca bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Yap (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25), mengungkapkan bahwa semakin banyak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan. Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil penelitian yang telah dilakukannya yakni ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang, yaitu 65% ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ, dan 10% dari faktor-faktor lainnya seperti lingkungan sosial, emosional, dan


(18)

3

lingkungan fisik. Jadi, dapat dikatakan intensitas membaca akan berpengaruh pada pemahaman bacaan.

Membaca merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan berbagai macam fungsi kognitif (Sattler, 1988 dalam Amitya Kumara, dkk, 2014: 4), yaitu: perhatian, konsentrasi, kemampuan membuat asosiasi terhadap informasi yang diperoleh, kemampuan melakukan decoding dengan cepat, pemahaman verbal, dan inteligensi umum. Jika salah satu dari fungsi kognitif tersebut mengalami gangguan, kemungkinan keterampilan membacanya pun akan terganggu.

Mengutip laporan studi IEA (International Association for the Evaluation of Education Achievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0), dan Hongkong (75,5). Bukan hanya itu, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah yaitu hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen. (Ben S. Galus dalam pendidikan-diy.go.id)

Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, adalah recording, decoding, dan meaning. Recording berkaitan dengan kata-kata dan kalimat. Asosiasinya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang dipergunakan. Sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas


(19)

4

awal, yaitu kelas SD kelas I, II, dan III yang lebih dikenal dengan membaca permulaan. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. (Syafi’ie, 1999 dalam Farida Rahim, 2008: 2). Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif dengan tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu bacaan, serta penilaian terhadap suatu keadaan, nilai, dan dampak bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui teks atau bacaan.

Kebiasaan membaca tumbuh dari hal yang paling dekat dengan anak, yakni lingkungan keluarga. Namun pada kenyataannya di Indonesia, para orang tua lebih memilih membelikan anaknya gadget daripada buku bacaan. Sehingga anak lebih terbiasa dengan gadget daripada buku bacaan. Hal ini perlu menjadi sorotan jika ingin meningkatkan kebiasaan membaca di kalangan anak-anak.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 247) aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar ilmunya melalui kegiatan membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat mempengaruhi keberhasilan studi seseorang. Siswa harus memiliki kemampuan membaca yang baik agar lebih mudah memperoleh informasi. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan. Pemahaman terhadap suatu bacaan merupakan kunci sukses dalam meraih keberhasilan di sekolah.

Kebiasaan membaca pada siswa SD yang masih rendah mengakibatkan tingkat pemahaman terhadap bacaan rendah. Semakin tinggi tingkat


(20)

5

kepahaman siswa terhadap bacaan, maka semakin mudah pula siswa memahami pelajaran. Terutama mata pelajaran yang membutuhkan referensi bacaan banyak seperti IPS, PKn, dan IPA.

Di samping itu, ketersediaan buku yang menunjang naluri membaca siswa SD masih belum terealisasi di kebanyakan SD di Indonesia. Buku baru dan menarik adalah salah satu cara untuk menarik siswa SD datang ke perpustakaan, namun sayangnya buku yang tersedia di perpustakaan hanya buku-buku pelajaran dan buku-buku lama. Data yang dirilis Kompas edisi 25 Juli 2002 (Darmiyati Zuchdi, 2008: 13), bahwa dari sekitar 260.000 SD Negeri di Tanah Air, hanya sekitar satu persen saja yang memiliki perpustakaan. Itupun dengan kondisi yang masih patut dipertanyakan.

Hasil dari belajar siswa yang berupa prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Dalyono (2005: 55-60) berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi beberapa faktor yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri berupa kesehatan, minat dan bakat, serta intelegensi siswa, sedangkan dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Apabila kedua faktor tersebut mendukung kegiatan belajar siswa maka prestasi belajar siswa dapat berhasil dengan optimal dan sebaliknya, apabila ada beberapa faktor yang tidak mendukung maka prestasi belajar pada siswa menjadi kurang optimal.

Pada mata pelajaran IPS, siswa dituntut memahami materi yang diajarkan secara menyeluruh. Pemahaman siswa terhadap teks pada buku IPS merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam aspek kognitif. Semakin sering


(21)

6

membaca dan memahami bacaan pada buku IPS, diharapkan siswa semakin tinggi hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas V, SDN Serang, SDN Kepek, SDN 1 Pengasih, SDN 3 Pengasih, dan SDN Klegen diperoleh data nilai rata-rata dari 124 siswa berada pada angka 70,72. Guru mengemukakan bahwa siswa dengan intensitas dan pemahaman bacaan yang cukup tinggi mendapat nilai di atas rata-rata kelas. Meskipun pada mata pelajaran yang membutuhkan penalaran dan berhitung siswa tidak mendapat nilai sebaik pada mata pelajaran pemahaman seperti IPS dan PKn.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Intensitas Membaca Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Belum tumbuhnya budaya membaca di kalangan anak SD. 2. Intensitas membaca pada anak SD masih rendah.

3. Tingkat kemampuan membaca anak SD masih rendah. 4. Perpustakaan di SD masih belum layak.

5. Belum diketahui pengaruh membaca terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, tidak semua masalah dapat diatasi, oleh karena itu peneliti


(22)

7

memprioritaskan pada suatu masalah. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup mengenai pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah tingkat intensitas membaca siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimanakah tingkat hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimanakah pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat intensitas membaca siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Mengetahui hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan

Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Mengetahui pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.


(23)

8 F. Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Praktis

a. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan dan menanamkan budaya membaca yang diikuti dengan pengadaan sumber belajar yang lebih bervariatif.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat menambah wawasan guru untuk menambah sumber belajar bagi siswa.

c. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi siswa agar meningkatkan intensitas dan kemampuan membaca sehingga mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS.


