Hutan Lindung Sungai Pulai

Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Kondisi Kawasan Hutan 28

4.1.1. Hutan Lindung

Kawasan Hutan lindung merupakan salah satu tipe hutan yang memegang peranan penting untuk menyangga kehidupan masyarakat di kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan. Meskipun luasnya hanya 4.355 ha tetapi kebedaannya sangat penting untuk kepentingan air minum di kedua kota tersebut sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan . Letak hutan lindung tersebar di beberapa tempat yang dengan posisi yang demikian memiliki nilai positif sebagai kawasan untuk penyulai air secara merata di wilayah Pulau Bintan. Hutan lindung di Pulau Bintan terdiri dari:

a. Hutan Lindung Sungai Pulai

Menurut SK penunjukan Mentan No.71KptsUM1978 Tanggal 1 Desember 1979 dan SK penetapan Menhut No. 424Kpts -II1987 Tanggal 28 Desember 1987, HL Sungai Pulai memiliki luas 751.80 ha Lampiran 5. Menurut SK Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau No.525DPKPHUTVIII41.352 Tanggal 7 Agustus 2006, HL Sungai Pulai memiliki luas 636 ha Peta Situasi Hutan Pulau Bintan pada Lampiran 1. Kondisi terkini hutan tersebut dapat dilihat pada peta; hampir 50 kawasan telah menjadi semak belukar, bahkan terdapat pula pertambangan dan tegalan. Hutan Lindung Sungai Pulai merupakan sumber air Kota Tanjung Pinang Bendungan S. Pulai yang dikelola oleh PDAM. Fungsi utama hutan lindung Sungai Pulai adalah sebagai penyangga kelansungan sumber air waduk Sungai Pulai. Sumber air ini merupakan pemasuk utama untuk kebutuhan akan air minum bagi kota Tanjung Pinang, yang dikelola oleh PDAM Tirta Janggi. Kelestarian akan sumber air di waduk Sungai Pulai tergantung oleh keutuhan hutan lindung Sungai Pulai, oleh karena itu diperlukan sinergi dari berbagai lembaga instansi, khususnya perpaduan antara Dinas Kehutanan dengan Dinas Pengelola air minum atau PDAM setempat. Berdasarkan keterangan pengelola PDAM, debit air dewasa ini rata rata antara 150 lt per detik sampai dengan 200 lt per detik. Mengingat semakin meningkatnya perkembangan kota Tanjung Pinang, tentu akan diikuti dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, keadaan ini akan diikuti oleh kebutuhan akan sumber air minum yang meningkat. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Kondisi Kawasan Hutan 29 Oleh karena itu, perlu dipikirkan untuk usaha meningkatkan debit air minum sesuai dengan kebutuhan masyarakat, paling tidak dapat ditingkatkan mencapai antara 300 lt per detik hingga 400 lt per detik, bahkan bila perlu dapat ditingkatkan mencapai 500 lt per detik. Untuk mencapai itu, usaha yang paling strategis adalah dengan memperbaiki kawasan hutan lindung Sungai Pulai. Keterlibatan berbagai instansi perlu dilakukan, khususnya Dinas Kehutanan dengan Dinas Pengelola Air Minum atau PDAM, tentu saja untuk keberhasilannya perlu di dukung oleh fihak-fihak lain. Seperti oleh berbagai lembaga di jajaran Pemda, masyarakat luas, dan juga Lembaga Swadaya masyarakat LSM, dan perlu didukung oleh lembaga Legislatif DPRD.

b. Hutan Lindung Bukit Kucing