Analisis Pengaruh Total Aset Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga Dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah Di Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGARUH TOTAL ASET BANK SYARIAH, DANA

PIHAK KETIGA DAN PRINSIP BAGI HASIL TERHADAP

PEMBIAYAAN BANK-BANK UMUM SYARIAH

DI SUMATERA UTARA

S K R I P S I

Disusun Oleh:

LINDI YUNI ANDRESI

NIM. 040501027

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

ANALISIS PENGARUH TOTAL ASET BANK SYARIAH, DANA

PIHAK KETIGA DAN PRINSIP BAGI HASIL TERHADAP

PEMBIAYAAN BANK-BANK UMUM SYARIAH

DI SUMATERA UTARA

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

LINDI YUNI ANDRESI

NIM. 040501027

Tim Penguji

Pembimbing Penguji I

Drs. Rujiman, MA Ilyda Sudardjat, S.Si,M.Si

Penguji II

Rahmad Sumanjaya, M.Si

Ketua Departemen


(3)

ABSTRACT

This research titled is “Analyze Influence of asset,fund of side the thirth and principle of sharing holder to defrayal at syariah public banks in North Sumatera”. This research uses monthly data during January 2004 until December 2007 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know how big the influence of asset, debt financing and percentage of sharing holder to defrayal at syariah public banks in North Sumatera. The variable used are rate of asset (X1), fund of side the thirth (X2), principle

and of sharing holder (X3).

The result from estimation of two variables shows that variables significant to defrayal at syariah public in North Sumatera. Determinan coefficient value equal to 0,98 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 98% and 2% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Aset Bank Syariah dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari Januari 2004 sampai dengan Desember 2007 yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistik yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar penaruh dari aset, dana pihak ketiga dan prinsip bagi hasil tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah aset (X1), dana pihak ketiga (X2), dan prinsip bagi hasil (X3).

Hasil estimasi dari ketiga variabel menyatakan bahwa variabel X1, X2, dan X3

signifikan atau berpengaruh nyata terhadap pembiayaan oleh bank-bank umum syariah di Sumatera Utara. Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0.98, hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 98%, sedangkan sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil a’lamin penilis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam, keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.

Adapun skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Total Aset Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga dan Prinsip Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah di Sumatera Utara” adalah sebagai salah satu pelaksanaan akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di jenjang studi Strata 1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, disebabkan keterbatasan ilmu yang dimiliki, akhirnya penulis dapat menyelaesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis memohon maaf, kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.


(6)

Ucapan terima kasih akan disampaikan penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu secara moril dan materil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, SE, MEC.c selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEC.c selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M. Soc. Sc. Ph.D, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rujiman, MA, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan saran, masukan kritikan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Rahmad Sumanjaya, SE, Msi, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis.

6. Ibu Ilyda Sudardjad, Msi selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis.

7. Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji, Msi selaku dosen wali yang telah memberikan semangat dalam penelitian skripsi ini.

8. Seluruh Staff Pengajar dan Karyawan pada Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan mengenai materi dalam skripsi ini.


(7)

9. Seluruh Staff/Pegawai Bank Indonesia Medan dan Pegawai Kantor BPS Sumatera Utara atas bantuan dalam memberikan data sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10. Kedua orang tua saya yaitu ayah Eddy Sampurno dan umi Meilina yang telah mendidik, mengasihi dan membimbing serta mendukung saya di dalam doa, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta telah memberikan dukungan moril maupun materil kepada saya selama ini.

11. Buat adik-adikku Agung Retno Wibowo dan Aryo Bhaskoro, terima kasih atas bantuan kalian yang terus akan membuatku semangat untuk menjalani semuanya. 12. Bang Marta Putra Lubis, SE yang telah menjadi sumber inspirasi dan

memberikan semangat dan dukungan.

13. Buat sahabat-sahabatku (Momon, Ema, Windy, Sonya Hera, Dewi, Campall, Hikma, Dafi, Irfan, Adi, Juni, Putra, Andi, Andre, Rahmad, Murianda) yang telah memberikan dukungan serta semangatnya.

14. Teman-temanku di Ekonomi Pembangunan, khususnya angkatan 2004 yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah membalas segala budi dan pengorbanan yang telah diberikan. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.


