Lingkungan Sehat Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X-Indrawati-2009

Bab 1 Lingkungan Sehat

5 Pernahkah Anda mendengar istilah membaca cepat? Membaca cepat artinya membaca dengan mengutamakan kecepatan tanpa mengabaikan pemahamannya. Biasanya, kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan aspek bacaan yang digali, dan berat ringannya bahan bacaan. Artinya, seorang pembaca cepat yang baik tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan dalam berbagai keadaan membaca. Untuk menjadi pembaca yang mahir diperlukan keuletan dan latihan yang berulang-ulang serta terus-menerus sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Sum be r: www .l andm an.or g Gambar: Membaca cepat teks. C. Membaca Cepat Tujuan Pembelajaran Pada subbab ini, Anda akan menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat 250 katamenit. Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat 1 membaca cepat teks, 2 menjawab pertanyaan isi teks, 3 menemukan ide pokok paragraf dalam teks, dan 4 membuat ringkasan isi teks dalam beberapa kalimat yang runtut. Seorang pembaca cepat hendaklah melakukan lompatan-lompatan dalam membaca. Maksudnya, melompati bagian-bagian bacaan tertentu yang tidak penting sehingga panjang bacaan menjadi berkurang hingga 30-40 . Bagian- bagian yang boleh dilompati antara lain adalah bagian yang tidak informatif atau yang dianggap tidak perlu mendapat respons, termasuk bagian yang sudah diketahui dan bagian kalimat yang tidak berpengaruh jika dihilangkan. Nah, sekarang latihlah kemampuan membaca cepat Anda. Bacalah wacana di bawah ini dengan cara membaca cepat Nata Dibuat, Lingkungan Sehat Sejak dahulu, pabrik tahu terkenal sebagai sumber pencemaran sungai dan bau busuk. Limbahnya sering menimbulkan protes penduduk, sedangkan sungai yang dibuangi limbah turun mutu airnya. Pada tahun 1990, ditemukan cara pemanfaatan limbah tahu itu menjadi nata de soya yang kalau dilakukan beramai-ramai secara nasional, bisa mengurangi limbah yang mengganggu lingkungan sekitar pabrik. Kalau nata de coco sari kelapa sudah lama diusahakan orang untuk mengurangi limbah air kelapa, tetapi tentang nata de soya baru akhir-akhir ini tersiar berita pemanfaatannya. Nata de coco yang seperti agar-agar tetapi lebih kenyal itu setelah dipotong menjadi bentuk dadu kecil- kecil banyak dipakai sebagai campuran koktail, es krim, atau es teler. Seperti itu pula bentuk nata de soya yang dibuat dari limbah cair pabrik tahu. Disebut soya karena bahan baku tahu itu kedelai yang dahulu pernah disebut Glycine Soya dan Glycine max, tetapi belakangan diaduk-aduk menjadi soya max. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMAMA Kelas X 6 Sumber: www.mlmfoods.com.ph Gambar: Nata de coco. Sumber: wb3.indo-work.com Gambar: Ampas tahu dapat diubah menjadi nata de soya. Dirintis oleh Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor, pembuatan nata de soya ini sudah menyebar luas ke kalangan perajin bahan makanan seperti tahu dan tempe di Sukabumi, Bandung, Sumedang, dan Majalengka. Di kota lain yang ada pabrik tahunya belum Padahal lumayan banyak, kota-kota ini Kalau perajin tahu dan tempe sudah kehabisan waktu dalam industrinya sendiri masing-masing, untuk usaha nata ini diperlukan barisan perajin baru. Itu berarti akan tercipta lapangan kerja baru, untuk mengurangi pengangguran. Pengolahan limbah tahu menjadi nata itu melibatkan bakteri hewan Acetobacter xilinum, yang memakai protein dan karbohidrat dalam limbah itu sebagai sumber energi untuk hidup dan berbiak. Dalam proses itu dihasilkan nata berupa lapisan padat seperti agar-agar di dekat permukaan cairan pemeliharaan. Kalau nata de coco dari kelapa diedarkan sebagai sari kelapa, nata de soya barangkali boleh dipanggil sari tahu. Sayang tidak laku karena kurang keren. Bibit Acetobacter xilinum dapat diperoleh dari Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor. Dianjurkan oleh balai itu agar setiap membeli 10 botol, hendaknya menyisipkan 2 botol untuk membuat kultur bakteri sendiri, sebagai persediaan untuk usaha berikutnya. Jadi kalau nanti persediaan dari balai habis, pengusaha nata de soya masih mempunyai biang bakteri yang masih bagus, untuk meneruskan pembuatan nata. Mula-mula, limbah tahu cair yang sudah disaring dan terbebas dari limbah padat, dicampur dahulu dengan gula pasir, urea, dan aminium pospat, lalu direbus selama seperempat jam. Sesudah ditambah asam asetat cuka pekat, agar ph larutan turun sampai 4, larutan dibuang ke dalam bak fermentasi setinggi 2 cm, lalu didinginkan tetapi harus ditutup dengan kertas bersih dan diikat, supaya tidak tercemar kotoran dari luar. Sesudah dingin larutan dituangi bibit bakteri dalam larutan, sebanyak 10 − 20 volume larutan sari tahu lalu dibiarkan menjalani fermentasi selama 8 − 10 hari. Di dekat permukaan cairan akan terbentuk lapisan nata setebal ± 2 cm. Inilah yang dipanen yang setelah direndam dalam air bersih yang baru selama 3 hari, akan bersih dari sisa-sisa asam cuka dan kimia lainnya. Dengan mengolah limbah tahu menjadi nata de soya, pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Pengurangan ini hanya kecil memang, tetapi kalau orang yang bertindak mengurangi ini banyak banyak sekali maka secara nasional pengurangan pencemaran itu sangat berarti. Sumber: Dikutip dengan perubahan seperlunya dari Intisari

Bab 1 Lingkungan Sehat