(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Intensitas Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan aktivitas yang dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai suatu hasil. Henry Guntur Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Samsu Somadayo (2011: 4) mendefinisikan membaca sebagai suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.

Lebih lanjut lagi Farida Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sedangkan Klein (Farida Rahim, 2008: 3), mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: (a) membaca merupakan suatu proses, (b) membaca adalah strategis, dan (c) membaca merupakan interaktif. Dalam hal ini yang dimaksud dengan membaca merupakan suatu proses adalah informasi dari teks serta pengetahuan yang telah dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan dalam membentuk makna. Membaca adalah suatu strategis yaitu dalam kegiatan membaca harus menggunakan strategi yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka menyusun makna ketika membaca. Sedangkan membaca adalah interaktif memiliki makna adanya interaksi antara pembaca dengan teks yang dibaca.


(25)

10

Miles A Tinker dan Contase M Mc Cullough (Darmiyati Zuchdi, 2008: 21-22) mengungkapkan bahwa membaca melibatkan proses identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan sebagai rangsangan untuk membentuk pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca.

Harris dan Sipay 1980 (Darmiyati Zuchdi, 2008: 19), membaca dapat didefinisikan penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis. Hakikat kegiatan membaca adalah memperoleh makna yang tepat. Pengenalan kata dianggap sebagai suatu prasyarat yang diperlukan bagi komprehensi bacaan, tetapi pengenalan kata tanpa komprehensi sangat kecil nilainya. Anderson, dkk 1985 (Sabarti Akhadiah, dkk 1992: 23-24) mengemukakan lima ciri membaca yaitu:

a. Membaca adalah proses konstruktif, tak ada satu tulisan pun yang dapat dipahami dan ditafsirkan tanpa bantuan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca.

b. Membaca harus lancar, kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan pembaca mengenali kata-kata. Artinya, pembaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan maknanya.

c. Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat, pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan membacanya.

d. Membaca memerlukan motivasi, motivasi merupakan kunci keberhasilan dalam belajar membaca, dan

e. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan, keterampilan itu tidak dapat diperoleh secara mendadak atau dalam waktu singkat dan untuk selamanya. Keterampilan itu diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang secara terus menerus.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif yang dilakukan pembaca untuk menafsirkan bahasa tulis dari pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis dengan maksud memahami makna yang terkandung dalam bahan tulis.


(26)

11 2. Prinsip-prinsip Membaca

Membaca memiliki beberapa prinsip, McLaughin dan Allen (Farida Rahim, 2008: 3-4) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip membaca yang paling mempengaruhi pemahaman membaca antara lain sebagai berikut. a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

b. Keseimbangan kemahiraksaan adalah kerangka kerja kurikulum belajar siswa.

c. Gutu membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa. d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan

aktif dalam proses membaca.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f. Siswa menemukan manfaat-manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.

g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. i. Strategi dan ketrampilan membaca bisa diajarkan.

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

3. Jenis-jenis Membaca

Henry Guntur Tarigan (2008: 12-13) menyatakan bahwa membaca bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu membaca nyaring (oral reading/reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca nyaring dianggap tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik. Sedangkan membaca dalam hati dipandang tepat untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman (comprehension reading).

Membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi membaca survey (survey reading), membaca sekilas


(27)

12

(skimming), dan membaca dangkal (superficial reading) (Henry Guntur Tarigan, 2008: 32).

Sedangkan yang dimaksud dengan membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira sampai empat halaman setiap hari (Henry Guntur Tarigan, 2008: 36). Yang termasuk dalam kelompok membaca intensif adalah membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi dibagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide. Sedangkan membaca telaah bahasa meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra.

4. Tujuan Membaca

Setiap individu memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan aktivitas membaca. Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 25) mengemukakan bahwa tujuan membaca bergantung pada situasi dan kondisi pembaca. Secara umum tujuan membaca dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Membaca untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.

b. Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang semacam ini sama sekali tidak merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-kali di depan orang lain.

c. Membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat ia merasa jenuh, sedih, bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca dapat merupakan sublimasi atau penyaluran yang positif, apalagi jika bacaan yang dipilihnya adalah yang bacaan yang bermanfaat yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya.


(28)

13

d. Membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan, dan sebagainya.

e. Membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi, hanya sekedar untuk merintang waktu. Dalam situasi iseng itu, orang tidak memilih atau menentukan bacaan; apa saja dibaca; iklan, serta cerita pendek, berita keluarga, lelucon pendek, dan sebagainya. Kegiatan membaca seperti ini tentu lebih baik dilakukan daripada pekerjaan iseng yang merusak atau bersifat negatif.

f. Tujuan membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pegalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih ialah karya yang bernilai sastra.

Senada dengan pendapat tersebut, Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60) menyatakan bahwa membaca mempunyai tujuan untuk mendapatkan sejumlah informasi baru. Tujuan membaca secara spesifik berupa:

a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik.

b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.

c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (ilmiah populer).

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna (meaning) sangat erat hubungannya dengan maksud seseorang dalam membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9). Ketika seseorang tidak sungguh-sungguh ingin mendapatkan informasi dari suatu bacaan maka ia pun tidak akan mencapai tujuan membaca yang seutuhnya. Pada siswa sekolah dasar banyak dijumpai kasus di mana aktivitas membaca hanya dianggap sebagai suatu perintah, bukan sebagai kebutuhan seorang pelajar yang berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal.