(8)

Medan, Januari 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT. ……….. i

ABSTRAK… ……….. ii

KATA PENGANTAR……. ……….. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL… ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN…… ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Perumusan Masalah………..6

1.3 Hipotesis………... 7

1.4 Tujuan Penelitian……… 7

1.5 Manfaat Penelitian……… 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sejarah Awal Perbankan Syariah……….. 9

2.2 Sejarah Islamic Development Bank……….. 10

2.3 Kategori Lembaga Keuangan Syariah……….. 11

2.4 Perkembangan Bank-Bank Syariah di Berbagai Negara……….. 13


(10)

2.4.2 Perkembangan Bank Syariah di Siprus dan Kwait……….. 14

2.4.3 Perkembangan Bank Syariah di Bahrain dan Uni Emirat Arab………... 15

2.4.4 Perkembangan Bank Syariah di Iran dan Turki……… 15

2.4.5 Perkembangan Bank Syariah di Malaysia……… 16

2.4.6 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia……….. 17

2.5 Persepsi Islam terhadap Konsep Bunga dan Riba……… 21

2.6 Jenis-Jenis Pembiayaan dalam Bank Syariah……… 34

2.7 Konsep-Konsep Pembiayaan Bank Syariah……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian………. 41

3.2 Jenis dan Sumber Data……….. 41

3.3 Pengolahan Data……… 42

3.4 Model Analisis Data……….. 42

3.5 Hipotesis Data………... 43

3.6 Test of Goodness of Fit………. 43

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……… 47

3.8 Defenisi Operasional Variabel……….. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sumatera Utara……….. 50

4.1.1 Kondisi Geografis………... 50

4.1.2 Kondisi Iklim………. 53


(11)

4.1.4 Eksistensi Perbankan di Sumatera Utara………... 54

4.1.5 Perkembangan Kantor Bank……….. 56

4.1.6 Perkembangan Pembiayaan pada Bank Umum Syariah……… 60

4.1.7 Perkembangan Total Aset pada Bank Umum Syariah……….. 60

4.1.8 Perkembangan Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum Syariah………. 61

4.1.9 Perkembangan Prinsip Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah………. 61

4.2 Hasil Penelitan……… 62

4.2.1 Interpretasi Model………. 63

4.2.2 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)... 64

4.2.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 72

5.2 Saran……….. 74 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Kondisi Geografis Propinsi Sumatera Utara menurut Kabupaten

dan Kotamadya……….. 51 4.2 Jumlah Kecamatan, Desa, dan Kelurahan menurut Kabupaten

dan Kota di Sumatera Utara……….. 52 4.3 Perbandingan Dana yang Dihimpun dan Disalurkan serta Persentase

Penyalurannya oleh Bank di Sumatera Utara……… 56 4.4 Jumlah Kantor Bank Umum yang Beroperasi di Sumatera Utara

Menurut Status Kepemilikan………. 58 4.5 Jaringan Kantor Bank Konvensional dan Bank Syariah di Sumatera

Utara……….. 58


(13)

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Skema al-Musyarakah 31

2.2 Skema al-Mudharabah 33

4.1 Uji-t Variabel Total Aset (X1) 64

4.2 Uji-t Variabel Dana Pihak Ketiga (X2) 65

4.3 Uji-t Variabel Prinsip Bagi Hasil (X3) 66

4.4 Uji F-statistik 68


(14)

DAFTAR LAMPIRAN No. LAMPIRAN

1 Perkembangan Jumlah Pembiayaan, Aset, Dana Pihak Ketiga dan Prinsip Bagi Hasil Bank Syariah Sumatera Utara

2 Hasil Regresi Variabel Pembiayaan (Y) terhadap Variabel Aset (X1), Dana Pihak

Ketiga (X2), dan Variabel Prinsip Bagi Hasil (X3)

3 Hasil Regresi Variabel X1 terhadap Variabel X2 dan X3

4 Hasil Regresi Variabel X2 terhadap Variabel X1 dan X3


(15)

ABSTRACT

This research titled is “Analyze Influence of asset,fund of side the thirth and principle of sharing holder to defrayal at syariah public banks in North Sumatera”. This research uses monthly data during January 2004 until December 2007 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know how big the influence of asset, debt financing and percentage of sharing holder to defrayal at syariah public banks in North Sumatera. The variable used are rate of asset (X1), fund of side the thirth (X2), principle

and of sharing holder (X3).

The result from estimation of two variables shows that variables significant to defrayal at syariah public in North Sumatera. Determinan coefficient value equal to 0,98 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 98% and 2% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Aset Bank Syariah dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari Januari 2004 sampai dengan Desember 2007 yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistik yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar penaruh dari aset, dana pihak ketiga dan prinsip bagi hasil tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah aset (X1), dana pihak ketiga (X2), dan prinsip bagi hasil (X3).

