Dari penelitian tersebut tercatat bahwa rata-rata pengurangan level tepi tulang yang dialami 80 dari 130 pasien dengan PPOK dan 41 dari 50 pasien yang non-
PPOK. Keterkaitan furkasi yang mungkin terjadi sebanyak 85 dari 130 pasien PPOK dan 43 dari 50 pasien yang non-PPOK. Perbedaan rata-rata level tepi tulang sebesar
1.3mm p0.001 dan periodontitis diartikan sebagai pengurangan level tepi tulang ≥4mm, yaitu sebesar 43.8 pada pasien PPOK, sedangkan pasien non-PPOK sebesar
7.3 p0.001.
14
3.2 Penyakit periodontal pada penderita pneumonia
Penyakit pernafasan seperti pneumonia umumnya menyebabkan kematian pada kelompok usia tua. Secara anatomi, rongga mulut berhubungan proksimal
dengan trakea yang merupakan jalan masuk bagi patogen-patogen pernafasan dan gigi menjadi reservoir bagi patogen-patogen tersebut.
7
Penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko pada berbagai penyakit sistemik. A.Gur dan J. Majra pada penelitiannya menunjukkan bahwa distribusi
penyakit periodontal lebih tinggi pada penderita nosokomial pneumonia dibandingkan dengan penyakit sistemik lainnya
Gambar 4.
15
Universitas Sumatera Utara
Gambar.5 Distribusi respon kebenaran mengenai penyakit
periodontal sebagai faktor risiko pada berbagai penyakit sistemik. A.Gur dan J.Majra .The Internet
Journal of Dental Science. 2009;6:5
Pneumonia dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu : pneumonia yang didapat masyarakat biasa dikenal dengan istilah community acquired pneumonia
dan nosokomial pneumonia. Pneumonia yang didapat masyarakat berkembang pada orang-orang yang tidak berada dalam suatu institusi seperti rumah sakit ataupun panti
jompo. Sedangkan pneumonia nosokomial didapat oleh pasien pada 48 jam setelah berada dalam sebuah institusi saperti rumah sakit ataupun panti jompo.
12,16
Pneumonia yang didapat masyarakat sering disebabkan oleh organisme yang biasanya ditemukan pada saluran pernapasan atas, termasuk bakteri Streptococcus
pneumoniae , Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae , Legionella pneumophila, Candida albicans dan bakteri anaerob sering
yang berkaitan dengan penyakit periodontal . Pneumonia nosokomial sering disebabkan oleh bakteri enterik Gram-negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella
Universitas Sumatera Utara
pneumoniae dan spesies enterik lainnya; Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus .
12,16
Beberapa bukti penelitian para ahli yang menunjukkan penyakit periodontal yang terjadi pada penderita pneumonia yang dikutip oleh Scannapieco,
adalah:
12
1. Chabrand dkk, membandingkan 38 pasien yang didiagnosa dengan
pneumonia bakteri, dimana 33 pasien sebagai kontrol yang dirawat di rumah sakit tidak menunjukkan adanya infeksi. Mereka menemukan tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara status rongga mulut maupun infeksi gigi diantara kelompok pasien pneumonia dan pasien kontrol non-pneumonia.
2. Scannapieco dkk, membandingkan kesehatan rongga mulut dan rata-rata
plak gigi yang dihuni oleh patogen respirasi yang potensial pada pasien yang mendapat perawatan khusus ICU sesuai dengan usia dan jenis kelamin pasien rawat
jalan pada kunjungan awal ke klinik gigi. Dengan memakai rata-rata skor plak Silness dan Löe, kolonisasi plak gigi oleh patogen respirasi potensial ditemukan
sebanyak 65 pada pasien yang mendapat perawatan intensif ICU. Patogen respirasi yang dapat diidentifikasi yaitu S.aureus, P.aeruginosa dan sejumlah bakteri
Gram-negatif. Hal ini terjadi sehubungan dengan pemakaian antibiotik. 3.
Bonten dkk melaporkan bahwa kolonisasi orofaring dan trakhea oleh bakteri Gram-negatif dan Pseudomonas sp pada 141 orang tua, yang dirawat di ruang
intensif ICU dengan menggunakan ventilasi mekanik. Mereka menemukan hubungan antara kolonisasi patogen pernafasan potensial dengan penyakit pneumonia
karena pemakaian ventilator mekanik.
Universitas Sumatera Utara
4. Langmore dkk meneliti 189 pasien laki-laki yang dirawat di rumah sakit
dan pasien di panti jompo yang berusia lebih dari 60 tahun. Dari penelitian tersebut dijumpai hubungan yang signifikan antara pneumonia dengan sejumlah kerusakan
gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan perawatan kebersihan rongga mulut. 5.
Preston dkk menemukan bakteri patogen Gram-negatif pada plak gigi pasien berusia tua yang dirawat di rumah sakit. Hal ini menunjukkan kemungkinan
bahwa plak gigi menjadi reservoir untuk terjadinya infeksi paru. 6.
Terpenning dkk melakukan penelitian terhadap 358 orang veteran yang berusia 55 tahun ke atas, menemukan peningkatan risiko pneumonia aspirasi pada
gigi yang mengalami karies, bakteri patogen periodontal seperti Porphyromonas gingivalis
pada plak gigi, dan patogen respirasi seperti Staphylococcus aureus yang ditemukan pada saliva.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa kondisi rongga mulut yang buruk dapat menjadi reservoir yang baik bagi patogen pernafasan dan patogen
periodontal, sehingga dapat memperberat kondisi pasien yang mengalami penyakit pernafasan.
----------ooOoo----------
Universitas Sumatera Utara
21
BAB 4 PERAN DOKTER GIGI DALAM MENGURANGI RISIKO PENYAKIT