(29)

14

Untuk itu, dalam pembelajaran guru perlu menyiapkan tujuan khusus yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung dalam kelas. Pendapat tersebut ditegaskan oleh Blanton, dkk, dan Irwin (Farida Rahim, 2008: 11) yang menyebutkan bahwa tujuan membaca mencakup: (a) kesenangan, (b) menyempurnakan membaca nyaring, (c) menggunakan strategi tertentu, (d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (e) mengaitkan informasi baru dengan yang telah diketahui, (f) memperoleh nformasi untuk laporan, (g) mengkonfirmasi atau menolak prediksi, (h) mengaplikasikan informasi yang didapat dari suatu teks, dan (i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca seseorang tergantung pada kebutuhan dan apa yang ingin dicapai. Namun pada hakikatnya, tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan makna bacaan yang selanjutnya dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang sedang dihadapi. Di samping itu, membaca juga memperluas pengalaman dan pengetahuan. Dengan membaca, seseorang dapat memperoleh kepuasan batin.

5. Manfaat Membaca

Pada era informasi dan komunikasi yang melaju cepat saat ini, setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti laju perkembangan zaman. Untuk dapat mengikuti laju perkembangan zaman, tiap individu harus mengimbanginya dengan kemampuan membaca yang sangat dibutuhkan untuk menyerap berbagai informasi dari berbagai media. Samsu Somadayo (2011: 2) menyatakan dengan membaca, seseorang dapat bersantai,


(30)

15

berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan.

Melalui membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru (Darmiyati Zuchdi, 1997: 49). Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasan. Membaca juga dapat memperluas pengalaman batin yang seolah-olah dia berbincang-bincang atau berlaku bersama-sama pengarangnya. Membaca dapat juga memperluas cakrawala kehidupan (Suwaryono Wiryodijoyo, 1989: 191).

Sesuai beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca yaitu memperoleh informasi, meningkatkan ilmu pengetahuan, mendapat pengalaman-pengalaman baru, memperluas wawasan dan pengalaman batin sehingga dapat memperluas cakrawala kehidupan.

6. Pengertian Intensitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 335), intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Sedangkan menurut bahasa, intensitas berasal dari bahasa Inggris yaitu intensity yang berarti kemampuan, kekuatan, gigih atau kehebatan.

Intensitas adalah kekuatan efektivitas dari sebuah tindakan atau proses, atau suatu tindakan yang dilakukan secara rutin (Duden, 2003 dalam Kiki Rizkianingrum, 2012: 12). Intensitas kegiatan yang dilakukan seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan senang terhadap suatu kegiatan akan dapat mendorong minat orang yang


(31)

16

bersangkutan melakukan kegiatan tersebut. Jadi, intensitas adalah tindakan yang dilakukan secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat.

7. Intensitas Membaca

Membaca merupakan keterampilan yang penting bagi manusia, oleh karena itu kebiasaan membaca perlu ditumbuh kembangkan sejak kecil. Dengan terbiasa membaca, seseorang akan mendapat pengetahuan dan wawasan yang luas. Kebiasaan membaca berkaitan dengan intensitas membaca. Semakin sering membaca maka semakin baik pula kemampuan membaca seseorang.

Intensitas membaca mempengaruhi banyaknya informasi yang dimiliki seseorang. Adanya dorongan dari dalam diri, membuat individu melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus disebut intensif.

Jadi, intensitas membaca dapat diartikan sebagai kegiatan interaktif yang dilakukan untuk menafsirkan bahasa tulis dari pesan dengan maksud memahami makna yang terkandung dalam bahan tulis yang dilakukan secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat.

8. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Membaca

Rendahnya pemahaman siswa terhadap bacaan dikarenakan kurangnya kebiasaan membaca. DP. Tampubolon (1990: 243) beranggapan bahwa kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor penentu dalam kemampuan pemahaman. Semakin sering kegiatan membaca dilakukan, maka kemampuan pemahaman juga akan semakin


(32)

17

baik. Yap (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25) juga menegaskan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor intensitas membacanya. Menurut Ajzen dalam Fajar Istiqomah (2009: 23-24), menyatakan intensitas dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu sebagai berikut.

a. perhatian, merupakan ketertarikan individu terhadap objek tertentu yang menjadi target perilaku

b. penghayatan, berupa pemahaman terhadap informasi yang dilihat dan dialami, kemudian informasi tersebut dipahami, dinikmati, dan disimpan sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang bersangkutan

c. durasi, merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan individu untuk melakukan suatu aktivitas tertentu

d. frekuensi, adalah lamanya peluang perilaku atau suatu aktivitas tertentu

Selain itu menurut Kiki Rizkianingrum, 2012: 13 intensitas dipengaruhi oleh dua aspek sebagai berikut.

a. Minat meliputi:

1) memanfaatkan waktu luang untuk membaca 2) senantiasa berkeinginan membaca

3) melakukan kegiatan membaca dengan senang hati

b. Motivasi, meliputi dorongan untuk mencapai target yang akan dituju oleh perilaku.

Berdasarkan beberapa aspek yang mempengaruhi intensitas membaca tersebut, maka peneliti menggunakan aspek perhatian,


(33)

18

penghayatan, durasi, frekuensi, minat, dan motivasi sebagai acuan dalam menyusun kisi-kisi angket intensitas membaca.