Hasil estimasi dari ketiga variabel menyatakan bahwa variabel X1, X2, dan X3

signifikan atau berpengaruh nyata terhadap pembiayaan oleh bank-bank umum syariah di Sumatera Utara. Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0.98, hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 98%, sedangkan sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan perekonomian. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 Pasal 4, yaitu Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Kasmir, 2002).

Sebagai lembaga intermediasi, yakni penghimpun dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit, menjadikan bank sebagai salah satu sumber dana pembangunan. Semakin besar suatu negara tersebut maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakat. (Kasmir, 2002). Oleh sebab itu, pemerintah senantiasa memberi perhatian yang maksimum terhadap eksistensi perbankan nasional.

Sistem perbankan nasional saat ini terdiri dari: (1) sistem perbankan konvensional, yaitu sistem perbankan yang menggunakan sistem bunga (interest) sebagai balas jasa atas penyertaan modal (baik simpanan maupun pinjaman), dan (2) sistem perbankan syariah, dimana pada sistem ini balas jasa atas penyertaan modal


(18)

dilakukan dengan sistem bagi hasil. Perbedaan yang mendasar dari kedua sistem tersebut adalah distribusi resiko usaha. Pada sistem bunga, balas jasa modal ditentukan berdasarkan persentase tertentu dan resiko sepenuhnya ditanggung, sebaliknya untuk nasabah debitur, resiko sepenuhnya berada di tangan nasabah.

Perbankan Islam sekarang telah dikenal luas di belahan dunia Muslim dan Non Muslim. Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

Perbedaan pokok antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan syariah. Riba dilarang sedangkan jual beli (bai) dihalalkan. Dengan demikian, maka membayar dan menerima bunga pada uang yang dipinjam dan dipinjamkan dilarang.

Sebagai pengganti dari mekanisme bunga, ulama mengakui bahwa dalam pembiayaan proyek-proyek individual, instrumen yang paling baik adalah bagi hasil (profit sharing). Walaupun demikian, sesudah demikian banyak pembiayaan yang diberikan, mereka mengetahui bahwa begitu mereka bergerak dari pembiayaan proyek individu kepemimpinan lembaga (Institutional Banking), mekanisme bagi hasil menjadi kurang efisien untuk melakukan semua fungsi seperti yang dilakukan oleh perbankan modern, yang berdasarkan pada mekanisme tingkat bunga.


(19)

Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sejak diberlakukannya UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang memberikan peluang didirikannya Bank Syariah, perkembangan Bank Syariah dipandang dari sisi jumlah jaringan kantor dan volume kegiatan usaha, masih belum memuaskan. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai keinginan untuk lebih mendorong perkembangan Bank Syariah di Indonesia.

Upaya mendorong pengembangan Bank Syariah dilaksanakan dengan memperhatikan bahwa sebagian masyarakat muslim Indonesia pada saat ini sangat menantikan suatu system perbankan Syariah yang sehat dan terpercaya untuk mengakomodasi kebutuhan mereka terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip Syariah. Pengembangan perbankan Syariah yang ditujukan untuk meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang selama ini belum terlayani oleh sistem perbankan konvensional. Selain itu, sejalan dengan upaya-upaya restrukturisasi perbankan, pengembangan Bank Syariah merupakan suatu alternatif sistem pelayanan jasa Bank dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya.

Dengan diberlakukannya UU No.10 tahun 1998, perbankan Syariah telah mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk pemberian kesempatan kepada Bank Umum Konvensional untuk membuka kantor cabang yang khusus melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah. Pemberian kesempatan pembukaan kantor cabang Syariah ini adalah sebagai upaya meningkatkan jaringan Perbankan Syariah yang tentunya akan dilakukan bersamaan dengan upaya pemberdayaan Perbankan Syariah. Upaya tersebut diharapkan akan


(20)

peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan kinerja Bank Syariah, yang pada intinya akan menunjang pembentukan landasan perekonomian rakyat yang lebih kuat dan tangguh.

