Latar Pusat Pengisahan Struktur Karya Sastra dan Karya Sastra Roman

19 Alur yang terdapat dalam PGA dan TK merupakan alur maju. Cerita disusun secara urut oleh pengarang, dari awal sampai akhir. Alur yang disusun oleh pengarang meliputi tahap permulaan, pertikaian, penanjakan, perumitan, puncak, peleraian, dan akhir alur ditutup dengan pernikahan tokoh Panji.

4. Latar

Latar merupakan bagian dari struktur karya sastra yang sama kedudukannya dengan unsur yang lain. Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi Semi, 1998: 46. Keberadaan latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita yang terdapat dalam cerita. Konteks dalam hal ini akan berhubungan dengan pemberian makna yang terdapat dalam adegan yang terjadi dalam cerita. Latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial Wiyatmi, 2006: 40. Latar tempat berkaitan dengan letak geografis. Misalnya, hutan, kerajaan, laut, danau, rumah, pasar, dan lain-lain, yang wujudnya dapat ditemukan secara fisik. Latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, jam, dan sejarah. Waktu berupa jam, menunjukkan waktu secara numerik, tetapi waktu juga dapat berkaitan dengan alam, misalnya waktu subuh, petang hari, tengah malam, atau sore hari. Latar waktu sejarah, misalnya zaman kerajaan Majapahit, zaman orde baru, dan sebagainya. Latar sosial menunjukan kehidupan masyarakat atau lingkungan masyarakat yang terdapat dalam cerita tersebut, misalnya di kalangan bangsawan, rakyat biasa, atau masyarakat modern. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan sosial. Latar yang terdapat dalam PGA dan TK mencakup tiga latar. Latar tersebut adalah 20 latar waktu, latar tempat, dan latar sosial. Latar tempat dan sosial baik dalam PGA maupun TK ditunjukkan secara eksplisit berkaitan dengan masa suatu kerajaan, yaitu kerajaan Kediri. Latar waktu, baik dalam PGA maupun TK ditunjukkan tidak jelas. Misalnya saja, latar waktu lain hari yang terdapat dalam PGA dan latar waktu suatu hari dalam TK.

5. Pusat Pengisahan

Pusat pengisahan adalah posisi penempatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya tersebut Semi, 1998: 57. Pusat pengisahan disebut juga sudut pandang atau point of view. Pusat pengisahan menurut Semi 1998: 57-58 adalah sebagai berikut. a. Pengarang sebagai tokoh utama. Pengarang menceritakan jalannya peristiwa dalam pandangan sebagai tokoh utama. Pengarang memiliki pengetahuan yang luas mengenai diri tokoh utama. Akan tetapi, pengarang tidak mengetahui kejadian lain yang sedang berlangsung, karena keterbatasan tempat yang dimilikinya. Dalam sudut pandang tersebut, pengarang menggunakan kata ganti orang pertama, aku atau nama orang. b. Pengarang sebagai tokoh sampingan. Pengarang sebagai tokoh sampingan melihat kejadian dari apa yang dilihatnya. Posisi yang dimiliki pengarang bertindak sebagai orang ketiga yang mengamati peristiwa yang sedang terjadi dari jauh. Biasanya pengarang menggunakan sapaan, aku atau nama orang atau dia. 21 c. Pengarang sebagai pemain dan narator. Pengarang dalam hal ini memiliki dua tempat. Tempat pertama, pengarang memasuki pikiran dan perasaan tokoh. Kedua, pengarang mengetahui peristiwa lain yang terjadi. Pengarang dalam hal ini menggunakan kata ganti ganda, misalnya aku atau nama orang dan mereka. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita, terdapat 3 kemungkinan, yaitu pengarang sebagai tokoh utama, tokoh sampingan, atau narator dan pemain serba tahu. Pengarang dalam menuliskan cerita, baik dalam PGA maupun TK menggunakan peran serba tahu. Posisi pengarang sebagai pemain dan narator menjadikan pengarang tahu akan sikap dan pemikiran tokoh. Selain itu, pengarang juga mengetahui kejadian lain dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, dalam PGA, pengarang masuk ke dalam pemikiran Panji mengenai sosok Dewi Angreni yang baru pertama ditemuinya.

E. Resepsi Sastra