B. Tinjauan Hasil Belajar IPS di SD 1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang mengusahakan adanya suatu perubahan baik perilaku, sikap, maupun pengetahuan pada diri seseorang yang sedang belajar. Belajar adalah proses perubahan positif kualitatif yang terjadi pada tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan berfikir logis dan kritis, kemampuan interaktif, dan kreativitas yang telah dicapainya (Alben Ambarita, 2006: 59). Perubahan tersebut merupakan perolehan yang disebut sebagai hasil belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar diwujudkan dengan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar yang diiringi dengan peningkatan kemampuan mental. Peningkatan kemampuan mental tersebut terwujud pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Nana Sudjana (2009: 22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Di sisi lain, Purwanto (2011: 45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(34)

19

Hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Guru dapat mengetahui informasi tentang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya melalui proses penilaian hasil belajar yang dilakukan pada saat kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya untuk siswa.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai hasil belajar yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi tindak belajar dan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses, bukan merupakan hasil. Belajar tidak hanya mengingat, namun juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan pada diri, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Oemar Hamalik, 2003: 27).

Menurut Muhibbin Syah (2013: 129), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan

rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.


(35)

20

Hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di dalam kelas. Sugihartono, dkk (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor internal berupa faktor psikologis minat karena sangat erat dengan ketertarikan seseorang untuk melakukan suatu sikap.

3. Jenis-jenis Hasil Belajar

Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 22-23) yang terbagi menjadi tiga ranah yaitu: a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.


(36)

21

c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Tiga ranah yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dapat dijadikan objek penilaian hasil belajar. Pada penelitian ini yang diukur adalah ranah kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Menurut Benjamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 23-29) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:

a. Pengetahuan, contohnya pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, dan nama-nama kota. Istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep lainnya.

b. Pemahaman, misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang didengar atau dibacanya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, dan mengungkapkan petunjuk penerapan pada kasus lain.

c. Aplikasi, yakni penerapan abstraksi didasarkan atas realita yang ada di masyarakat atau realita yang ada dalam teks bacaan. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

d. Analisis, yaitu usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas urutan atau susunannya. Analisis


(37)

22

merupakan kecakapan yang kompleks karena memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

e. Sintesis, yakni penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Misalnya menemukan hubungan yang unik, menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau masalah, mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah.

f. Evaluasi, yaitu pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan masalah, metode, materiil, dll.

Dalam penelitian ini, aspek yang diukur adalah aspek kognitif dengan tiga tipe hasil belajar kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

4. IPS di SD

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia mulai diberlakukan pada kurikulum 1975. Dalam bidang pengetahuan social terdapat beberapa istilah, yaitu Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Achmad Sanusi (Hidayati, 2004: 5) menyatakan batasan tentang Ilmu Sosial berupa, “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi makin lanjut makin ilmiah”. Ilmu Sosial merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok (Nursid Sumaatmadja dalam Hidayati, 2004: 5).


(38)

23

Berbeda dengan Ilmu Sosial, Barr, Barth, dan Shermis (Udin S. Winataputra, dkk, 2008: 14) mengemukakan bahwa Studi Sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Studi Sosial berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan di perguruan tinggi. Sedangkan Rudy Gunawan (2013: 48) menyatakan bahwa IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu bidang kajian sosial yang mempelajari manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang yang dikaji dalam Ilmu Sosial, Studi Sosial, dan IPS memiliki kesamaan, yakni mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam masyarakat. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di jenjang Sekolah Dasar (SD). Hal ini sesuai dengan Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 159) yang menerangkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat peritiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. IPS diarahkan demikian karena susunan konsep-konsep dalam IPS sangat kompleks dan bervariasi dan berbagai cabang ilmu sosial seperti ilmu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.


(39)

24

Trianto (2007: 124) menyatakan bahwa IPS merupakan perpaduan dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal ini juga diungkapkan Hidayati (2004: 8) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, politik, dan sebagainya yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Sependapat dengan Trianto dan Hidayati, Fakih Samlawi dan Benyamin Maftuh (1998: 1) menyimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu pengetahuan sosial (ilmu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dsb) yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologi serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar. Mata pelajaran IPS pada jenjang SD merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Materi pelajaran IPS di sekolah dasar disusun mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa.

5. Hasil Belajar IPS di SD

Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam penelitian ini, aspek yang diukur adalah aspek kognitif dengan tiga tipe hasil belajar


(40)

25

yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah hasil tes yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS setelah mengikuti proses pembelajaran IPS.

6. Pengukuran Hasil Belajar IPS di SD

Hasil belajar merupakan ukuran untuk mengukur seberapa jauh siswa menguasai bahan yang telah diajarkan. Untuk itu perlu adanya penilaian hasil belajar, yakni proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS pada ranah kognitif.

Purwanto (2011: 44) menjelaskan bahwa untuk mengaktualisasikan hasil belajar diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur hasil belajar ini adalah berupa tes. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari siswa Purwanto (2011: 66). Tes disusun berdasarkan kisi – kisi yang dikembangkan dari indikator materi pembelajaran yang telah disampaikan. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Dari penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa adalah tes.

C. Karakteristik Siswa Kelas V

Piaget (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 35) menguraikan empat tahap perkembangan kognitif yaitu tahap sensomotor (lahir-18 bulan), tahap praoperasional (18 bulan-6 tahun), tahap operasional konkret (6 tahun-12


(41)

26

tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun atau lebih). Menurut tahapan tersebut, siswa SD berada pada fase operasional konkret. Pada masa ini anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang lebih konkret. Anak mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105-106).

Menurut Syamsu Yusuf LN. (2014: 178), ciri-ciri perilaku anak pada masa operasional konkret yaitu sudah dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasi, menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) bilangan. Anak sudah mampu melakukan operasi menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca anak mencapai puncaknya. Materi bacaan juga sudah semakin luas. Pada umumnya anak laki-laki menyukai hal-hal yang bersifat menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah petualangan. Sedangkan anak perempuan cenderung menyenangi cerita kehidupan seputar rumah tangga (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 109). Pada masa ini anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata (Abin Syamsudin M, 1991 dalam Syamsu Yusuf LN., 2014: 179).

