c. Ekotaksonomi Tumbuhan Paku Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara

b. Iklim dan Hidrologi

Berdasarkan klasifikasi Schmidt Fergusson, TWA Sicikeh-cikeh termasuk kedalam tipe B dengan curah hujan rata-ratatahun 2000 – 2500 mm, di mana musim hujan tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Mei, sedangkan pada musim kemarau terjadi pada bulan Juni – September. Suhu maksimum 14-30 o C dengan kelembaban rata-rata berkisar 90-100 Asmarni, 2006. Kawasan TWA Sicikeh-cikeh mempunyai sumber mata air yang tetap berupa danau dan sungai. Terdapat 4 empat danau yang terdiri dari 3 tiga danau besar dan 1 satu danau kecil. Terdapat 2 sungai permanen yaitu Sungai Lae Prada dan Lae Pandaro. Salah satu aliran air untuk mengaliri ladang penduduk BKSDA I SUMUT,

2003. c.

Topografi dan Geologi Keadaan topografi Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh pada umumnya datar, sebagian bergelombang sedang dan ringan dengan ketinggian antara 1500-2000 m dpl. Keadaan geologi dan tanah terdiri dari bahan induk batuan beku dan vulkanik dengan jenis tanah podsolik kecoklat-coklatan kelabu BKSDA I SUMUT, 2003.

d. Flora

Keragaman tumbuhannya sangat tinggi, dari tumbuhan tingkat rendah hingga tumbuhan tingkat tinggi. Pada umumnya terdiri dari pohon berdaun lebar dan berjarum antara lain: sampinur bunga Podocarpus sp., haundolok Eugynia sp., kemenyan Styrax benzoyn, hoting Quercus spp., medang Dehaasia oblanceel, meang Palaquim spp.. Selain populasi yang masih relatif cukup baik, bagian Universitas Sumatera Utara penutup tanah banyak dijumpai tumbuhan yang berbunga indah antara lain Nepenthes, berbagai jenis herba, paku-pakuan, rotan liana dan sebagainya BKSDA I SUMUT, 2003.

e. Fauna

Jenis-jenis fauna yang ada seperti beruang madu Heilartus malayanus, harimau Pantera tigris sumatrana, rusa Cervus unicolor, owa Hylobates moloch, babi hutan Sus victatus, kucing hutan Felix bagalensis, kambing hutan Capricornis sumatraensis, ayam hutan Gallus-gallus, dan berbagai jenis burung antara lain Poksai jambul putih Garrulax leocphus, murai batu Monticola solitarius, kutilang Pycnonothus aurigaster, enggang Aceros sp. dan itik air Anas supersiliosa BKSDA I SUMUT, 2003.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat penelitian yang digunakan antara lain: buku identifikasi jenis paku- pakuan, peta lokasi, kompas, GPS, kamera digital, gunting, parang, meteran, penggaris besi 30 cm, alat tulis, lakban, hygrometer, termometer, lux meter, soil tester, soil pH. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alkohol 70, aquades, kantong plastik ukuran 40 x 50 cm, kertas koran, kertas label, karton tebal kardus, label gantung, tali plastik, pasak, goni. Universitas Sumatera Utara

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Di Lapangan

Metode penelitian menggunakan metode Purposive Sampling. Untuk mengetahui keberadaan spesies di dalam komunitas, maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode kuadrat. Metode kuadrat ini adalah suatu teknik analisis vegetasi dengan menggunakan plot atau petak contoh yang pada umumnya berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan ukuran tertentu sesuai dengan kurva spesies minimum area dengan cara kerja sebagai berikut: 1. Penentuan daerah sampel pada hutan Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh ditentukan langsung dengan terlebih dahulu dieksplorasi untuk mengetahui keberadaan tumbuhan paku. 2. Menentukan jumlah plot yang digunakan sehingga dapat mewakili daerah penelitian dengan cara menempatkan plot pada sepanjang jalur perjalanan track kiri dan kanan ke tiga danau, penarikan plot 5 m x 5 m sebanyak 15 plot sehingga jumlah keseluruhan ada 45 plot. 3. Data lapangan diambil dengan mencatat sifat fisik kimia lingkungan, diantaranya suhu tanah diukur dengan soil thermometer, pH tanah diukur dengan soil tester, kelembaban udara diukur dengan sling, intensitas cahaya diukur dengan lux meter, dan kordinat tempat dengan menggunakan GPS pada lokasi penelitian. 4. Dilakukan identifikasi sifat-sifat morfologi paku di lapangan meliputi habitus, ukuran, daun serta menyangkut bentuk dan posisi spora. Universitas Sumatera Utara 5. Pembuatan spesimen herbarium kering di lapangan dan di laboratorium. 6. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara diagonal dengan menggunakan bor tanah, dengan mengambil sampel tanah secukupnya antara kedalaman 1- 20 cm tergantung ketebalan serasah yang menutupi tanah tersebut. Dilakukan tiga kali pengulangan pada setiap stasiun pengamatan, seperti terdapat pada Gambar 1. Gambar 1. Cara Pengambilan Sampel Tanah 7. Untuk mendapatkan sifat fisik-kimia dan unsur hara makro dari substrat tanah tersebut diteliti lebih lanjut di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.

3.3.2. Di Laboratorium

Analisis data hasil penelitian dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis deskriptif digunakan dalam mengidentifikasi tumbuhan paku seperti sifat morfologi, akar, batang, daun, dan sporanya. Penyediaan spesimen tumbuhan diperoleh dari koleksi hidup di lapangan yang akan diusahakan lengkap berupa spora, daun, batang, dan akar. Hal-hal yang lain perlu dicatat apabila hilang dalam pengawetan. Universitas Sumatera Utara Setelah spesimen diawetkan, dilakukan identifikasi lanjutan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Penentuan jenis dilakukan dengan mencocokkan spesimen dan ciri hasil identifikasi. Identifikasi jenis dilakukan dengan bantuan buku rujukan seperti Fern of Malaya in Colour Piggot, 1964, Taxonomy of Vascular Plants Lawrence, 1964, Fundamentals of Plants Sistematics Radford, 1986, Botany of Degree Students Dutta, 1968, Jenis Paku Indonesia Sastrapradja dan Afriastini, 1979.

3.4. Analisis Data

Analisis data tumbuhan paku dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:

1. Kerapatan