Analisis Faktor yang Mempengaruh Harga TBS Terhadap TingkatKesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Labuhan Batu

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA TBS DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI SAWIT

DI KABUPATEN LABUHAN BATU

OLEH

SRI DEVY RITONGA 090501002

PROGRAM STUDI STRATA 1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Pertumbuhan pertanian di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa pembangunan pertanian merupakan prasyarat untuk adanya kemajuan dalam tahapan-tahapan pembangunan selanjutnya. Karena pertanian memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek dalam perekonomian di Indonesia, maka pembangunan pertanian merupakan penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Harga TBS Terhadap TingkatKesejahteraan Petani Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pengaruh harga TBS terhadap kesejahteraan petani sawit Di Kabupaten Labuhan Batu.

Harga TBS (Tandan Buah Segar) mempunyai peranan yang sangat penting dalam tingkat pendapatan atau kesejahteraan petani sawit. Jika harga TBS tersebut mengalami kenaikan harga maka tentulah pendapatan yang diterima dari hasil produksi kelapa sawit oleh petani cukup besar, sebaliknya jika harga mengalami penurunan maka pendapatan yang diterima oleh petani kecil. Harga TBS tidak terlepas dari jumlah produksi petani sawit dan produksi itu sendiri sangat dipengaruhi oleh 3 variabel utama yaitu modal sendiri, modal pinjaman, dan luas lahan. Oleh karena itu, peneliti telah melakukan penelitian dengan cara menggunakan metode penelitian menyebarkan 40 kuisioner kepada petani kelapa sawit yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Variabel penelitian adalah modal sendiri, modal pinjaman dan luas lahan dengan menggunakan analisis regresi lenier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu tidak semua menerima hasil produksi dari pertaniannya yang tinggi untuk kesejahteraannya. Dengan tingkat kepercayaan 95% dihasilkan nilai uji koefisien determinasi 0,851 dapat disimpulkan bahwa hasil analisis pengaruh harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit tersebut dengan variabel penelitian mampu menjelaskan variasi tingkat pendapatan sebesar 85,1% dan sisanya sebesar 14,9% dujelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.


(3)

ABSTRACT

Agricultural growth in Indonesia has a very important role in economic

development. History shows that agricultural development is a prerequisite progress in the next stages of development. Because agriculture has been linked with various aspect of the economy in Indonesia, the development of agriculture is a major determinant in the growt of the rural economy.

This study, entitled”Effect Analysis For TBS Againt Welfare Smallholders in Labuhan Batu district. The purpose of this study was to analyze the effect of price on the wellbeing of farmers TBS oil in Labuhan Batu.

Price FFB (Fresh Fruit Bunches) has a very important role in the level of income or welfare of smallholders. If the price of the TBS surely increase the price of the revenues received from oil palm production by farmers is large enough, otherwise if the price has decreased the income received by small farmers. TBS prices can not be separated from the total production of smallholders and production it self is influenced by three main variables, namely their own capital, loan capital and land area. Therefore, researchers have conducted research by using research methods deploy 40 quistionnires to oil palm farmers in the district of Labuhan Batu. Variable is equity research, capital and land loans by using multiple regression analysis lenier.

Based on the analysis it can be concluded that the level of welfare of smallholders in Labuhan Batu district do not all receive the results of the agricultural production is high for well-being. With a confidence level of 95% resulting test value 0,851 coeffitient of determination can be concluded that the results of the analysis of the effect of FFB price on the welfare of smallholders with study variables can explain the variation in the level of income of 85,1% and the remaining 14,9% by other variable not included in the model estimation.


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ………... . v

DAFTAR GAMBAR ……….. . vi

DAFTAR LAMPIRAN ………... vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Harga TBS (Tandan Buah Segar) ... 8

2.1.1 Rumus Harga Pembelian TBS ... 11

2.1.2 Peraturan Perundangan – undangan Terhadap Harga TBS ... 12

2.2 Teori Kesejahteraan dan Pendapatan ... 13

2.2.1 Teori Kesejahteraan ... 13

2.2.2 Kesejahteraan Menurut Para Ahli ... 16

2.2.3 Teori Pendapatan ... 18

2.3 Kesejahteraan Petani Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu ... 19

2.4 Penelitian Terdahulu ... 23

2.5 Kerangka Konseptual ... 26

2.6 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Tempat Penelitian ... 27

3.2 Defenisi Operasional Variabel ... 27

3.3 Pemilihan Responden ... 28

3.4 Jenis Data ... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 29

3.7 Analisis Regresi Linear Berganda ... 29

3.7.1 Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian) ... 30

3.7.1.1 Koefisien Determinan (R-Square) ... 30

3.7.1.2 Uji t – Statistik ... 31


(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Labuhan Batu ... 33

4.1.1 Kabupaten Labuhan Batu ... 33

4.1.2 Jumlah Penduduk ……….. . 33

4.2 Deskripsi Responden ………... . 35

4.2.1Umur Responden ... 35

4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 36

4.2.3 Jumlah Tanggungan Responden ... 37

4.2.4 Pengalaman Bertani Kelapa Sawit Responden ... 38

4.2.5 Deskripsi Pada Harga TBS ... 38

4.2.6 Deskripsi Luas Lahan Responden ... 39

4.2.7 Deskripsi Jumlah Pohon kelapa Sawit Responden ... 39

4.2.8 Deskripsi Produksi yang Dihasilkan Responden ... 40

4.2.9Deskripsi Memanen Kelapa Sawit Dalam Sebulan Oleh Responden ... 40

4.2.10 Deskripsi Hasil Produksi (TON) /Bulan Oleh Responden ... 41

4.2.11Deskripsi Hasil Produksi Dalam Satu Kali Panen (TON) Oleh Responden….. 42

4.2.12Deskripsi Penjualan Hasil Produksi dan Jarak Penjualan Oleh Responden………. 42

4.2.13 Deskripsi Tenaga Kerja ... 43

4.2.14 Deskripsi Upah Perhari Tenaga Kerja Oleh Responden ... 44

4.2.15 Deskripsi Modal yang Digunakan Oleh Responden ... 44

4.3 Hasil Analisis Regresi ... 46

4.3.1 Analisis Regresi X1,X2 dan X3 Terhadap Y ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

2.1 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Di Sumatera Utara ………... 20

2.2 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Di Labuhan Batu ... 20

4.1 Kepadatan Penduduk Seks Ratio Dan Laju Pertumbuhan ... 34

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin (2012) ... 34

4.3 Nama Ibu Kota Kecamatan Dan Jumlah Kelurahan/Desa ... 34

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur ... 35

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

4.6 Jumlah Tanggungan Responden ... 37

4.7 Pengalaman Bertani Kelapa Sawit Responden ... 38

4.8 Luas Lahan Petani Kelapa Sawit (Ha) ... 39

4.9 Jumlah Pohon Kelapa Sawit Responden ... 39

4.10 Produksi Yang Dihasilkan Responden ... 40

4.11 Memanen Kelapa Sawit Dalam Sebulan Oleh Responden ... 40

4.12 Hasil Produksi (Ton)/Bulan Oleh Responden ... 41

4.13 Hasil Produksi Dalam Satu Kali Panen (Ton) Oleh Responden ... 42

4.14 Jumlah Tenaga Kerja Oleh Responden ... 43

4.15 Upah Per Hari Tenaga Kerja Responden ... 44


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ……….. ………... 56 2. Hasil Regresi ………. ………... 68


(9)

ABSTRAK

Pertumbuhan pertanian di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa pembangunan pertanian merupakan prasyarat untuk adanya kemajuan dalam tahapan-tahapan pembangunan selanjutnya. Karena pertanian memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek dalam perekonomian di Indonesia, maka pembangunan pertanian merupakan penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Harga TBS Terhadap TingkatKesejahteraan Petani Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pengaruh harga TBS terhadap kesejahteraan petani sawit Di Kabupaten Labuhan Batu.

Harga TBS (Tandan Buah Segar) mempunyai peranan yang sangat penting dalam tingkat pendapatan atau kesejahteraan petani sawit. Jika harga TBS tersebut mengalami kenaikan harga maka tentulah pendapatan yang diterima dari hasil produksi kelapa sawit oleh petani cukup besar, sebaliknya jika harga mengalami penurunan maka pendapatan yang diterima oleh petani kecil. Harga TBS tidak terlepas dari jumlah produksi petani sawit dan produksi itu sendiri sangat dipengaruhi oleh 3 variabel utama yaitu modal sendiri, modal pinjaman, dan luas lahan. Oleh karena itu, peneliti telah melakukan penelitian dengan cara menggunakan metode penelitian menyebarkan 40 kuisioner kepada petani kelapa sawit yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Variabel penelitian adalah modal sendiri, modal pinjaman dan luas lahan dengan menggunakan analisis regresi lenier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu tidak semua menerima hasil produksi dari pertaniannya yang tinggi untuk kesejahteraannya. Dengan tingkat kepercayaan 95% dihasilkan nilai uji koefisien determinasi 0,851 dapat disimpulkan bahwa hasil analisis pengaruh harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit tersebut dengan variabel penelitian mampu menjelaskan variasi tingkat pendapatan sebesar 85,1% dan sisanya sebesar 14,9% dujelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.