Lebih lanjut lagi Rita Eka Izzaty, dkk. mengemukakan bahwa anak SD termasuk dalam masa anak-anak akhir. Masa anak-anak akhir ini dibagi menjadi 2 fase yaitu:


(42)

27

1) masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan

2) masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.

Sesuai kategori tersebut, siswa kelas V termasuk dalam fase kelas tinggi. Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) adalah perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama serta membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

D. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan yaitu:

1. “Hubungan antara Intensitas Membaca dengan Kemampuan Memahami Isi Wacana Siswa Kelas V SD se–Gugus Bina Wiyata Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas” yang disusun oleh Kiki Rizkianingrum pada tahun 2012. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara intensitas membaca dengan kemampuan memahami isi wacana. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan koefisiensi product moment sebesar 0,577. Relevansi penelitian tersebut dengan yang diteliti oleh peneliti adalah adanya hubungan positif antara frekuensi membaca, jenis bacaan, dan cara membaca terhadap kemampuan memahami bacaan.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti ada pada variabel terikat. Penelitian tersebut membuktikan bahwa intensitas membaca sangat berpengaruh pada kemampuan memahami isi


(43)

28

wacana dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu dari empat kemampuan yang harus dimiliki dalam keterampilan berbahasa. Sedangkan pada penelitian ini, dikaitkan dengan kemampuan membaca pada mata pelajaran IPS yang kemudian mempengaruhi hasil belajar IPS. Perbedaan selanjutnya adalah lokasi penelitian. Peneliti melakukan penelitian di gugus II Pengasih Kulon Progo Yogyakarta sementara Kiki Rizkianingrum melakukan penelitian di Gugus Bina Wiyata Lumbir Banyumas.

2. “Korelasi antara Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo” yang disusun oleh Amalina Harjanti pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis korelasi Product Moment antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS diperoleh rxy (0,618) > rtabel (0,306) pada taraf signifikansi 0,01 (1%).

Relevansi penelitian tersebut dengan yang diteliti oleh peneliti adalah adanya hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS. Penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan dalam memperoleh makna baik tersurat maupun tersirat dan menerapkan informasi dari bacaan dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti ada pada variabel bebas. Penelitian tersebut membuktikan bahwa jika kemampuan membaca pemahaman tinggi, prestasi belajar IPS semakin


(44)

29

tinggi dan begitu pula sebaliknya jika kemampuan membaca pemahaman rendah maka akan diikuti rendahnya prestasi belajar IPS siswa. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti, perolehan hasil belajar pada mata pelajaran IPS khususnya ranah kognitif diteliti berdasarkan pengaruh intensitas membaca siswa. Perbedaan selanjutnya adalah lokasi penelitian. Peneliti melakukan penelitian di gugus II Pengasih Kulon Progo Yogyakarta sementara Amalina Harjanti melakukan penelitian di Kokap Kulon Progo Yogyakarta.

E. Kerangka Pikir

Intensitas membaca dapat diartikan sebagai frekuensi yang semakin lama semakin meningkat pada aktivitas membaca. Sesuai penelitian yang pernah dilakukan oleh Yap bahwa semakin banyak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang, yaitu 65% ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ, dan 10% dari faktor-faktor lainnya seperti lingkungan sosial, emosional, dan lingkungan fisik. Jadi, dapat dikatakan intensitas membaca akan berpengaruh pada pemahaman bacaan (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25).

Kemampuan membaca siswa kelas V SD tidak lagi pada tingkat keterampilan mekanis, akan tetapi berada pada tingkat kemampuan membaca pemahaman atau pada keterampilan pemahaman bacaan. Kemampuan membaca pemahaman merupakan dasar untuk memperoleh informasi yang selanjutnya dapat mendukung siswa dalam belajar. Siswa akan mampu


(45)

30

memahami suatu mata pelajaran atau informasi yang berkaitan dengan kehidupannya secara langsung.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran di SD kelas V yang masih dianggap pelajaran sulit. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar materi pada mata pelajaran IPS yang bersifat abstrak. Materi IPS kelas V SD berisi bacaan yang sudah memerlukan pemahaman untuk dapat mencerna informasi yang disajikan. Sehingga siswa harus memiliki tingkat komprehensi atau kemampuan membaca pemahaman yang tinggi. Pada beberapa siswa, membaca merupakan hal yang mudah dan menyenangkan, namun bagi sebagian yang lain membaca adalah hal yang sulit. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki siswa bervariasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat komprehensi seseorang adalah kebiasaannya dalam membaca. Dengan terbiasa membaca, siswa akan belajar mandiri untuk menemukan konsep yang belum diketahuinya dan memantapkan konsep yang kurang dipahaminya.

Pemahaman bacaan, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca dipengaruhi oleh intensitas membaca. Jika siswa memiliki intensitas membaca yang tinggi, maka konsep-konsep dalam mata pelajaran IPS akan mudah dipahami pula oleh siswa. Hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa terutama pada ranah kognitif.

Evaluasi mata pelajaran IPS pada ranah kognitif mencakup tingkat hafalan, pemahaman, dan aplikasi. Hal ini berkaitan erat dengan intensitas dan kemampuan membaca pemahaman. Jika siswa banyak membaca serta memahami konsep, maka siswa akan mampu menjawab soal-soal yang


(46)

31

diajukan dengan tepat. Hal tersebut merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran IPS.

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat pengaruh yang positif antara intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak ada pengaruh yang positif antara intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Intensitas membaca adalah kegiatan interaktif yang dilakukan untuk menafsirkan bahasa tulis dari pesan dengan maksud memahami makna yang terkandung dalam bahan tulis yang dilakukan secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat. Membaca yang dimaksud adalah membaca materi pelajaran atau sumber yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS.