Dengan banyaknya bank yang terjun dalam industri perbankan syariah akan memicu persaingan yang kian tajam dalam menggaet nasabah sehingga akan meningkatkan aset perbankan syariah itu sendiri. Menurut data dari Biro Perbankan Syariah BI, sampai Mei 2004, aset perbankan syariah sudah mencapai Rp 11,56 triliun atau tumbuh 131 % dibandingkan periode yang sama tahun 2003 yang sebesar Rp 5 triliun. Porsi aset perbankan syariah terhadap perbankan konvensional pun sudah menembus 6 %. Data itu menunjukan bahwa pertumbuhan dari pembiayaan bagi hasil melebihi pertumbuhan dari pembiayaan berbasis jual beli.

Perkembangan kegiatan usaha bank syariah yang ditandai dengan pertumbuhan yang cukup signifikan pada sejumlah indikator seperti jumlah bank, jaringan kantor, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, mengindikasikan bahwa perkembangan kegiatan usaha bank syariah selalu ditandai dengan tingkat ekspansi yang tinggi, yaitu ditunjukkan dengan tingginya demand terhadap jasa perbankan syariah. Tingginya demand terhadap jasa perbankan syariah tidak terlepas dari kebijakan Bank Indonesia yang mendukung perluasan jaringan kantor bank syariah khususnya di luar wilayah ibukota propinsi. Dari kebijakan itu didapat volume usaha industri perbankan syariah yang mengalami peningkatan secara signifikan terutama disebabkan oleh meningkatnya pembiayaan yang diberikan dan dari dana pihak ketiga. Dengan begitu, tidak aneh data dari Biro Perbankan Syariah BI yang menunjukan bahwa pertumbuhan


(21)

pembiayaan bagi hasil melebihi pertumbuhan pembiayaan berbasis jual beli adalah benar adanya.

Selain faktor diatas, pertumbuhan pembiayaan bagi hasil yang melebihi pertumbuhan pembiayaan berbasis jual beli juga disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan pangsa pembiayaan bagi hasil tersebut adalah meningkatnya kerjasama bank syariah dengan lembaga keuangan non-bank seperti koperasi dan pegadaian, serta adanya proyek-proyek jangka pendek infrastruktur dan public service. Kita juga melihat bahwa Proporsi non-performing financing (NPF) perbankan syariah selalu lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan NPF tersebut mencerminkan kualitas pengelolaan aset perbankan syariah yang cukup baik.

Dari segi komposisi dana pihak ketiga, deposito mudharabah tetap mendominasi. Hal ini mengindikasikan motif berinvestasi (mencari keuntungan) masih lebih dominan dibandingkan dengan motif berjaga-jaga ataupun likuiditas bagi sebagian besar nasabah bank syariah. Laju pertumbuhan dana pihak ketiga dan pembiayaan yang tinggi menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah tergolong tinggi dan mencerminkan fungsi intermediasi bank syariah yang berjalan baik.

Berdasarkan analisis BI, tren meningkatnya suku bunga pada triwulan ketiga Tahun 2005 juga sempat membuat perbankan syariah menghadapi risiko pengalihan dana (dari bank syariah ke bank konvensional). Diperkirakan lebih dari Rp 1 triliun dana nasabah dialihkan pada triwulan ketiga tahun lalu. Namun, kepercayaan deposan pada


(22)

yang mencapai Rp 2,2 triliun pada akhir tahun. Kenaikan akumulasi dana pihak ketiga perbankan syariah merupakan peluang, sekaligus tantangan, karena tanpa pengelolaan yang tepat justru masalah akan datang.

Laju pertunbuhan perbankan syariah di tingkat global tidak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15% per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama 5 tahun terakhir rata-rata tumbuh 60% per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47% dari tahun sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh di belakang Malaysia.

Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272 juta Dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12% dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat 1,40% dari total aset perbankan. Bank Indonesia memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai tahun ini.

Dalam rangka mengembangkan jaringan Perbankan Syariah (Penelitian BI:2000),

diperlukan upaya-upaya peningkatan pemahaman masyarakat mengenai produk, mekanisme, sistem dan seluk beluk Perbankan Syariah karena perkembangan jaringan Perbankan Syariah akan tergantung pada besarnya demand masyarakat terhadap sistem Perbankan ini. Oleh karena itu, diperlukan variabel kuantitatif ekonomi makro yang


(23)

akan dintegrasikan sebagai bagian dari faktor-faktor permintaan pembiayaan pada Bank Syariah, khususnya di Sumatera Utara.

Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah karya tulis berbentuk skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Aset Bank Syariah dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Oleh Bank-Bank Umum Syariah di Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Total Aset Bank Syariah terhadap pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah di Sumut?

2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah di Sumut?