(10)

ABSTRACT

Agricultural growth in Indonesia has a very important role in economic

development. History shows that agricultural development is a prerequisite progress in the next stages of development. Because agriculture has been linked with various aspect of the economy in Indonesia, the development of agriculture is a major determinant in the growt of the rural economy.

This study, entitled”Effect Analysis For TBS Againt Welfare Smallholders in Labuhan Batu district. The purpose of this study was to analyze the effect of price on the wellbeing of farmers TBS oil in Labuhan Batu.

Price FFB (Fresh Fruit Bunches) has a very important role in the level of income or welfare of smallholders. If the price of the TBS surely increase the price of the revenues received from oil palm production by farmers is large enough, otherwise if the price has decreased the income received by small farmers. TBS prices can not be separated from the total production of smallholders and production it self is influenced by three main variables, namely their own capital, loan capital and land area. Therefore, researchers have conducted research by using research methods deploy 40 quistionnires to oil palm farmers in the district of Labuhan Batu. Variable is equity research, capital and land loans by using multiple regression analysis lenier.

Based on the analysis it can be concluded that the level of welfare of smallholders in Labuhan Batu district do not all receive the results of the agricultural production is high for well-being. With a confidence level of 95% resulting test value 0,851 coeffitient of determination can be concluded that the results of the analysis of the effect of FFB price on the welfare of smallholders with study variables can explain the variation in the level of income of 85,1% and the remaining 14,9% by other variable not included in the model estimation.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan berbagai bahan pangan fungsional. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-32̊ C. Saat ini, 5,5 juta ha lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memproduksi minyak sawit mentah (CPO) dengan kapasitas minimal 16 juta ton per tahun dan merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia.

Kelapa sawit Sumatera Utara memang sudah terkenal sejak dulu, hal tersebut di sebabkan karena Sumatera Utara sudah sejak lama menjadi tempat pengembangan tanaman kelapa sawit bahkan perkebunan kelapa sawit yang pertama kali ada di Indonesia adalah di Sumatera Utara. Kondisi tersebut ditunjang oleh kondisi geografis di Sumatera Utara (kecuali beberapa daerah) yang secara umum yang sangat cocok untuk pengembangan kelapa sawit. Disamping itu penduduk Sumatera Utara banyak yang berusaha di bidang kelapa sawit, bahkan petani yang dulunya bukan petani kelapa sawit banyak yang beralih kekomoditi unggulan Sumatera Utara ini.(Website ks Indo tahunan, 2005).

Dari tahun ke tahun produksi kelapa sawit Sumatera Utara terus meningkat dan tetap menjadi daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.


(12)

Sampai saat ini belum ada satu daerah pun di Indonesia yang dapat menyamai atau melebihi produksi kelapa sawit Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa

komoditi kelapa sawit Sumatera Utara mempunyai daya saing yang baik. Hal ini juga membuat minyak kelapa sawit atau yang sering disebut dengan

Crude Palm Oil (CPO) Sumatera Utara mempunyai daya saing yang terbaik di- Indonesia. Melihat daya saing komoditi kelapa sawit Sumatera Utara yang sampai saat ini merupakan yang terbaik di Indonesia, yang membuat CPO Sumatera Utara menjadi salah satu andalan pendapatan daerah Sumatera Utara dari sector pertanian.

Khusus untuk perkebunan rakyat, tujuan utama pengembangannya adalah untuk mengangkat harkat hidup petani dan keluarganya dengan cara meningkatkan produksi dan usahatani melalui pengembangan kebun. Tujuan lainnya yang lebih jelas lagi yaitu pembangunan masyarakat pekebun yang berwiraswasta, sejahtera dan selaras dengan lingkungannya, dan mewujudkan perpaduan usaha yang didukung oleh suatu system usaha dengan memadukan berbagai kegiatan produksi pengolahan dan permasaran hasil dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dalam waktu kerja sama yang saling menguntungkan (Anonymous, dalam mulyana, 2008).

Luas perkebunan rakyat di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan luasnya melebihi luas dari pengusahaan perkebunan besar Negara maupun luas dari pengusahaan perkebunan besar swasta. Namun demikian luas areal dan produksi yang meningkat belum diikuti oleh kekuatan posisi petani perkebunan rakyat dalam mempengaruhi harga Tandan Buah Segar


(13)

(TBS). Seperti dikemukakan Drajat (2009), salah satu masalah yang belum dapat diatasi secara tuntas adalah penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) karena persoalan yang kompleks dan melibatkan banyak pihak, belum lagi produksi pertanian yang bersifat musiman.

Untuk memberikan perlindungan dalam pengolahan harga yang wajar dari Tandan Buah Segar ( TBS ) kelapa sawit produksi petani serta menghindari adanya persaingan tidak sehat diantara pabrik kelapa sawit (PKS), department teknis terkait dan pemerintah dibeberapa daerah secara langsung telah melakukan intervensi. Regulasi yang dihasilkan oleh pemerintah diantaranya adalah Permentan No.395/Kpts/OT.140/11/2005 tentang Pedoman Penetapan Harga TBS Kelapa Sawit Produksi. Ruang lingkup peraturan ini meliputi penetapan harga pembelian TBS, pembinaan dan sanksi. Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit produksi petani (Anonymous, dalam Department Pertanian, 2007).

Salah satu permasalahannnya adalah penentuan nilai K (proporsi yang diterima oleh petani) oleh pemerintah yang menunjukkan kecenderungan bahwa harga TBS yang berlaku masih rendah dari harga yang seharusnya diterima oleh petani. Fakta dilapangan juga menunjukkan bahwa telah terjadi hal - hal yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaannya, terdapat ketidakserasian hubungan antara petani dan perusahaan inti (PKS/agen pembeli). Masalah ini diduga masih menempatkan posisi petani lebih lemah dan sangat dipengaruhi oleh perilaku perusahaan, meskipun telah merujuk pada Rumus Harga Pembelian (Didu, 2000).


(14)

Analisa harga merupakan suatu metode yang perlu dikuasai untuk menganalisis bagaimana pasar bergerak dan bagaimana intervensi yang dapat dilakukan. Hal ini menyangkut seluruh pelaku di pasar.

Secara umum harga dibidang pertanian, akan mempengaruhi beberapa agen ekonomi, produsen dan konsumen serta masyarakat secara luas. Secara teoritis, harga akan mempengaruhi berbagai aspek melalui :

a) Harga mempengaruhi pembentukan pendapatan

b) Harga mempengaruhi kesejahteraan (produsen dan konsumen)

c) Harga mempengaruhi pendapatan ekspor (export earning) karena perdagangan memberlakukan tarif antarnegara termasuk berbagai ketentuan WTO (World Trade Organization)

d) Harga akan menyebabkan fluktuasi pendapatan e) Harga akan menyebabkan fluktuasi produk pertanian

(Anindita, R. 2008).

Dalam kerangka pemikiran tersebut diatas, agar pengembangan perkebunan rakyat kelapa sawit dapat terwujud sesuai yang diharapkan maka pada awalnya : 1. Pendekatan pengembangannya melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). 2. Pelaksanaannya didukung oleh sumber dana kredit lunak jangka panjang. 3. Didukung serangkaian paket kelengkapan, antara lain satuan biaya dan

standar fisik pedoman teknis pembangunan kebun kelapa sawit.

Standar teknis pembangunan perkebunan kelapa sawit yang semula diterbitkan untuk masing- masing proyek, maka semenjak dikembangkan perkebunan melalui pola PIR-TRANS diterbitkan standar fisik pedoman teknis yang berlaku


(15)

umum melalui Surat Keputusan Direktur Jendral Perkebunan Nomor : RC.220/ 09b/SK / DJ - BUN / 38/7, tanggal 23 Maret 1987.

Di Sumatera Utara, Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu daerah penghasil Kelapa sawit yang sudah lama dikenal di berbagai daerah, karena kelapa sawit yang dihasilkan bermutu tinggi. Potensi produksi kelapa sawit dan pengolahannya di-Kabupaten Labuhan Batu layak untuk dikembangkan mengingat luas tanaman dan produksi kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang banyak dan kelapa sawit merupakan komoditas unggulan. Penyebaran tanaman kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu hampir di seluruh Kecamatan. Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu di usahakan dengan pola perkebunan rakyat dan juga pola perkebunan swasta.