2. Hasil belajar IPS adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi tindak belajar dan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini,


(47)

32

aspek yang diukur adalah aspek kognitif dengan tiga tipe hasil belajar kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.


(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan uraian pada latar belakang, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif karena teknik dan prosedur yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian diwujudkan dalam angka-angka dengan menggunakan analisis statistik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 27) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimen karena tidak memberikan perlakuan khusus pada salah satu variabel dan hanya mendeskripsikan variabel.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian ex-post facto. Menurut Sukardi (2011: 165), sebuah penelitian disebut ex-post facto karena sesuai dengan arti ex-post facto, yaitu “dari apa dikerjakan setelah kenyataan”. Penelitian ini sering disebut penelitian sesudah kejadian. Dalam penelitian

ex-post facto tidak ada kelompok kontrol atau kegiatan pre tes. Hubungan sebab

dan akibat antara subjek satu dengan subjek yang lain diteliti tidak dimanipulasi, karena penelitian ex-post facto hanya mengungkap gejala-gejala yang ada atau telah terjadi. Fakta dalam penelitian ini diungkapkan apa adanya dari data yang terkumpul. Dengan demikian penelitian ini mengungkapkan hubungan dari variabel-variabel yang ada yakni intensitas membaca dan hasil belajar IPS.


(49)

34 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Jadi, populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih berdasarkan data dari UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Pengasih dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Populasi Siswa V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih

No Nama SD Jumlah Siswa

1 Pengasih 1 16

2 Pengasih 3 27

3 Gebangan 9

4 Kepek 33

5 Sendangsari 19

6 Clereng 12

7 Serang 21

8 Klegen 19

Jumlah 156

2. Sampel

Sugiyono (2010: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Alasan penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi yang besar, dapat menghemat waktu dan biaya.


(50)

35

Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n =1 + N (e)N Keterangan : n = sampel N = populasi e = error sampling

Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5% sehingga diperoleh:

n =1 + 156 (0,05)156 = 156

1,39

= 112,230216 = 112

Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 112 siswa. b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel tiap SD peneliti menggunakan perhitungan sebagai berikut.

jumlah sampel tiap SD = jumlah siswa per kelaspopulasi x jumlah sampel 1) SD Negeri Pengasih 1 = x 112 = 11 anak


(51)

36

3) SD Negeri Gebangan = x 112 = 6 anak 4) SD Negeri Kepek = x 112 = 24 anak 5) SD Negeri Sendangsari = x 112 = 14 anak 6) SD Negeri Clereng = x 112 = 9 anak 7) SD Negeri Serang = x 112 = 15 anak 8) SD Negeri Klegen = x 112 = 14 anak D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kidder (1981) seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sugiyono (2007: 3) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Suharsimi Arikunto (2010: 162), mengemukakan bahwa dalam penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu, terdapat dua variabel yaitu: 1. variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau

disebut independent variable.

2. variabel yang dipengaruhi disebut variabel akibat, variabel tergantung atau tidak bebas disebut dependent variable.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yaitu:

1. variable independent (bebas) adalah intensitas membaca.


(52)

37

Dalam penelitian ini intensitas membaca akan diukur tingkat pengaruhnya dengan hasil belajar IPS. Pengaruh kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2015 pada kelas V di delapan Sekolah Dasar se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Sekolah Dasar tersebut adalah: SDN Pengasih 3, SDN Pengasih 1, SDN Gebangan, SDN Kepek, SDN Sendangsari, SDN Clereng, SDN Serang, dan SDN Klegen.

F. Metode Pengumpulan Data

Menurut Muhammad Idrus (2009: 99), jenis metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah: angket (questionnaire), wawancara (interview), pengamatan (observasi), tes, dan dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket

Suharsimi Arikunto (2010: 194) menyatakan bahwa kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya , atau hal-hal yang ia ketahui.

Variabel Bebas (X)

Intensitas Membaca

Variabel Terikat (y)


(53)

38

Penelitian ini menggunakan angket untuk mengumpulkan data intensitas membaca siswa. Tujuan angket adalah untuk memperoleh jawaban singkat dari responden dengan memberikan tanda check pada kolom yang disediakan sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup, yaitu angket yang sudah menyediakan pilihan jawaban, responden hanya tinggal memilih sehingga dalam penelitian ini responden tidak memiliki kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Dalam hal ini, peneliti menyusun pernyataan-pernyataan yang dapat memberi informasi mengenai intensitas membaca.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010: 193).

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran IPS yang berbentuk tes pilihan ganda. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 83) tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah penyataan atau bentuk yang dapat untuk melengkapinya. Dari beberapa “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat sedangkan yang lain merupakan pengecoh (distractors).


(54)

39 G. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 148), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut.

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) mengidentifikasi variabel-variabel yang terdapat pada perumusan judul penelitian

2) menentukan definisi operasional tiap-tiap variabel 3) menentukan indikator dari masing-masing variabel 4) menentukan kisi-kisi pertanyaan berdasarkan indikator

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan tes. Angket digunakan untuk mengumpulkan data variabel intensitas membaca sedangkan tes pilihan ganda digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS.

