birokrasi, berhasil dalam segala usaha, lalu lupa dan lebih mementingkan kepentingan pribadi serta kelompok.
Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED, Dian Rosdiadi dalam obrolan politik, “sekarang ini keadaan
politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut
kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh
sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk,
dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik. Bagi mereka, politik hanyalah sesuatu yang buruk
dalam mencapai kekuasaan” http:obrolanpolitik.blogspot.com201307dpr-
lembaga-paling-banyak-disalahkan.html 04 09 2013.
Bentuk pesan yang terkandung pada parikan dalam internet seperti Twitter diharapkan menjadi komponen penting dalam melakukan suatu control maupun
surveillance secara kritis dalam menyikapi setiap proses komunikasi politik yang terjadi di Indonesia. Untuk mewujudkannya diperlukan komunikasi politik yang
demokratis, sehingga komunikator dan komunikan politik dapat menjalankan fungsi dan peran sebagaimana mestinya.
2. Parikan dalam Situs Microblogging Twitter sebagai Cerminan Kondisi Sosial Ekonomi
Para pemikir Barat banyak melihat dunia modern sebagai tanah gersang yang kehilangan makna. Perubahan sosial-ekonomi telah menyebabkan dislokasi
psikologis pada dataran perorangan, dan dislokasi sosial dan ekonomi pada dataran masyarakat Kuntowijoyo, 1987: 108. Pengertian tersebut memberikan
kesimpulan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat, mampu memberikan pengaruh tersendiri terhadap psikologis setiap individunya.
Soekanto 2002: 53, memberikan pengertian bahwa sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Kondisi sosial ekonomi setiap individu
memiliki perbedaan dan tingkatan masing-masing, dari kondisi sosial ekonomi rendah, menengah, hingga kondisi sosial ekonomi tinggi.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat indonesia, dapat menjadi latar tersendiri terhadap isi yang tercermin dari sebuah parikan yang diupdate di twitter. Dalam
penelitian ini akan dibahas mengenai cerminan kondisi sosial ekonomi, yang berupa kritikan maupun sindiran terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di
Indonesia. Setiap pengarang mampu menyampaikan opininya berupa kritikan maupun sindiran terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Indonesia
melalui parikan yang diciptakannya.
3. Parikan dalam Situs Microblogging Twitter sebagai Cerminan Kondisi Sosial Budaya
Koentjaraningrat dalam Endraswara 2006: 105 mengemukakan bahwa orang Jawa sekarang modern telah terpengaruh nilai-nilai budaya Barat yang
dapat telah merusak nilai-nilai budaya tradisi ketimuran atau Jawa yang ada. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari fenomena global yang terjadi saat
ini. Yang jelas budaya Jawa sendiri terancam untuk tenggelam dalam proses modernisasi, sekalipun lapisan luarnya justru makin digemari Kuntowijoyo,
1987: 96. Kedua pendapat tersebut semakin memperjelas bahwa arus globalisasi pada masa modernisasi saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
nilai-nilai budaya tradisi Jawa yang ada. Penyebaran informasi dan komunikasi yang semakin luas jangkauannya,
secara tidak langsung akan memberikan sentuhan budaya yang baru dengan pengaruh yang kuat. Kebudayaan suatu masyarakat mampu dijadikan sebagai alat
ukur dalam hidup dan tingkah laku manusia. Menurut Koentjaraningrat dalam Herusatoto 2008: 11-12, budaya manusia itu mempunyai paling sedikit tiga
wujud yaitu: 1 wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dan ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya; wujud ini berada pada alam pikir dari warga masyarakat atau dapat pula berupa tulisan-tulisan, karangan-
karangan warga masyarakat yang bersangkutan;
2 wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas pelaku berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa sistem sosial dalam masyarakat
yang bersangkutan; 3 wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, ia berupa
kebudayaan fisik yang berbentuk nyata yang merupakan hasil karya masyarakat yang bersangkutan.
Dengan memaknai klasifikasi Koentjaraningrat di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap kebudayaan yang ada di dunia mempunyai unsur-unsur yang bersifat
esensial, yaitu berupa: a sistem religi dan upacara keagamaan, b sistem dan organisasi kemasyarakatan, c sistem pengetahuan, d bahasa, e kesenian, f
sistem mata pencaharian hidup, g sistem teknologi dan peralatan. Dalam penelitian ini akan dibahasa kondisi sosial budaya kaitannya dengan: a sistem
religi dan upacara keagamaan, b sitem pengetahuan, c bahasa, d sistem teknologi dan peralatan.
Sihabudin 2011: 129, berpendapat bahwa gaya hidup sebagai pembeda
kelompok akan muncul dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Setiap kelompok dalam stratum sosial tertentu akan memiliki gaya hidup
yang khas. Stratum sosial dalam hal ini seperti kelompok masyarakat kalangan tua, muda, kaya, miskin, menengah, pelajar atau mahasiswa, pengangguran,
pegawai, pekerja, maupun kelompok masyarakat yang lain. Dapat dikatakan gaya hidup inilah yang menjadi simbol prestise dalam sistem stratifikasi sosial. Dengan
kata lain, gaya hidup dapat dipandang sebagai ciri khas bagi keanggotaan suatu stratum sosial.