Pertimbangan semakin strategisnya peranan budidaya kelapa sawit, termasuk didalamnya sebagai salah satu sumber bahan baku biodiesel, maka mulai tahun 2006 dilakukan upaya percepatan pembangunan perkebunan rakyat kelapa sawit yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan meibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil yang lebih dikenal dengan program Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan. Sejalan dengan kerangka pemikiran pada awal pengembangan perkebunan rakyat kelapa sawit dan mempertimbangkan perkembangan yang terjadi selama ini, maka pedoman teknis pengembangan kelapa sawit yang telah ada perlu disempurnakan sesuai perkembangan terkini. Dari latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul “Analisis Harga Tandan Buah Segar Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kabupaten Labuahan Batu.”


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu?

2. Bagaimana pengaruh modal sendiri kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu?

3. Bagaimana pengaruh modal pinjaman terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu?

4. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk menganalisis pengaruh harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

2. Untuk menganalisis pengaruh modal sendiri kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

3. Untuk menganalisis pengaruh modal pinjaman terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

4. Untuk menganalisis luas lahan pinjaman terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit Kabupaten Labuhan Batu.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, khususnya mahasiswa-mahasiswi Departement Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai informasi bagi petani dalam rangka pengembangan perkebunan kelapa sawit.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Harga TBS

Produk minyak sawit yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia mengalami peningkatan harga yang signifikan. Harga minyak sawit secara historis terus meningkat. Peningkatan harga minyak sawit (CPO, crude palm oil) ini juga mendongkrak harga buah sawit (TBS, tnadan buah segar). Para petani kelapa sawit memperoleh manfaat dari hasil menjual buah sawit kepada pabrik-pabrik pengolah kelapa sawit menjadi CPO. Oleh karena, harga TBS merupakan salah satu indicator penting yang dapat mempengaruhi penawaran petani kelapa sawit (Arianto, 2008).

Harga TBS yang diterima petani dihitung berdasarkan indeks proporsi K. Untuk komponen K yang biasanya disebut dengan ndeks proporsi K yang merujuk pada keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan maupun Peraturan Menteri Pertanian tersebut pada dasarnya merupakan persentase besarnya hak petani tersebut diatas terhadap harga TBS.

Angka ini biasanya berada pada tingkat dibawah 100 persen karena sebagai factor pembilang untuk menentukan K lebih kecil dari jangka pada factor penyebut (Anonymous, dalam Mulyana 2008).

Kebijakan mengenai harga, misalnya mengenai harga TBS, misalnya mengenai harga TBS, merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenag, seperti surat keputusan surat Menteri (PERMENTAN) atau pejabat (SK) yang diberi wewenang untuk itu.


(19)

Kebikajsanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian (Daniel, 2002).

Harga penjualan yang dapat diperoleh petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh berbagai factor yaitu mutu, hasil, pengolahan hasil dan system pemasaran yang baik, sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah satu factor yang paling menentukan adalah produktivitas petani. Faktro-faktor yang mempengaruhi biaya produksi adalah ketersediaan dan harga input, produktivitas dan tenaga kerja dan kemampuan pengelolaan usaha tani untuk meningkatkan efisiensi (Simanjuntak, 2004).

Harga buah sawit (TBS) secara konsisten berkolerasi dengan harga CPO, hal ini dapat terjadi karena penetapan harga TBS memang mengacu pada harga CPO. Sementara itu korelasi antara minyak sawit dan minyak bumi tidak konsisten berkorelasi positif setiap tahun. Peningkatan harga CPO dan TBS menunjukkan harga bahwa nilai harga yang diterima oleh petani sawit (harga TBS) dapat dikatakan lebih tinggi dibandingkan nilai harga yang didapat para produsen CPO dan harga CPO (Rachman, 2005).

Jumlah biaya dan pendapatan yang akan diperoleh sangat bergantung pada kondisi lahan, harga bahan dan alat serta upah tenaga kerja. Usaha tani merupakan suatu kegiatan produksi, dimana peran input (faktor produksi) dalam menghasilkan output (hasil produksi) menjadi perhatian utama. Peranan input bukan saja dilihat dari jenis dan ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga ditinjau dari jenis dan ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga ditinjau dari segi efisiensi penggunaan factor tersebut (Amang, 1995).


(20)

Berfluktuasi harga minyak sawit dunia yang berhimbas pada naik turunnya harga TBS yang diterima oleh petani adalah murni merupakan akibat sistem ekonomi nasional dan internasional yang sudah semakin bebas, alih - alih melindungi rakyatnya dari penjajahan ekonomi asing, pemerintah justru bekerja untuk melindungi kepentingan asing dan berfikir untuk kepentingan industrinya sendiri. Seluruh kebijakan ekonomi termasuk pangan dan perdagangannya telah dibebaskan oleh pemerintah sehingga harga komoditas pangan dan pertanian menjadi sangat tergantung oleh permainan pasar (Sugandi, 2008).

Naik turunnya harga sawit yang berhimbas pada tidak menentunya petani penanam sawit telah mencerminkan betapa rentannya perekonomian dan kedaulatan pangan kita. Menjadi Negara hasil pengekspor pertanian bukan berarti rakyat bisa mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Fakta menunjukkan, saat ini indonesia menjadi pengimpor gandum, kedelai, susu, daging dan gula dalam jumlah yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negri (Sugandi, 2008).

Usaha tani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk kegiatan diluar kegiatan usaha tani. Dan memperoleh pendapatanyangdiinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya menentukan harga pokok hasil usaha taninya. Keadaan seperti ini dapat diilakukan petani sehingga tingkat efektivitas usaha tani menjadi rendah (Kasmir, 2004).


(21)

Pemasaran merupakan hal - hal penting setelah selesainya produk pertanian. Kondisi pemasaran menghasilkan suatu siklus atau lingkungan pasar suatu komoditas.

Bila pemasarannya tidak lancar, dan tidak memneri harga yang layak bagi petani, maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani, akibatnya penawaran akan berkurang, kurangnya penawaran akan menaikkan harga. Setelah harga naik, motivasi petani akan bangkit, mengakibatkan harga akan jatuh kembali (Daniel, 2002).

2.1.1 Rumus Harga Pembelian TBS

1. Harga pembelian TBS oleh perusahaan didasarkan pada rumus harga pembelian TBS.

2. Rumus harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada pernyataan diatas ditetapkan sebagai beritkut:

H TBS = K (Hms x Rms + His x Ris) dengan pengertian:

H TBS : Harga TBS yang diterima oleh pekebun ditingkat pabrik, dinyatakan dalam Rp/Kg.

K : Indeks proporsi yang menunjukkan bagian yang diterima oleh pekebun, dinyatakan dalam persentase ( % ).

Hms : Harga rata - rata minyak kasar (CPO) tertimbang realisasi penjualan ekspor (FOB) dan local masing - masing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan dalam Rp / Kg.


(22)

His : Harga rata - rata inti sawit (PK) tertimbang realisasi penjualan ekspor (FOB) dan lokal masing - masing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan dalam Rp/Kg.

Ris : Remendemen inti sawit (PK), dinyatakan dalam persentase(%).

3. Harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada pernyataan diatas ditetapkan paling kurang 1 (satu) kali setiap bulan berdasarkan harga riil rata-rata tertimbang minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit (PK) sesuai realisasi penjualan ekspor (FOB) dan local masing - masing perusahaan. 4. Harga pembelian TBS merupakan harga franko pabrik pengolahan kelapa

sawit.

5. Harga pembelian TBS bukan merupakan harga dasar TBS.

2.1.2 Peraturan Perundang - undangan Terhadap Harga Tandan Buah Segar

1. Pekebun kelapa sawit yang selanjutnya disebut adalah perorangan warga Negara Indonesia yang melakukan usaha perkebunan dan melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra.

2. Perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan warga Negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan kelapa sawit dengan usaha skala tertentu. Dan melakukan kemitraan usaha dengan pekebun / kelembagaan pekebun.

3. Kemitraan usaha perkebunan adalah kerjasama usaha antara pekebun dengan perusahaan perkebunan.


(23)

4. Kelembagaan pekebun adalah suatu wadah kelompok pekebun atau koperasi yang memiliki pengurus dan struktur organisasi.

5. Kelompok pekebun adalah kumpulan pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan dalam suatu hamparan yang terikat secara non formal dengan bekerjasama atas dasar saling asah, asih dan saling asuh dengan memiliki ketua untuk keberhasilan usaha taninya.

6. Tandan Buah Segar Kelapa Sawit selanjutnya disebut TBS adalah tandan buah segar kelapa sawit yang dihasilkan oleh pekebun.

7. Indeks “K“ adalah indeks proporsi yang dinyatakan dalam persentase (%) yang menunjukkan bagian yang diterima oleh pekebun.

8. Remendemen minyak sawit kasar (CPO) dan remendemen inti sawit (PK) adalah berat CPO / PK yang dapat dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan dengan 100%.