1. Angket

Angket dalam penelitian ini berupa skala intensitas. Skala intensitas ini digunakan untuk mengukur perilaku yang berkaitan dengan intensitas membaca siswa. Angket dikembangkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas membaca, kemudian dikembangkan kembali oleh peneliti ke dalam indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Angket intensitas membaca ini menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban. Skala Likert adalah digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi orang atau sekelompok orang tentang


(55)

40

fenomena sosial. Jumlah butir soal terdiri dari 35 butir pertanyaan atau pernyataan tentang intensitas membaca. Dari seluruh butir tersebut, terdapat pertanyaan atau pernyataan positif dan negatif. Subjek kemudian diminta untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan dalam bentuk checklist dengan skor jawaban 1-4 dengan rentang selalu, sering, kadang, dan tidak pernah. Berikut adalah nilai (skor) untuk pernyataan positif dan negatif.

Tabel 2. Pedoman pemberian skor instrumen Intensitas Membaca Pilihan Jawaban Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang 2 3

Tidak Pernah 1 4

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas membaca adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Membaca

No Aspek Indikator Positif Negatif Nomor Butir Jml butir 1. Perhatian Ketertarikan membaca 1, 2, 23 3, 5, 24 6 2. Penghayatan Usaha untuk menghayati 4, 6 30 3

Menikmati bacaan 7 25 2

Usaha untuk memahami 8 1

Membaca pemahaman 27 9 2

Penyimpanan informasi 11 1

3. Durasi Selang waktu membaca 10, 13 12 3

Rentang waktu 14 15 2

Lamanya membaca 34 1

4. Frekuensi Banyaknya peluang

membaca 17, 32, 35 18, 19 5 5. Minat Memanfaatkan waktu

luang untuk membaca 21, 33 22 3 Senantiasa berkeinginan

membaca 16, 29 26 3

Membaca tanpa paksaan 28 1

6. Motivasi Dorongan untuk

mencapai tujuan/sasaran yang akan dituju

31 20 2


(56)

41 2. Tes (Pilihan Ganda)

Ditinjau dari segi bentuknya, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: tes subjektif dan tes objektif (Suharsimi Arikunto, 2013: 177-179). Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Sedangkan tes objektif adalah tes yang berbentuk pilihan ganda. Tes objektif pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif karena tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhinya.

Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes yang berbentuk pilihan ganda (objektif) dengan empat alternatif jawaban. Setiap jawaban benar diberi nilai 4 dan jika salah diberi nilai 0. Tes pilihan ganda yang diujikan terdiri dari 35 butir soal yang disusun berdasarkan materi pada mata pelajaran IPS kelas V SD yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa. Melalui tes tersebut, diharapkan peneliti dapat memperoleh dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan hasil belajar untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS.

Materi tes yang akan diujikan pada siswa yaitu tentang perjuangan mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Soal disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut.

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia


(57)

42

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS

No Indikator Soal C1 Aspek yang diukur C2 C3 Soal Jml 1. Menyebutkan tanggal pembentukan

dan peresmian BPUPKI 10, 19 2

2. Menjelaskan hasil sidang BPUPKI

dan PPKI 14 17, 4, 7, 11,

18, 23

7 3. Menyebutkan tokoh yang berperan

dalam BPUPKI dan PPKI 20 1, 2, 13, 4

4. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan Panitia Sembilan 30 6, 21, 22, 4

5. Menentukan peranan BPUPKI dan

PPKI 3, 15, 16, 29 4

6. Menjelaskan usulan dasar negara para tokoh (Moh. Yamin, Dr. Supomo, dan Ir. Sukarno)

8, 33, 34, 35,

4 7. Menyebutkan tokoh yang telah

mengusulkan dasar negara 5, 28, 31, 32 4 8. Mengemukakan alasan Jepang

memberikan kemerdekaan bagi Indonesia

9, 12, 24 3 9. Menentukan contoh sikap

menghormati jasa pejuang kemerdekaan Indonesia

25,

26, 27 3

Jumlah 35

H. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan sebelum instrumen digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen sehingga instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2010: 173) menyatakan bahwa dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.


(58)

43

Responden yang digunakan untuk uji coba instrumen diambil dari siswa yang memiliki karakteristik relatif sama dengan responden yang digunakan dalam penelitian. Uji coba dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SDN 2 Ngulakan dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa.

Untuk mengetahui validitas tiap butir instrumen digunakan analisis butir dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Sebuah butir instrumen dikatakan valid apabila koefisien rxy yang diperoleh lebih besar dari r tabel

pada taraf signifikansi 5%. Perolehan harga r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel maka butir instrumen dianggap valid. Sedangkan jika harga r

hitung lebih kecil dari r tabel maka butir instrumen dianggap tidak valid. 1. Uji Validitas

Menurut Saifuddin Azwar (2006: 5), validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakuan fungsi ukurnya. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Suharsimi Arikunto,

2010: 213) sebagai berikut:

rxy= ( )( )

{ ² ( )²}{ ² ( )²}

keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah subjek ΣX = jumlah skor X ΣY = jumlah skor Y

ΣXY = jumlah perkalian antara X dan Y ΣX2 = jumlah X kuadrat

ΣY2 = jumlah Y kuadrat

Dengan subjek (N) sebanyak 30 siswa pada variabel intensitas membaca diperoleh r tabel sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji coba instrumen dari 35 pertanyaan tentang intensitas membaca siswa


(59)

44

dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20 diperoleh 26 butir valid dan 9 butir tidak valid. Butir soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, dan 35. Sedangkan butir soal yang tidak valid yaitu nomor 3, 8, 9, 11, 18, 20, 22, 26, dan 30. Dari 26 butir soal yang valid, hanya 25 soal yang digunakan dalam penelitian.

Hasil uji coba instrumen dari 35 pertanyaan tentang hasil belajar IPS dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20 diperoleh 25 butir valid dan 10 butir tidak valid. Butir soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, dan 34. Sedangkan butir soal yang tidak valid yaitu 8, 10, 11, 17, 21, 22, 28, 29, 33, dan 35.