3. Bagaimana pengaruh Prinsip Bagi Hasil terhadap pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah di Sumut?


(24)

1.3. Hipotesis

Hipotesis adalah proporsi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar dan barang kali tanpa keyakinan agar bisa di tarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian (testing) tentang kebenarannya dengan mempergunakan data empiris (empirical data) hasil penelitian. Dalam hipotesis ini penulis membatasi diri pada 3 faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah yaitu pada:

1. Total Aset Bank Syariah berpengaruh positif terhadap pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah di Sumut.

2. Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah di Sumut.

3. Prinsip Bagi Hasil berpengaruh negatif terhadap pembiayaan pada Bank-Bank Umum Syariah di Sumut.

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Seberapa besar pengaruh Total Aset Bank Syariah terhadap Pembiayaan pada bank-bank Umum Syariah di Sumut.

2. Seberapa besar pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan pada bank-bank Umum Syariah di Sumut.


(25)

3. Seberapa besar pengaruh Prinsip Bagi Hasil terhadap Pembiayaan pada bank-bank Umum Syariah di Sumut.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan pada Bank Syariah di Sumatera Utara. 2. Menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian

yang sudah ada menyangkut topik yang sama.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan. 4. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal

menganalisa dan berfikir.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Awal Perbankan Syariah

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam Modern : Neorevivalis dn Modernis. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar Tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji secara nonkonvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr pada Tahun 1963 di Kairo, Mesir.

Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, Bank Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad dan laporan International Association of Islamic Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia, baik di negara-negara berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika.

Suatu hal yang patut juga dicatat adalah saat ini adalah saat ini banyak nama besar dalam dunia keuangan Internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka cabang dan


(27)

subsidiaries yang berdasarkan syariah. Dalam dunia pasar modalpun, Islamic fund kini ramai diperdagangkan, suatu hal yang mendorong singa pasar modal dunia Dow Jones untuk menerbitkan Islamic Dow Jones Index. Oleh karena itu, tak heran jika Scharf, mantan direktur utama Bank Islam Denmark yang Kristen itu, menyatakan bahwa Bank Islam adalah partner baru pembangunan.

2.2 Sejarah Islamic Development Bank

Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970, Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut Studi tentang Pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Ialam (Federation of Islamic Banks), dikaji para ahli dari delapan belas negara Islam.

Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian. Proposal tersebut diterima. Sidang menyetujui rencana mendirikan Bank Islam Internasional dan Federasi Bank Islam.

Proposal tersebut antara lain mengusulkan untuk: a. Mengatur transaksi komersial antar negara Islam. b. Mengatur institusi pembangunan dan investasi.


(28)

c. Merumuskan masalah transfer, kliring, serta settlement antar bank sentral di negara Islam sebagai langkah awal menuju terbentuknya sistem ekonomi Islam yang terpadu.

d. Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral syariah di negara Islam. e. Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara Islam dalam hal pelaksanaan

kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja Islam. f. Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat. g. Mengatur kelebihan likuiditas bank-bank sentral negara Islam.

Selain hal tersebut, diusulkan pulapembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi dan Pembangunan Negara-Negara Islam (Investment and Development Body of Islamic Countries). Badan tersebut akan berfungsi sebagai:

a. Mengatur investasi modal Islam.

b. Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam.

c. Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan mengatur penelitiannya. d. Memberikan saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang dirancang untuk

investasi regional di negara-negara Islam.

Sebagai rekomendasi tambahan, proposal tersebut mengusulkan pembentukan perwakilan-perwakilan khusus, yaitu Asosiasi Bank-Bank Islam (Association of Islamic Banks) sebagai badan konsultatif untuk masalah-masalah ekonomi dan perbankan syariah. Tugas badan ini diantaranya menyediakan bantuan teknis bagi negara-negara Islam yang ingin mendirikan bank syariah dan lembaga keuangan syariah. Bentuk bantuan teknis tersebut dapat berupa pengiriman para ahli ke negara tersebut,


(29)

penyebaran atau sosialisasi sistem perbankan Islam, dan saling tukar informasi dan pengalaman antar negara Islam.

2.3 Kategori Lembaga Keuangan Syariah

Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Untuk itu, komite ahli IDB pun bekerja keras menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan, dan pengawasan bank syariah. Kerja keras mereka membuahkan hasil. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki.

Secara garis besar, lembaga-lembaga tersebut dapat dimasukkan ke dalam dua kategori. Pertama, bank Islam komersial (Islamic Comercial Bank). Kedua, lembaga investasi dalam bentuk International Holding Companies.