9. Dinas adalah dinas yang bertanggung jawab dibidang perkebunan.

2.2. Teori Kesejahteraan dan Pendapatan 2.2.1 Teori Kesejahteraan

Dalam istilah umum, sejahtera menunjukkan ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang – orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Dalam kebijakan social, kesejahteraan social menunjuk kejangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(24)

Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang salingberkaiatan. Tingkat kepuasan menunjuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu pada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu – individu.

Menurut undang – undang No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan social adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan social yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga Negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan social dari Negara. Akibatnya masih ada warga Negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi social sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari 4 (empat) indicator yaitu :

1. Rasa aman 2. Kesejahteraan 3. Kebebasan 4. Jati diri

Biro Pusat Statistic Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah :


(25)

1. Tingkat pendapatan keluarga

2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non pangan

3. Tingkat pendidikan keluarga 4. Tingkat kesejahteraan keluarga

5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan :

1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagainya

2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya

3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya

4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya

Menurut Drewnoski (1974) dalam Bintarto (1989) melihat konsep kesejahteraan dari 3 (tiga) aspek :

1. Dengan melihat pada tingkat perkembangan fisik, seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagainya

2. Dengan melihat pada tingkat mentalnya, seperti pendidikan, pekerjaan dan sebagainya


(26)

Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarkat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat.

Hasil Survey Biaya Hidup (SBH) tahun 1989 yang dilakukan oleh BPS membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan, dengan demikian jumlah anggota keluarga secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.

2.2.2 Kesejahteraan Menurut Para Ahli

1. Arthur Dunham

Kesejahteraan social dapat didefenisikan sebagai kegiatan – kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi social melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak – anak, kesehatan, penyesuaian social, waktu senggang, standar – standar kehidupan dan hubungan social.

2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

Kesejahteraan social adalah suatu system yang terorganisir dari usaha–usaha pelayanan social dan lembaga – lembaga social, untuk membantu individu – individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan.


(27)

Maksudnya agar individu dan relasi – relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas – luasnya untuk mengembangkan kemampuan – kemampuan serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Walter A. Friendlander

Kesejahteraan social adalah suatu system yang terorganisir dari usaha–usaha pelayanan – pelayanan social dan lembaga – lembaga social yang bermaksud untuk membantu individu – individu dan kelompok – kelompok agar mencapai standard – standard kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan – hubungan perorangan dan social yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga maupun masyarakat.

4. Perserikatan Bangsa – Bangsa

Kesejahteraan adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu – individu dengan lingkungan social mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tekhnik dan metode dengan maksud agar memungkinkan individu, kelompok maupun komunitas memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah penyesuaian diri mereka terhadap pola – pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan social.

5. Alferd J. Khan

Kesejahteraan terdiri dari program – program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar


(28)

seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan maupun lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka ( Sumarnonugruho, 1987:28-35 ).

2.2.3 Teori Pendapatan

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan.

Adapun jenis – jenis pendapatan sebagai berikut : a. Pendapatan Rumah Tangga

Adalah pendapatan penghasilan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota – anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa factor produksi tenaga kerja / pekerja (upah dan gaji, keuntungan / untung, bonus dan lain – lain), balas jasa capital (bunga, bagi hasil, dan lain – lain) dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain.

b. Pendapatan Marginal

Adalah marginal revenue yaitu tambahan pendapatan yang diperoleh dengan tambahan satu unit penjualan dalam jangka pendek pada kondisi persaingan, hal ini merupakan harga pasar.


(29)

c. Pendapatan Nasional

Adalah nasional income yaitu nilai seluruh barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pendapatan dalam menghasilkan barang dan jasa selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

d. Pendapatan Asli Daerah

Adalah pendapatan atau penerimaan yang berasal dari sumber–sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas – dinas, dan penerimaan lain – lain.

2.3 Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

Kabupaten Labuhan Batu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantau Prapat. Kabupaten Labuhan Batu terkenal dengan hasil perkebunan Sawit dan karet.

Wilayah kabupaten yang dilalui tiga sungai besar yaitu sungai bilah, sungai barumun, sungai kualuh merupakan daerah yang subur. Hal ini dapat dilihat dari 58 persen wilayahnya, dimanafaatkan sebagai lahan pertanian dimana didalamnya didominasi subsector perkebunan.

Perkebunan sendiri menyita lahan 424.180 hektar atau 46% wilayah kabupaten Labuhan Batu. Hasil utama dari perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Kelapa sawit misalnya pada tahun 2000 dapat memproduksi 4,3 juta ton dari lahan seluas 292.649 hektar. Dari lahan seluas 118.779 hektar kebun karet, pada tahun 2000 dapat diproduksi 109,3 ribu ton karet. Sebagian besar industry di kabupaten ini merupakan hasil pengolahan hasil pertanian, khususnya perkebunan. Produk yang dihasilkan dari sekitar 39 industri besar dan sedang, 77 persen


(30)

berupa minyak sawit mentah dan inti sawit yang menggunakan bahan baku kelapa sawit.

A. Potensi Kelapa Sawit Di Sumatera Utara

Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat 2009 sebesar 1.119.490 ton, Perkebunan Negara 2009 sebesar 1.027.143 ton, Perkebunan Swasta 2009 sebesar 1.011.511 ton, Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat sebesar 1.411.880 ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Negara sebesar 1.052.821 ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Swasta sebesar 1.035.787 ton (Angka Sementara 2010).

Tabel 2.2 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Di Sumatera Utara

PRODUKSI 2010 (TON) 3.230.448 PRODUKSI 2009 (TON) 3.158.144 PRODUKSI 2008 (TON) 1.115.699 PRODUKSI 2007 (TON) 1.022.472 PRODUKSI 2006 (TON) 3.244.922

Updated : 16-4-2012

LAHAN YANG SUDAH DIGUNAKAN (HA)

1.017.570

STATUS LAHAN Luas Areal Perkebunan Rakyat sebesar 392.726 ha, Perkebunan Swasta sebesar 352.657 ha, dan Perkebunan Negara sebesar 299.471

Sumber Data : Perkebunan 2009-2011

B. Potensi Kelapa Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu

Tabel 2.3 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat

PRODUKSI 2009 (TON) 94.314

PRODUKSI 2008 (TON) 773.404 PRODUKSI 2007 (TON) 349.411


(31)

Updated : 23-8-2013

LAHAN YANG SUDAH DIGUNAKAN (HA)

33.117 STATUS LAHAN Perkebunan Rakyat Sumber Data : Statistik Perkebunan 2009-2011

Luas perkebunan rakyat di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan betapa berpengaruhnya keberadaan Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara. Demikian halnya dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, secara fisik terkesan menunjukkan adanya kemajuan yang menggembirakan.

Hal ini ditandai dengan produksi kelapa sawit yang meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun demikian luas areal dan produksi yang meningkat belum diikuti oleh kekuatan posisi petani perkebunan rakyat dalam mempengaruhi harga Tandan Buah Segar ( TBS ). Salah satu masalah yang belum dapat diatasi secara tuntas adalah penetapan harga (TBS) Tandan Buah Segar (Willson P.A Pasaribu).

Kehidupan ekonomi petani perkebunan kelapa sawit rakyat berada pada posisi yang tidak menentu karena pendapatan mereka harus ditentukan oleh keadaan harga pasar global. Terkadang harga kelapa sawit mengalami kenaikan harga dan dalam saat tertentu pula bisa mengalami penurunan. Dengan pendapatan yang semakin menurun bagaimana mereka dapat mampu mengimbangi tingginya kebutuhan ekonomi sosial keluarga yang harus dipenuhi. Situasi ini menyebabkan mereka melakukan kegiatan - kegiatan dalam rangka untuk dapat bertahan hidup dari tekanan ekonomi yang mereka hadapi.


(32)

Kegiatan ekonomis yang mereka lakukan ternyata merupakan suatu bentuk strategi bagi mereka untuk dapat beradaptasi ditengah - tengah tekanan ekonomi yang mereka hadapi. Upaya yang mereka lakukan adalah meliputi strategi aktif yaitu pemanfaatan sumber daya tenaga keluarga, strategi pasif yaitu penekanan pola subsistensi yang melakukan berbagai macam kegiatan lain dengan memanfaatkan relasi sosial.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, disamping itu juga memperhatikan pemerataan perekonomian antara golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat sekitarnya.

Aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan banyak tenaga kerja dan investasi relative besar, diperkirakan secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi di pedesaan, menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja serta lapangan berusaha. Melalui kegiatan ekonomi yang menhasilkan barang dan jasa yang diperlukan selama proses kegiatan perkebunan kelapa sawit akan mempunyai keterkaitan kebelakang (backward linkages). Dari segi penanaman investasi sektor perkebunan yang dilaksanakan, hampir semua daerah kabupaten/kota memanfaatkan investasi. Jika dilihat dari segi dampak ekonominya menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni terjadi jumlah uang beredar dipedesaan. Hal ini berdamapak terhadap meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, yang pada akhirnya meningkatnya mobilitas barang dan jasa.


