c. Pendapatan Nasional
Adalah nasional income yaitu nilai seluruh barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pendapatan dalam menghasilkan barang dan jasa selama
jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. d.
Pendapatan Asli Daerah Adalah pendapatan atau penerimaan yang berasal dari sumber–sumber
pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas – dinas, dan penerimaan lain – lain.
2.3 Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Labuhan Batu .
Kabupaten Labuhan Batu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantau Prapat.
Kabupaten Labuhan Batu terkenal dengan hasil perkebunan Sawit dan karet. Wilayah kabupaten yang dilalui tiga sungai besar yaitu sungai bilah, sungai
barumun, sungai kualuh merupakan daerah yang subur. Hal ini dapat dilihat dari 58 persen wilayahnya, dimanafaatkan sebagai lahan pertanian dimana didalamnya
didominasi subsector perkebunan. Perkebunan sendiri menyita lahan 424.180 hektar atau 46 wilayah
kabupaten Labuhan Batu. Hasil utama dari perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Kelapa sawit misalnya pada tahun 2000 dapat memproduksi 4,3 juta ton
dari lahan seluas 292.649 hektar. Dari lahan seluas 118.779 hektar kebun karet, pada tahun 2000 dapat diproduksi 109,3 ribu ton karet. Sebagian besar industry di
kabupaten ini merupakan hasil pengolahan hasil pertanian, khususnya perkebunan. Produk yang dihasilkan dari sekitar 39 industri besar dan sedang, 77 persen
Universitas Sumatera Utara
berupa minyak sawit mentah dan inti sawit yang menggunakan bahan baku kelapa sawit.
A. Potensi Kelapa Sawit Di Sumatera Utara
Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat 2009 sebesar 1.119.490 ton, Perkebunan Negara 2009 sebesar 1.027.143 ton, Perkebunan Swasta 2009 sebesar 1.011.511
ton, Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat sebesar 1.411.880 ton Angka Sementara 2010, Perkebunan Negara sebesar 1.052.821 ton Angka Sementara 2010,
Perkebunan Swasta sebesar 1.035.787 ton Angka Sementara 2010.
Tabel 2.2 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Di Sumatera Utara
PRODUKSI 2010 TON 3.230.448
PRODUKSI 2009 TON 3.158.144
PRODUKSI 2008 TON 1.115.699
PRODUKSI 2007 TON 1.022.472
PRODUKSI 2006 TON 3.244.922
Updated : 16-4-2012
LAHAN YANG SUDAH DIGUNAKAN HA
1.017.570 STATUS LAHAN
Luas Areal Perkebunan Rakyat sebesar 392.726 ha, Perkebunan Swasta sebesar
352.657 ha, dan Perkebunan Negara sebesar 299.471
Sumber Data : Perkebunan 2009-2011
B. Potensi Kelapa Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu
Tabel 2.3 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat
PRODUKSI 2009 TON 94.314
PRODUKSI 2008 TON 773.404
PRODUKSI 2007 TON 349.411
Universitas Sumatera Utara
Updated : 23-8-2013
LAHAN YANG SUDAH DIGUNAKAN HA
33.117 STATUS LAHAN
Perkebunan Rakyat
Sumber Data : Statistik Perkebunan 2009-2011
Luas perkebunan rakyat di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan betapa berpengaruhnya
keberadaan Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara. Demikian halnya dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, khususnya Sumatera Utara,
secara fisik terkesan menunjukkan adanya kemajuan yang menggembirakan
.
Hal ini ditandai dengan produksi kelapa sawit yang meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun demikian luas areal dan produksi yang
meningkat belum diikuti oleh kekuatan posisi petani perkebunan rakyat dalam mempengaruhi harga Tandan Buah Segar TBS . Salah satu masalah yang belum
dapat diatasi secara tuntas adalah penetapan harga TBS Tandan Buah Segar Willson P.A Pasaribu.
Kehidupan ekonomi petani perkebunan kelapa sawit rakyat berada pada posisi yang tidak menentu karena pendapatan mereka harus ditentukan oleh
keadaan harga pasar global. Terkadang harga kelapa sawit mengalami kenaikan harga dan dalam saat tertentu pula bisa mengalami penurunan. Dengan pendapatan
yang semakin menurun bagaimana mereka dapat mampu mengimbangi tingginya kebutuhan ekonomi sosial keluarga yang harus dipenuhi. Situasi ini menyebabkan
mereka melakukan kegiatan - kegiatan dalam rangka untuk dapat bertahan hidup dari tekanan ekonomi yang mereka hadapi.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ekonomis yang mereka lakukan ternyata merupakan suatu bentuk strategi bagi mereka untuk dapat beradaptasi ditengah - tengah tekanan ekonomi
yang mereka hadapi. Upaya yang mereka lakukan adalah meliputi strategi aktif yaitu pemanfaatan sumber daya tenaga keluarga, strategi pasif yaitu penekanan
pola subsistensi yang melakukan berbagai macam kegiatan lain dengan memanfaatkan relasi sosial.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, disamping itu juga
memperhatikan pemerataan perekonomian antara golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat sekitarnya.
Aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan banyak tenaga kerja dan investasi relative besar, diperkirakan secara positif merangsang
pertumbuhan ekonomi di pedesaan, menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja serta lapangan berusaha. Melalui kegiatan ekonomi yang menhasilkan barang dan
jasa yang diperlukan selama proses kegiatan perkebunan kelapa sawit akan mempunyai keterkaitan kebelakang backward linkages. Dari segi penanaman
investasi sektor perkebunan yang dilaksanakan, hampir semua daerah kabupatenkota memanfaatkan investasi. Jika dilihat dari segi dampak ekonominya
menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni terjadi jumlah uang beredar dipedesaan. Hal ini berdamapak terhadap meningkatnya daya beli masyarakat
pedesaan, yang pada akhirnya meningkatnya mobilitas barang dan jasa.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua kemungkinan penyebab fenomena ini terjadi. Pertama, investasi sektor perkebunan dan produk turunannya di daerah menyebabkan disparitas spasial
antar daerah semakin mengecil. Hal ini lebih disebabkan investasi subsektor perkebunan lebih banyak menggunakan tenaga manual dibandingkan tenaga modern
peralatan , sehingga akan menambah pendapatan masyarakat di daerah sekitarnya. Kedua, kemungkinan pembangunan industri turunan kelapa sawit PKS di masing-
masing daerah perkebunan juga menciptakan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat tempatan, sehingga ini juga akan menambah daya beli masyarakat.
2.4 Penelitian Terdahulu