Bank-bank yang masuk kategori pertama diantaranya: 1. Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan),

2. Kuwait Finance House, 3. Dubai Islamic Bank,

4. Jordan Islamic Bank for Finance and Investment, 5. Bahrain Islamic Bank,

6. Islamic International Bank for Investment and Development (Mesir). Adapun yang termasuk kategori yang kedua diantaranya:


(30)

2. Islamic Investment Company of the Gulf, 3. Islamic Investment Company (Bahama), 4. Islamic Investment Company (Sudan), 5. Bahrain Islamic Investment Bank (Manama), 6. Islamic Investment House (Amman).

2.4 Perkembangan Bank-Bank Syariah di berbagai Negara 2.4.1 Perkembangan Bank Syariah di Pakistan dan Mesir

Pakistan

Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal Juli 1979, sistem bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi : National Investment (Unit Trust), House Building Finance Corporation (pembiayaan sektor perumahan), dan Mutual Funds of the Investment Corporation of Pakistan (kerja sama investasi). Pada 1979-80, pemerintah mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan nelayan.

Pada tahun 1981, seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Perusahaan

Mudharabah dan Murabahah, mulailah beroperasi tujuh ribu cabang bank komersial nasional di seluruh Pakistan dengan menggunakan sistem bagi hasil. Pada awal tahun 1985, seluruh sistem perbankan Pakistan dikonversi dengan sistem yang baru, yaitu sistem perbankan syariah.


(31)

Mesir

Bank syariah pertama yang didirikan di Mesir adalah Faisal Islamic Bank. Bank ini mulai beroperasi pada bulan Maret 1978 dan berhasil membukukan hasil mengesankan dengan total aset sekitar 2 miliar dolar AS. Selain Faisal Islamic Bank, terdapat bank lain, yaitu Islamic International Bank for Investment and Development yang beroperasi dengan menggunakan instrumen keuangan Islam dan menyediakan jaringan yang luas. Bank ini beroperasi, baik sebagai bank investasi (investment bank), bank perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial (commercial bank).

2.4.2 Perkembangan Bank Syariah di Siprus dan Kwait

Siprus

Faisal Islamic Bank of Kibris (Siprus) mulai beroperasi pada Maret 1983 dan mendirikan Faisal Islamic Investment Corporation yamg memiliki 2 cabang di Siprus dan 1 cabang di Istambul. Dalam sepuluh bulan awal operasinya, bank tersebut telah melakukan pembiayaan dengan skema murabahah senilai sekitar TL 450 juta (TL atau Turkey Lira, mata uang Turki).

Bank ini juga melaksanakan pembiayaan dengan skema musyarakah dan

mudharabah, dengan tingkat keuntungan yang bersaing dengan bank non-syariah. Kehadiaran bank Islam di Siprus telah menggerakkan masyarakat untuk menabung. Bank ini beroperasi dengan mendatangi desa-desa, pabrik, dan sekolah dengan menggunakan kantor kas (mobil) keliling untuk mengumpulkan tabungan masyarakat.


(32)

Selain kegiatan-kegiatan di atas, mereka juga mengelola dana-dana lainnya seperti al-qardhul hasan dan zakat.

Kuwait

Kuwait Finance House didirikan pada Tahun 1977 dan sejak awal beroperasi dengan sistem tanpa bunga. Institusi ini memiliki puluhan cabang di Kuwait dan telah menunjukkan perkembangan yang cepat. Selam dua tahun saja, yaitu 1980 hingga 1982, dana masyarakat yang terkumpul meningkat dari sekitar KD149 juta menjadi KD474 juta. Pada akhir tahun 1985, total aset mencapai KD803 juta dan tingkat keuntungan bersih mencapai KD17 juta (satu Dinar Kuwait ekuivalen dengan 4 hingga 5 dolar US).

2.4.3 Perkembangan Bank Syariah di Bahrain dan Uni Emirat Arab

Bahrain

Bahrian merupakan off-shore banking heaven terbesar di Timur Tengah. Di negeri yang hanya berpenduduk tidak lebih dari 660.000 jiwa (per Desember 1999) tumbuh sekitar 220 local dan off-shore banks. Tidak kurang dari 22 diantaranya beroperasi berdasarkan syariah. Di antara bank-bank yang beroperasi secara syariah tersebut adalah Citi Islamic Bank of Bahrain (anak perusahaan Citi Corp. N.A), Faysal Islamic Bank of Bahrain, dan Al-Barakah Bank.