(33)

Ada dua kemungkinan penyebab fenomena ini terjadi. Pertama, investasi sektor perkebunan dan produk turunannya di daerah menyebabkan disparitas spasial antar daerah semakin mengecil. Hal ini lebih disebabkan investasi subsektor perkebunan lebih banyak menggunakan tenaga manual dibandingkan tenaga modern ( peralatan ), sehingga akan menambah pendapatan masyarakat di daerah sekitarnya. Kedua, kemungkinan pembangunan industri turunan kelapa sawit (PKS) di masing-masing daerah perkebunan juga menciptakan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat tempatan, sehingga ini juga akan menambah daya beli masyarakat.

2.4 Penelitian Terdahulu

Mulyana (2002) melakukan analisa terhadap harga tandan buah segar kelapa sawit TBS di daerah Sumatera Selatan dengan judul Penetapan Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Sumatera Selatan dari Perspektif Pasar Monopoli Bilateral. Penelitian dilakukan posisi harga tandan buah segar TBS kelapa sawit yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam rentang harga hasil pendekatan pasar monopoli bilateral, dalam pengertian apakah telah memberikan perlindungan kepada petani dan mendekati harga yang mencerminkan kekuatan tawar – menawar yang seimbang, atau lebih mengarah pada harga monopsonis, atau malah mengarah pada harga monopoli. Tiga pola perusahaan inti rakyat (PIR) menjadi sampel untuk dikaji kondisi dan datanya (1998-2002) dalam penelitian ini yaitu PIR-Transmigrasi manajemen swasta, BUMN dan PIR-KUK.

Alat analisis yang digunakan adalah model ekonometrika persamaan tunggal permintaan dan penawaran TBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga TBS ketetapan pemerintah daerah telah melindungi petani plasma dari kemungkinan


(34)

penerapan harga pasar monopsonis. Hal ini mencerminkan lebih kuatnya posisi tawar perusahaan inti ketimbang petani dan posisi harga TBS sebagai turunan harga CPO dunia.

Budiyanto, dkk (2005) melakukan penelitian mengenai kelapa sawit dengan judul kajian Perbedaan Tandan Buah Segar yang Dihasilkan Oleh Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar. Penelitian dilakukan menggunakan data primer yaitu dipabrik pengolahan kelapa sawit dengan menggunakan dua varietas yang diambil dari petani di tiga lokasi/desa berbeda. Dilakukan analisis rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan budidaya tanaman kelapa sawit pada lokasi yang berbeda tidak terlihat dampaknya pada rendemen CPO tandan buah segar yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena sampel yang digunakan dipilih berdasarkan berat yang relative sama.

Handewi (2005) penelitian yang berjudul Metode Analisis Harga Pangan. Yang membahas tentang metode analisis harga pangan dan alternative teknis analisis harga pangan dan pemanfaatan analisis harga pangan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif yang didasarkan pada pola perilaku yang terjadi pada deret waktu, pendekatan neraca dan pendekatan kuantitatif dengan memperhatikan keterkaitan antar variable ( fungsi permintaan dan fungsi penawaran ). Dan juga menggunakan teknik riset operasi linear programming.

Hutabarat (2006) melakukan penelitian mengenai analisa harga kopi dengan judul Analisis Saling Pengaruh Harga Kopi Indonesia dan Dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan dan keragaman harga di dua lokasi konsumen di luar negri, menganalisis perubahan nilai tukar dollar AS serta


(35)

kecenderungan orientasi dan dampaknya dalam menuju hubungan sesamanya dan dampaknya dalam jangka panjang. Alat analisis digunakan yaitu metode kointegrasi. Data yang digunakan adalah data skunder meliputi harga kopi dalam negri ditingkat produsen, pedagang dan ekspor dan harga eceran konsumen Negara pengimpor utama dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga eceran di Jepang selalu lebih tinggi dari harga – harga di Negara – Negara konsumen seperti AS, Jerman, Italia dan Belanda dan trend perkembangan harga cenderung positive sampai tahun 1995 dan negative sesudahnya.

Penelitian mengenai kointegrasi dilakukan oleh munadi (2007) dengan judul Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Ke India. Dalam pendekatan ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku industry minyak goring dalam negri, pajak ekspor terhadap minyak kelapa sawit digunakan sebagai instrument untuk memonitor keluar masuknya minyak kelapa sawit ke pasar ekspor yang relative lebih menguntungkan setiap saat.


(36)

2.5 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka hipotesis yang disimpulkan dalam penelitian ini :

1. Terdapat pengaruh positif harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

2. Terdapat pengaruh positif modal sendiri terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

3. Terdapat pengaruh positif modal pinjaman terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

4. Terdapat pengaruh positif luas lahan kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

Modal Sendiri

Modal Pinjaman

Luas Lahan


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan prosedur dan langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi dan pengolahan data untuk memecahkan permasalahan.

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Labuhan Batu dengan mengadakan observasi ke daerah penghasil kelapa sawit yaitu kecamatan panai tengah, panai hulu dan panai hilir yang dimana masyarakatnya rata-rata memiliki perkebunan kelapa sawit.

3.2 Defenisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan hasil produksi, modal sendiri dan modal pinjaman yang mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit terhadap kesejahteraannya. Sebagai berikut disajikan defenisi variable hasil produksi, modal sendiri, modal pinjaman, luas lahan dan tingkat kesejahteraan : a. Tingkat kesejahteraan (Y) adalah pendapatan atau hasil produksi yang

diterima oleh petani kelapa sawit.

b. Modal sendiri (X1) adalah modal atau biaya pribadi yang digunakan

petani kelapa sawit dalam pengembangan pertaniannya.

c. Modal pinjaman (X2) adalah modal atau biaya yang didapat dari pinjaman

digunakan petani kelapa sawit untuk pengembangan pertaniannya.

d. Luas lahan (X3) adalah luas lahan yang dipakai oleh petani kelapa sawit


(38)

3.3 Pemilihan Responden

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam kelapa sawit baik dilahan sendiri ataupun lahan menyewa dari pemilik lahan. Kabupaten Labuhan Batu terdiri dari 9 kecamatan. Dari 9 kecamatan dipilih 3 kecamatan sebagai daerah pemilihan sampel. Ketiga kecamatan tersebut yang memproduksi kelapa sawit yaitu Panai Tengah, Panai Hulu, dan Panai Hilir.

Dari tiga kecamatan ini diambil masing – masing satu desa yaitu desa Sei Lumut, Labuhan Bilik dan desa ajamu. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili penelitian. Besarnya ukuran sampel didasarkan pada analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis.

Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik accidental sampling adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu secara kebetulan dengan peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang cocok sebgai sumber data.

3.4 Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan skunder. Data primer diperoleh dari hasil penelitian secara empiris melalui penyebaran kuisioner terhadap 40 responden yaitu petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu, sedangkan data skunder adalah data diperoleh dari studi kepustakaan, buku – buku, jurnal ekonomi, dan Badan Pusat Statistik Labuhan Batu Dalam Angka 2010 – 2011.


(39)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah kuisioner yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.

Pengertian metode angket menurut pandangan umum, angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal – hal yang diketahuinya. Isi angket dapat berupa pertanyaan – pertanyaan tentang responden. Pertanyaan tersebut bisa dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh jawaban yang objektif. Juga perlu dijalin kerja sama antara pemberi angket dan responden melalui pengantar angket yang simpatik, sehingga responden terdorong bekerja sama dan rela mengisinya secara jujur.

3.6 Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis yang dilakukan berdasarkan data primer yang diperoleh langsung dari penyebaran kuisioner kepada petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu yaitu pertama data diolah di Ms. Excel untuk deskripsi hasil responden dan selanjutnya analisis terhadap data secara rinci dan totalitas, dimana data diolah dengan menggunakan program computer SPSS 15 (Statistik Produk Service Solution) versi untuk mengolah data dalam penulisan skripsi.

3.7 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi linear berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variable terikat. Nilai Y dapat diperoleh dengan rumus :


(40)

Dimana :

Y = Tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani kelapa sawit

α = Konstanta (bilangan yang nilainya tetap) X1 = Modal sendiri

X2 = Modal pinjaman

X3 = Luas lahan

β123 = Koefisien regresi

e = Standard error

3.7.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.7.1.1 Koefisien Determinan (R –square)

Setelah menaksir parameter dan standard error – nya, perlu untuk diperiksa apakah model regresi yang terestimasi cukup baik atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, harus dilakukan suatu cara untuk mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data. Ukuran yang digunakan untuk keperluan ini adalah Goodness of Fit (R2).

Koefisien determinasi dilakukan untuk menilai seberapa besar variable – variable independen secara bersama mampu member penjelasan mengenai variable dependen. Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1< (0<R2<1) dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variable – variable independen dengan variable dependennya.