2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi, apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2011: 127). Adapun pengujiannya menggunakan rumus Alpha, yaitu:

( − 1) 1 − Ʃ

Keterangan:

= reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal Ʃ = jumlah varians butir

= varians total (Suharsimi Arikunto, 2010: 239)

Sugiyono (2010: 257), menyatakan bahwa nilai r11 yang diperoleh


(60)

45

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian

Nilai Reliabilitas Interpretasi

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Antara 0,800 sampai dengan 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha. Uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20 dengan hasil koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,911. Sedangkan pada variabel hasil belajar IPS koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,908.

Berdasarkan hasil reliabilitas yang dihasilkan yaitu 0,911 untuk intensitas membaca dan hasil belajar IPS dengan koefisien 0,908 maka reliabilitas kedua variabel di atas termasuk dalam kategori sangat tinggi. I. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010: 208), analisis statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial karena data penelitian ini menggunakan data sampel dimana kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Statistik inferensial dibedakan menjadi statistik parametris dan nonparemetris. Dalam penelitian ini menggunakan stastistik parametris. Namun sebelumnya perlu dilakukan uji prasyarat analisis. Adapun uji prasyarat analisis tersebut, meliputi:

1. Uji Normalitas

Menurut V. Wiratna Sujarweni (2008: 45), uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel. Uji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan rumus uji normalitas Kolmogorov-Smirnov


(61)

46

dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 20 dengan taraf signifikansi 5%. Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi >0,05.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Perhitungan uji linearitas menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 20. Jika nilai signifikansi <0,05 maka hubungan dua variabel adalah linier.

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Rumus untuk uji regresi sederhana adalah sebagai berikut.

Ŷ = a + bX

Ŷ = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atu koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila bila (-) maka arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu (Sugiyono, 2007: 261).

Setelah data yang diujikan memenuhi semua syarat seperti yang dijelaskan di atas maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis untuk menentukan hubungan antara 2 variabel (gejala) yaitu dengan menggunakan korelasi product moment.

Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut.

= ∑ − (∑ )(∑ )

{ ∑ − (∑ ) }{ ∑ − (∑ ) }

Setelah diketahui koefisien korelasi maka langkah selanjutnya adalah memberikan intepretasi terhadap koefisien korelasi tersebut, yaitu dengan cara


(62)

47

dikonsultasikan pada tabel r product moment. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Mencari df (degree of freedom). = −

Keterangan:

= Number of cases

= banyaknya variabel yang dikorelasikan 2. Berkonsultasi dengan nilai r pada tabel product moment.

3. Membandingkan r hasil perhitungan dengan nilai r tabel, dengan ketentuan: a. Jika r hitung ≥ r tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.


(63)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo pada Tahun Ajaran 2014/2015, tepatnya pada bulan Juni. Responden pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Gugus II Kecamatan Pengasih terdiri dari 8 sekolah dasar, yaitu: SDN Pengasih 1, SDN Pengasih 3, SDN Gebangan, SDN Kepek, SDN Sendangsari, SDN Clereng, SDN Serang, dan SDN Klegen.

SD Negeri Pengasih 1 terletak di Pengasih, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 16 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 11 siswa.

SD Negeri Pengasih 3 terletak di Jalan Pracoyo No. 1, Pengasih, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 27 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 19 siswa.

SD Negeri Gebangan terletak di Timpang, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 9 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 6 siswa.

SD Negeri Kepek terletak di Kepek, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 33 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 24 siswa.

SD Negeri Sendangsari terletak di Mrunggi, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 19 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 14 siswa.


(64)

49

SD Negeri Clereng terletak di Secang, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 12 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 9 siswa.

SD Negeri Serang terletak di Serang, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 21 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 15 siswa.

SD Negeri Klegen terletak di Klegen, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V yaitu 19 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. SD ini diambil sampel sejumlah 14 siswa.

Untuk mempermudah dalam melihat data di atas, perhatikan tabel di bawah ini.

Tabel 6. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

No Nama SD Alamat Populasi Sampel

L P Jumlah

1. SD Negeri

Pengasih 1 Pengasih, Pengasih, Kulon Progo 12 4 16 11

2. SD Negeri

Pengasih 3 Jln. Pracoyo No. 1, Pengasih, Pengasih, Kulon Progo

6 21 27 19

3. SD Negeri

Gebangan Timpang, Pengasih, Kulon Progo 6 3 9 6

4. SD Negeri

Kepek Kepek, Pengasih, Kulon Progo 17 16 33 24

5. SD Negeri

Sendangsari Mrunggi, Pengasih, Kulon Progo Sendangsari, 4 15 19 14 6. SD Negeri

Clereng Secang, Pengasih, Kulon Progo Sendangsari, 9 3 12 9 7. SD Negeri

Serang Serang, Pengasih, Kulon Progo Sendangsari, 8 13 21 15 8. SD Negeri

Klegen Klegen, Pengasih, Kulon Progo Sendangsari, 7 12 19 14

Jumlah 69 87 156 112

B. Hasil Analisis Deskriptif

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang menggunakan dua variabel yaitu variabel intensitas membaca sebagai variabel bebas dan


(1)

(2)

(3)

115 Lampiran 18. Foto Dokumentasi

Gambar 5. Siswa SD Negeri 1 Pengasih sedang mengisi skala dan tes


(4)

116

Gambar 7. Siswa SD Negeri Gebangan sedang mengisi skala dan tes


(5)

117

Gambar 9. Siswa SD Negeri Sendangsari sedang mengisi skala dan tes


(6)

118

Gambar 11. Siswa SD Negeri Klegen sedang mengisi skala dan tes