Uni Emirat Arab

Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor perkembangan Bank Syariah. Didirikan pada tahun 1975. Investasinya meliputi bidang perumahan, proyek-proyek


(33)

industry, dan aktivitas komersial. Selama beberapa tahun, para nasabahnya telah menerima keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.

2.4.4 Perkembangan Bank Syariah di Iran dan Turki

Iran

 Ide pengembangan perbankan syariah di Iran sesungguhnya bermula sesaat sejak Revolusi Islam Iran yang dipimpin Ayatullah Khomeini pada tahun 1979, sedangkan perkembangan dalam srti riil baru dimulai sejak Januari tahun 1984.

 Berdasarkan ketentuan/undang-undang yang disetujui pemerintah pada bulan Agustus 1983. Sebelum undang-undang tersebut dikeluarkan sebenarnya telah terjadi transaksi sebesar lebih dari 100 miliar rial yang diadministrasikan sesuai dengan sistem syariah.

 Islamisasi sistem perbankan di Iran ditandai dengan nasionalisasi seluruh industri perbankan yang dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: (1) perbankan komersial, (2) lembaga pembiayaan khusus. Dengan demikian, sejak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Islam (1983), seluruh sistem perbankan di Iran otomatis berjalan sesuai syariah di bawah control penuh pemerintah.


(34)

Turki

Sebagai negara yang berideologi sekuler, Turki termasuk negeri yang cukup awal memiliki perbankan syariah. Pada tahun 1984, pemerintah Turki memberikan izin kepada Daar al-Maal al-Islami (DMI) untuk mendirikan bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Menurut ketentuan Bank Sentral Turki, bank syariah diatur dalam satu yurisdiksi khusus. Setelah DMI berdiri, pada bulan Desember 1984 didirikan pula Faisal Finance Institution dan mulai beroperasi pada bulan April 1985. Di samping dua lembaga tersebut, Turki memiliki ratusan—jika tidak ribuan—lembaga wakaf (vaqfi organiyasyonu) yang memberikan fasilitas pinjaman dan bantuan kepada masyarakat.

2.4.5 Perkembangan Bank Syariah di Malaysia

Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) merupakan bank syariah pertama di Asia Tenggara. Bank ini didirikan pada tahun 1983, dengan 30 persen modal merupakan milik pemerintah federal. Hingga akhir 1999, BIMB telah memiliki lebih dari tujuh puluh cabang yang tersebar hampir di setiap negara bagian dan kota-kota Malaysia.

Sejak beberapa tahun yang lalu, BIMB telah tercatat sebagai listed-public company dan mayoritas sahamnya dikuasai oleh Lembaga Urusan dan Tabung Haji.

Pada Tahun 1999, di samping BIMB telah hadir satu bank syariah baru dengan nama Bank Bumi Putera Muamalah. Bank ini merupakan anak perusahaan dari Bank Bumi Putera yang baru sajamelakukan merger dengan Bank of Commerce.


(35)

Di negeri jiran ini, di samping full pledge Islamic banking, pemerintah Malaysia memperkenankan juga sistem Islamic Window yang memberikan layanan syariah pada bank konvensional.

2.4.6 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia 2.4.6.1 Latar Belakang Bank Syariah

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawan Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Di antaranya adalah Baitut Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.

Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada Tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.


(36)

2.4.6.2 PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut di atas. Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar.

Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturrahmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar.

Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU No. 7 Tahun 1992, di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan “sisipan” belaka.

2.4.6.3 Era Reformasi dan Perbankan Syariah

Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan


(37)

diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sebagian lainnya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengadakan “ Pelatihan Perbankan Syariah” bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian, terutama aparat yang berkaitan langsung seperti

DPPP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), kredit, pengawasan, akuntansi, riset, dan moneter.

2.4.6.4 Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan Bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara structural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan di lingkup Bank Mandiri (exBDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerja sama dengan Tazkia Institute, terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan koversi.


(38)

komparatif dibanding pendahulunya. Demikian juga perkembangan politik terakhir di Aceh menjadi blessing in disguise bagi BSM. Hal ini karena BSM akan menyerahkan seluruh cabang Bank Mandiri di Aceh kepada BSM untuk dikelola secara syariah. Langkah besar ini jelas akan menggelembungkan aset BSM dari posisi pada akhir Tahun 1999 sejumlah Rp 400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah) menjadi di atas 2 hingga 3 triliun. Perkembangan ini diikuti pula dengan peningkatan jumlah cabang BSM, yaitu dari 8 menjadi lebih dari 20 buah.