(41)

3.7.1.2 Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertjuan untuk mengetahui apakah masing – masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variable dengan menganggap variable independen lainnya konstan.

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

 H0 : b1 = 0, masing – masing variable bebas tidak mempengaruhi variabel

tidak bebasnya.

 H0 : b1 = 0, masing – masing variable bebas memepengaruhi variabel tidak

bebasnya.

Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis diatas yaitu :

 H0 diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ tabel, hal ini berarti variabel bebas tidak

mempengaruhi variabel tidak bebasnya secara signifikan.

 H0 ditolak jika t tabel ≥ t hitung ≥ tabel, hal ini berarti variabel bebas

mempengaruhi variabel tidak bebasnya secara signifikan.

3.7.1.3 Uji F-statistik

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama – sama terhadap dependen variabel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

 H0 : b1 : b2 : b3 = ………...bk = 0 (tidak ada pengaruh)

 H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 = ………...bk = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika


(42)

mempengaruhi variabel dependen. Dengan demikian pengujian pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :

 H0 diterima jika F hitung < F tabel


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Labuhan Batu 4.1.1 Kabupaten Labuhan Batu

Kabupaten Labuhan Batu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota Kabupaten ini terletak di kota Rantau Prapat. Kabupaten Labuhan Batu terkenal dengan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet. Sistem pemerintahan kabupaten Labuhan Batu sebelum penjajahan belanda adalah bersifat monarkhi. Kepala pemerintah disebut Sultan atau Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar bendahara paduka seri maharaja yang bertugas sebagai kepala pemerintah sehari – hari.

4.1.2 Jumlah Penduduk

Kabupaten Labuhan Batu terletak diantara1°26”-2°11”LU dan 91°01”-95°53BT. Kabupaten Labuhan Batu menempati area seluas 2.156,0.2 km2 yang terdiri dari 9 kecamatan, 23 kelurahan, 75 desa dan jumlah penduduk 420.704 jiwa.

Batas wilayah Kabupaten Labuhan Batu Utara : Kabupaten Asahan dan Selat Malaka Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

Barat : Kabupaten Tapanuli Utara Timur : Provinsi Riau


(44)

Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Seks Ratio dan Laju Pertumbuhan Penduduk (2012)

Kecamatan Kepadatan Penduduk

Seks Ratio Pertumbuhan Penduduk

Pangkatan 90 102,16 0,69

Bilah Hulu 196 100,79 1,19

Bilah Barat 170 103,27 1,56

Bilah Hilir 117 104,37 0,56

Panai Hilir 107 104,06 0,83

Panai Tengah 71 104,38 1,64

Panai Hulu 122 103,10 1,56

Rantau Selatan 931 101,65 2,47

Rantau Utara 754 98,99 1,44

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhan Batu

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin (2012) Kecamatan Jumlah Penduduk Laki – laki Perempuan

Pangkatan 32.255 16.300 15.955

Bilah Hulu 57.591 28.909 28.682

Bilah Barat 34.601 17.579 17.022

Bilah Hilir 50.677 25.881 24.796

Panai Hilir 36.357 18.541 17.816

Panai Tengah 34.439 17.589 16.850

Panai Hulu 33.977 17.248 16.729

Rantau Selatan 59.933 30.213 29.720

Rantau Utara 84.814 42.192 42.622

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhan Batu

Tabel 4.3 Nama Ibu Kota Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa

Kecamatan Ibu Kota Jumlah Kelurahan/Desa

Pangkatan Pangkatan 7

Bilah Hulu Aek Nabara 24

Bilah Barat Janji 10

Bilah Hilir Negri Lama 13

Panai Hilir Sei Berombang 8

Panai Tengah Labuhan Bilik 9

Panai Hulu Tanjung Sarang Elang 7

Rantau Selatan Sioldengan 9


(45)

4.2 Deskripsi Responden

Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya factor social ekonomi. Dalam penelitian, factor social ekonomi yang dimaksud terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Dengan kuisioner yang telah disebarkan oleh penulis, maka jawaban dari responden dapat memberikan informasi terhadap kondisi petani kelapa sawit yang ada di Kabupaten Labuhan Batu sebagai berikut :

4.2.1 Umur Responden.

Faktor umur merupakan salah satu yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi tingkat produktivitas oleh seseorang karena tingkat produktivitas sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan fisik. Kecenderungan bahwa tingkat produktivitas dicapai pada usia yang masih produktif juga yaitu saat usia berada dikisaran antara 20–63 tahun.

Tabel 4.4 Ditribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur Usia (Tahun) Jumlah Persentase %

20 – 30 8 20%

31 – 40 7 17,5%

41 – 50 13 32,5%

51 – 60 8 20%

61 – 70 4 10%

Jumlah 40 100%

Sumber Data Primer yang Diolah

Berdasarkan data pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat petani memiliki usia berkisar pada usia 41 – 50 tahun yaitu sebesar 32,5%, usia yang sedang aktif sebagai kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Selanjutnya usia yang cukup mendominasi juga ada pada


(46)

kisaran umur 20 – 30 tahun dan umur 51 – 60 tahun yaitu sebesar 20%, dan pada kisaran umur 31 – 40 tahun sebesar 17,5%. Dari keempat golongan umur yang cukup mendominasi tersebut, semuanya adalah usia produktif. Dimana menunjukkan bahwa pertanian kelapa sawit di kabupaten Labuhan Batu sebagian besar diusahakan oleh petani dengan umur masih produktif. Sedangkan umur yang paling sedikit adalah antara usia 61- 70 tahun yaitu sebesar 10%.

4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Keterampilan dan pengetahuan dalam bercocok tanam adalah salah satu factor yang berperan penting dalam menjalankan kegiatan pertaniannya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut sebagian besar diperoleh melalui pendidikan.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase%

Tidak Pernah Sekolah 1 2.5%

Tamat SD 4 10%

Tamat SLTP 4 10%

Tamat SLTA 15 37.5%

Sarjana 16 40%

Jumlah 40 100%

Sumber Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan petani responden di Kabupaten Labuhan Batu sudah tergolong menengah. Hal ini terlihat pada tingkat pendidikan petani responden yang paling banyak adalah sarjana dengan persentase sebanyak 40% dengan jumlah 16 orang. Kategori pendidikan terendah adalah responden dengan tingkat pendidikan tidak pernah sekolah


(47)

sebanyak 2,5% dengan jumlah 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat buta huruf dan angka adalah relative sangat kecil di Labuhan Batu.

4.2.3 Jumlah Tanggungan Responden

Tabel 4.6 Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah Tanggungan Jumlah (orang) Persentase%

0 5 12.5%

1 6 15%

2 7 17.5%

3 7 17.5%

4 4 10%

5 3 7.5%

6 2 5%

7 3 7.5%

8 3 7.5%

Jumlah 40 100%

Sumber Data Primer Yang Diolah

Jumlah tanggungan responden paling banyak terdapat pada jumlah tanggungan 2 dan 3 sebanyak 7 orang dengan jumlah persentase 17,5% dan jumlah tanggungan responden paling sedikit adalah tanggungan 6 orang sebanyak 2 responden dengan persentase 5%. Responden yang tidak memiliki tanggungan adalah sebanyak 5 orang dengan jumlah persentase 12,5%, jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 6 orang (15%), jumlah tanggungan 4 orang (10%), jumlah tanggungan 5 orang (7,5%), jumlah tanggungan 7 – 8 orang dengan persentase (7,5%).


(48)

4.2.4 Pengalaman Bertani Kelapa Sawit Responden

Identifikasi responden berdasarkan lamanya bertani kelapa sawit, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Pengalaman Bertani Kelapa Sawit Responden Pengalaman Bertani Jumlah (orang) Persentase%

1 – 15 Tahun 36 90%

16 – 25 Tahun 2 5%

26 – 30 Tahun 2 5%

Jumlah 40 100%

Dengan memperhatikan tabel 4.7, responden yang paling lama berpengalaman sebagai petani kelapa sawit dengan jumlah yang sedikit yaitu sebesar 2 orang dengan jumlah persentase 5%.

4.2.5 Deskripsi Pada Harga TBS

Harga TBS (Tandan Buah Segar) dimana setiap bulannya dalam setahun selalu mengalami perubahan harga. Perubahan harga tersebut sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan yang diterima oleh masyarakat petani Kabupaten Labuhan Batu. Dimana harga yang selalu berubah setiap bulannya terkadang mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi, sehingga membuat pendapatan yang diterima oleh masyarakat petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu meningkat, dan terkadang juga akan mengalami penurunan harga yang sangat turun, sehingga dapat membuat penadapatan yang diterima masyarakat petani kelapa sawit menurun.

Dan tidak ada ditemukannya diantara masyarakat petani kelapa sawit tersebut yang dimana pendapatan yang diterima adalah tetap (tidak meningkat dan tidak menurun) berdasarkan data responden. Hal ini menunjukkan bahwa harga TBS


(49)

(Tandan buah Segar) sangat berpengaruh besar terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu.

4.2.6 Deskripsi Luas Lahan Responden

Tabel 4.8 Luas Lahan Petani Kelapa Sawit (Ha)

Frekuensi Jumlah Persentase%

1 – 5 32 80%

6 – 10 5 12.5%

11 – 15 3 7.5%

Jumlah 40 100%

Sumber Data Primer Yang Diolah

Dengan memperhatikan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa responden paling banyak memiliki luas lahan antara 1 - 5 Ha ada 32 responden dengan jumlah persentase (80%), sedangkan kelompok responden terkecil luas lahannya pada frekuensi 11 - 15 Ha sebanyak 3 responden dengan jumlah persentase (7,5%). Dan responden yang memiliki luas lahan antara 6–10 berjumlah 5 responden dengan persentase (12,5%).

4.2.7 Deskripsi Jumlah Pohon Kelapa Sawit Responden Tabel 4.9 Jumlah Pohon kelapa Sawit Responden

Jumlah Pohon Kelapa Sawit Per Ha

Jumlah Persentase

30 – 90 5 12.5%

100 – 150 33 82.5%

200 2 5%

Jumlah 40 100%

Sumber data primer yang diolah

Dengan memperhatikan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak yaitu memiliki jumlah pohon kelapa sawit 100 -150 perhektarnya yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 82,5%, hal ini menunjukkan bahwa banyaknya ditanami kelapa sawit dilahan petani tersebut yang menjadi sumber


(50)

pendapatan bagi petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu, responden yang berjumlah 2 orang memiliki 200 jumlah pohon kelapa sawit dengan persentase 5%, sedangkan diantara jumlah pohon kelapa sawit yaitu 30 – 90 perhektar dengan jumlah 2 responden dan persentase 12,5%.

4.2.8 Distribusi Produksi Yang Dihasilkan Responden

Tabel 4.10 Produksi Yang Dihasilkan Responden Produksi Yang

Dihasilkan (Ha)

Jumlah Persentase%

1 – 5 Ha 33 82.5%

6 – 10 Ha 7 17.5%

Jumlah 40 100%

Sumber data yang diolah

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak menghasilkan produksinya yaitu 1 – 5 Ha sebanyak 33 orang dengan persentase 82,5%, sedangkan produksi yang dihasilkan antara 6 – 10 Ha dengan jumlah responden 7 orang dan persentasenya 17,5%. Dalam hal ini adanya perbedaan produksi yang dihasilkan oleh responden pada pertanian kelapa sawitnya.

4.2.9 Deskripsi Memanen Kelapa Sawit Dalam Sebulan Oleh Responden Tabel 4.11 Memanen Kelapa Sawit Dalam Sebulan Oleh Responden Memanen Kelapa

Sawit Dalam Sebulan

Jumlah Persentase%

1 kali 1 2.5%

2 kali 39 97.5%

Jumlah 40 100%

Sumber data primer yang diolah

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dalam sebulan sebanyak 2 kali jumlah responden 39 orang dapat memanen kelapa sawitnya dengan persentase 97,5%, sedangkan responden dengan jumlah 1 orang memanen kelapa sawit 1 kali dalam


(51)

sebulan dan persentase 2,5%, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa diantara 40 responden hanya 1 orang saja yang dapat memanen kelapa sawitnya 1 kali dalam sebulan, dan selebihnya responden dapat memanen 2 kali dalam sebulan, berarti pertanian kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu cenderung berhasil produksinya.

4.2.10 Deskripsi Hasil Produksi (Ton)/ Bulan Oleh Responden

Tabel 4.12 Hasil Produksi (Ton) / Bulan Oleh Responden

Frekuensi Jumlah Persentase%

1 – 5 4 10%

6 – 10 12 30%

11 – 12 8 20%

21 – 30 4 10%

31 - 40 12 30%

Jumlah 40 100%

Sumber data primer yang diolah

Dengan memperhatikan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak menerima hasil produksi dalam sebulan antara 6 – 10 ton dan 31 – 40 ton sebanyak 12 responden dengan persentase 30%, sedangkan responden yang kecil berada pada frekuensi antara 1 – 5 ton dan 21 – 30 ton sebanyak 4 responden dengan persentase 10% dan merupakan frekuensi hasil produksi dalam sebulan antara 11 – 12 ton sebanyak 8 responden dengan persentase 20%. Dapat disimpulkan bahwa responden menerima hasil produksi dari pertanian kelapa sawitnya yang cukup tinggi untuk kesejahteraan keluarganya di Kabupaten Labuhan Batu.


(52)

4.2.11 Deskripsi Hasil Produksi Dalam Satu Kali Panen (Ton) Oleh Responden Tabel 4.13 Hasil Produksi Dalam Satu kali Panen (Ton) Oleh Responden

Frekuensi Jumlah Persentase%

1 – 5 18 45%

6 – 10 7 17.5%

11 – 20 9 22.5%

21 – 30 3 7.5%

31 – 40 3 7.5%

Jumlah 40 100%

Sumber data primer yang diolah

Dengan memperhatikan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak hasil produksinya dalam satu kali panen dengan frekuensi 1 – 5 tonsebanyak 18 responden (45%), sedangkan responden yang hasil produksinya dalam satu kali panen antara 21 – 30 ton dan 31 – 40 ton sebanyak 3 responden (7.5%), frekuensi 11 – 20 ton hasil produksi dalam satu kali panen yaitu sebanyak 9 responden 22,5% dan frekuensi antara 6 – 10 ton hasil produksi dalam satu kali panen sebanyak 7 responden. Dapat disimpulkan bahwa responden petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu hasil produksi yang diterimanya dalam satu kali panen cukup tinggi untuk kesejahteraannya.

4.2.12 Deskripsi Penjualan Hasil Produksi dan jarak Penjualan Responden

Dari hasil penelitian berdasarkan jawaban dari responden hasil produksi kelapa sawit sangat berpengaruh besar dengan jarak yang ditempuh untuk penjualan hasil produksinya. Petani kelapa sawit banyak yang diketahui berdasarkan kuisioner sangat memperhitungkan jarak yang akan dilalui, sebab mereka tidak ingin hasil yang ingin dijual dengan mendapatkan harga jual yang rendah, kebanyakan dari mereka akan rela menempuh jarak yang jauh kalau harga jual yang mereka terima cukup tinggi, walaupun diantaranya ada yang lebih dekat


(53)

dari lokasi lahannya tetapi harga jualnya lebih murah disbanding jarak jauh dari lahannya. Responden kebanyakan menjual hasil produksinya kepada agen dan tokeh sawit. Kesimpulannya adalah seberapa jauh pun jarak yang akan ditempuh oleh petani kelapa sawit akan dilalui karena akan mendapatkan harga jual yang cukup tinggi, dan pendapatan yang mereka terima dari hasil produksi akan lumayan besar. Sangat berpengaruh besar sekali jarak tempuh penjualan dari hasil produksi petani kelapa sawit karena akan berpengaruh dengan kesejahteraannya.

4.2.13 Deskripsi Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil dari jawaban responden bahwa tidak semua responden menggunakan tenaga kerja untuk mengolah lahan pertanian kelapa sawitnya, hanya sebagian responden saja yang menggunakan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang digunakan juga tidak terlalu banyak, disebabkan karena akan mengurangi pendapatan yang diterima oleh sipemilik lahan.

Tabel 4.14 Jumlah Tenaga kerja (orang) Responden

Tenaga Kerja Jumlah Persentase%

0 -5 36 90%

6 - 10 4 10%

11 - 15 0 0%

Jumlah 40 100%

Sumber data primer yang diolah

Dengan memperhatikan tabel 4.14 bahwa jumlah responden yang menggunakan tenaga kerja diantara 0 – 5 orang sebanyak 36 responden dengan persentase 90%, sedangkan responden yang menggunakan tenaga kerja diantara 6 – 10 orang sebanyak 4 responden dan persentase 10%.


(54)

4.2.14 Deskripsi Upah Per Hari Tenaga Kerja Responden

Tabel 4.15 Upah Per Hari Tenaga Kerja Responden

Upah Per Hari Jumlah Persentase%

Rp 50.000 – Rp 100.000 19 47.5%

Rp150.000– Rp 200.000 5 12.5%

Rp250.000– Rp 300.000 3 7.5%

Jumlah 27 67.5%

Sumber data primer yang diolah

Dengan menunjuk tabel 4.15 bahwa upah perhari yang diberikan responden diantara Rp 50.000 – Rp 100.000 sebanyak 19 responden 47.5%, upah per hari diantara Rp 150.000 – Rp 200.000 sebanyak 5 responden 12.5%, sedangkan upah per hari diantara Rp 250.000 – Rp 300.000 sebanyak 3 responden7.5%, tidak mencapainya 100% dari jumlah diatas disebabkan karena tidak semua responden menggunakan tenaga kerja untuk mengolah lahan pertanian kelapa sawitnya seperti yang dijelaskan pada bagian deskripsi tenaga kerja.

4.2.15 Deskripsi Modal Yang Digunakan Responden

Berdasarkan dari hasil jawaban responden bahwa modal yang digunakan untuk kebutuhan pengolahan pertanian kelapa sawitnya sebagian dari responden menggunakan modal pinjaman dari Bank dan sebagiannya lagi menggunakan uang pribadinya atau modal sendiri.


(55)

Tabel 4.16 Persentase Pendapatan Oleh Responden No Luas Lahan

(Ha) Modal Sendiri Modal Pinjaman Pendapatan Sebulan Persentase % Pendapatan Satu Kali Panen Dalam Sebulan

1 2 100.000.000 0 2.000.000 50.00% 1.000.000

2 2 70.000.000 0 2.000.000 50.00% 1.000.000

3 4 150.000.000 3.000.000 4.000.000 100.00% 2.000.000 4 2 6.000.000 2.000.000 3.500.000 87.50% 1.700.000

5 2.5 5.000.000 0 3.000.000 75.00% 1.500.000

6 2 1.500.000 5.000.000 2.000.000 50.00% 1.000.000 7 1 4.000.000 4.000.000 1.500.000 37.50% 1.000.000 8 2 1.000.000 2.000.000 1.080.000 27.00% 1.080.000

9 4 40.000.000 0 5.200.000 130.00% 2.600.000

10 2 100.000.000 0 2.000.000 50.00% 1.000.000

11 2 40.000.000 0 2.000.000 50.00% 1.000.000

12 4 150.000.000 100.000.000 2.600.000 65.00% 1.300.000

13 2 7.000.000 0 2.000.000 50.00% 1.000.000

14 7 15.000.000 20.000.000 5.200.000 130.00% 2.600.000

15 13 20.000.000 0 6.000.000 150.00% 3.000.000

16 2 20.000.000 0 2.600.000 65.00% 1.300.000

17 5 100.000.000 150.000.000 8.000.000 200.00% 4.000.000

18 3 100.000.000 0 3.000.000 75.00% 1.500.000

19 3 65.000.000 100.000.000 2.000.000 50.00% 1.000.000

20 6 0 350.000.000 10.000.000 250.00% 5.000.000

21 5 0 300.000.000 7.000.000 175.00% 3.500.000

22 7 0 100.000.000 6.000.000 150.00% 3.000.000

23 8 0 100.000.000 7.000.000 175.00% 3.500.000

24 2 0 20.000.000 3.000.000 75.00% 1.500.000

25 2 100.000.000 150.000.000 2.500.000 625.00% 1.250.000 26 10 200.000.000 200.000.000 16.000.000 400.0 0% 8.000.000

27 4 10.000.000 0 6.000.000 150.00% 3.000.000

28 4 119.610.00 0 7.000.000 175.00% 3.500.000

29 2 50.000.000 0 2.000.000 50.00% 1.000.000

30 4 200.000.000 100.000.000 5.200.000 130.00% 2.600.000

31 3 50.000.000 0 4.000.000 100.00% 2.000.000

32 3 60.000.000 0 3.000.000 75.00% 1.500.000

33 2 60.000.000 0 3.000.000 75.00% 1.500.000

34 2.5 100.000.000 0 3.000.000 75.00% 1.500.000

35 2 50.000.000 30.000.000 1.500.000 37.50% 1.000.000 36 1 50.000.000 20.000.000 1.500.000 37.50% 1.000.000 37 2 150.000.000 100.000.000 2.000.000 50.00% 1.000.000 38 1.5 100.000.000 100.000.000 2.000.000 50.00% 1.000.000


(56)

Dari 40 responden yang disurvei penghasilannya atau pendapatannya dari hasil produksi kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu menunjukkan persentase yang cukup tinggi, yang berarti bahwa pendapatan masyarakat petani kelapa sawit cukup besar untuk kesejahteraan keluarganya. Walaupun setiap bulannya pendapatan yang diterima selalu berubah atau tidak menetap, disebabkan karena factor dari jumlah hasil panen dan perubahan harga yang selalu terjadi setiap bulannya.

4.3 Hasil Analisis Regresi

Metode analisis regresi linier berganda digunakan dengan rumus : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana :

Y = Tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani kelapa sawit

α = Konstanta (bilangan yang nilainya tetap) X1 = Modal sendiri

X2 = Modal pinjaman

X3 = Luas lahan

β123= Koefisien regresi

e = Standard error

4.3.1 Analisis Regresi X1, X2 dan X3 Terhadap Y

Dari data pada tabel 4.2 dapat diperoleh hasil dengan menggunakan regresi linier berganda berikut :

Y = 1090352,153 – 0,001X1 – 0,013X2 + 1232685,239X3


(1)

Lampiran 2

REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y

/METHOD=ENTER X1 X2 X3

/SCATTERPLOT=(*ADJPRED ,*SDRESID )

/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)

/SAVE RESID .

Regression

[DataSet0]

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pendapatan/Kesejahteraan 3786250.0 000

3740636.0867

3 16

Modal Sendiri 83906250. 0000

70408858.048

31 16

Modal Pinjaman 67875000. 0000

64830933.974

45 16

Luas Lahan 3.2813 2.40810 16

Correlations

Pendapatan/Ke

sejahteraan Modal Sendiri

Modal Pinjaman

Luas Lahan Pearson Correlation Pendapatan/Keseja

hteraan 1.000 .528 .621 .903

Modal Sendiri .528 1.000 .711 .478

Modal Pinjaman .621 .711 1.000 .508

Luas Lahan .903 .478 .508 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan/Keseja

hteraan . .018 .005 .000

Modal Sendiri .018 . .001 .031

Modal Pinjaman .005 .001 . .022

Luas Lahan .000 .031 .022 .

N Pendapatan/Keseja

hteraan 16 16 16 16

Modal Sendiri 16 16 16 16

Modal Pinjaman 16 16 16 16


(2)

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Luas Lahan, Modal Sendiri, Modal Pinjaman(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1

.922(a) .851 .813 1616871.37907 a Predictors: (Constant), Luas Lahan, Modal Sendiri, Modal Pinjaman b Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 178514098

322361.00 0

3 59504699440787.000 22.761 .000(a) Residual 313712766

77638.970 12

26142730564

69.915

Total 209885375 000000.00 0

15

a Predictors: (Constant), Luas Lahan, Modal Sendiri, Modal Pinjaman b Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan

Coefficients(a)

a Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan

 

 

 

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF B Std. Error

1 (Constant)

-1090352.153

743767.

707 -1.466 .168

Modal

Sendiri -.001 .009 -.012 -.076 .941 .476 2.099

Modal

Pinjaman .013 .010 .226 1.372 .195 .458 2.183

Luas

Lahan 1232685.239

205168.

044 .794 6.008 .000 .714 1.401


(3)

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension

Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions (Constant) Modal Sendiri

Modal

Pinjaman Luas Lahan (Constant) Modal Sendiri

1 1 3.403 1.000 .02 .01 .02 .02

2 .299 3.373 .47 .09 .22 .06

3 .177 4.389 .42 .09 .00 .89

4 .121 5.308 .09 .80 .76 .03

a Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 191970.17 19

13718354. 0000

3786250.0 000

3449773.8894

2 16

Std. Predicted Value -1.042 2.879 .000 1.000 16

Standard Error of

Predicted Value 485978.906 1269808.500 774818.658 238270.013 16 Adjusted Predicted Value

-64077.839 8

10487105. 0000

3707683.0 207

3177883.2664

9 16

Residual

-2589881.5 0000

2281645.7

5000 .00000

1446173.7257

9 16

Std. Residual -1.602 1.411 .000 .894 16

Stud. Residual -2.289 2.280 .016 1.133 16

Deleted Residual

-5287105.0 0000

5953774.5 0000

78566.979 31

2459110.2284

9 16

Stud. Deleted Residual -2.919 2.898 .008 1.326 16

Mahal. Distance .418 8.314 2.813 2.425 16

Cook's Distance .000 2.091 .242 .596 16

Centered Leverage Value .028 .554 .188 .162 16


(4)

Charts

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2

F

req

ue

ncy

4

3

2

1

0

Histogram

Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan

Mean =1.2 Std. Dev.

N =1


(5)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Ex

pe

cted Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(6)

Regression Studentized Deleted (Press) Residual 2 1

0 -1

-2 -3

Re

gress

ion Adjus

ted (Press)

Pre

d

icted

Value

12,000,000

9,000,000

6,000,000

3,000,000

0

Scatterplot

Dependent Variable: Pendapatan/Kesejahteraan