2.4.6.5 Cabang Syariah dari Bank Konvensional

Satu perkembangan lain perbankan syariah di Indonesia pasca reformasi adalah diperkenankannya konversi cabang bank umum konvensional menjadi cabang syariah.

Beberapa bank yang sudah dan akan membuka cabang syariah diantaranya: 1. Bank IFI (membuka cabang syariah pada 28 Juni 1999)

2. Bank BNI Syariah 3. Bank BTN Syariah 4. Bank Niaga Syariah 5. Bank Danamon Syariah 6. Bank BRI Syariah 7. Bank Bukopin Syariah 8. Bank BII Syariah

9. Bank Syariah Mega Indonesia 10. Bank Permata Syariah


(39)

2.5 Persepsi Islam terhadap Konsep Bunga dan Riba Pengertian Bunga dan Riba

Secara leksikal, bunga adalah terjemahan dari kata interest. Secara istilah interest is a charge a financial loan, usually a percentage of the amount loaned. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari uang yang dipinjamkan. Pendapat lain menyatakan “interest” yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasikan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau persentase modal yang bersangkutan dengan yang dinamakan suku bunga modal. (Muhammad, 2002:54).

Timbul permasalahan, apakah bunga sama dengan riba? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut perlu dikaji apa sebenarnya riba. Kata riba berarti bertumbuh, menambah atau berlebih. Al riba atau ar rima makna asalnya ialah tambah, tumbuh dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan syara’, apakah tambahan itu berjumlah sedikit atau banyak seperti yang disyaratkan dalam Al-Qur’an. Riba sering diterjemahkan orang dalam bahasa inggris sebagai “usuary” yang artinya “the act of lending money at an exorbitant or illegal rate of interest”. Sementara para ulama Fiqih mendefenisikan riba adalah kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau gantinya. Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang timbul akibat transaksi utang piutang yang harus diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang jatuh tempo. Aktifitas semacam ini, berlaku luas di


(40)

kalangan masyarakat Yahudi sebelum datangnya Islam, sehingga masyarakat Arab pun sebelum dan pada masa awal Islam melakukan muamalah dengan cara tersebut.

Oleh karena itu, apabila sedikit menarik pelajaran sejarah masyarakat barat, terlihat jelas bahwa “interest” dan “usuary” yang dikenal saat ini pada hakekatnya adalah sama. Keduanya berarti tambahan uang, umunya dalam persentase. Istilah “usuary” muncul karena belum mapannya pasar keuangan pada masa itu sehingga penguasa harus menetapkan suatu tingkat bunga yang dianggap wajar. Namun setelah mapannya lembaga dan pasar keuangan, kedua istilah itu menjadi hilang karena hanya ada satu tingkat bunga di pasar sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.

2.5.1 Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana merupakan jasa utama yang ditawarkan dunia perbankan, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Keduanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana. Jasa berupa penghimpunan dana dari masyarakat bisa dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Idealnya dana dari masyarakat ini merupakan suatu tulang punggung (basic) dari dana yang dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan (Muhammad Djumhana 1993:169).

Kegiatan usaha bank yang utama adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penghimpunan dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu, sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana


(41)

penggunaan dana tersebut. Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal berikut, (Sri Susilo,2000)

 Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Gambaran sebuah bank secara umum di mata masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut. Banyaknya faktor yang mempengaruhi gambaran sebuah bank di mata masyarakat, seperti pelayanan, keadaan keuangan, berita-berita di mass media tentang bank tersebut. Semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada sebuah bank, semakin tinggi pula kemungkinan bank tersebut untuk menghimpun dana dari masyarakat secara efisien dan sesuai rencana penggunaan dananya. Perkiraan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh penyimpan dana relative terhadap pendapatan dari alternative investasi lain dengan tingkat resiko seimbang. Semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperkirakan oleh calon penyimpan dana ini, akan semakin mudah suatu bank dalam menarik dana dari calon penyimpan dananya.

 Resiko penyimpanan dana, apabila suatu bank dapat memberikan tingkat kepastian yang tinggi atas dana masyarakat untuk dapat ditarik lagi sesuai waktu yang telah dijanjikan, maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank tersebut.

 Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana. Pelayanan yang baik akan membuat penyimpan dana merasa dihargai, diperhatikan dan dihormati sehingga merasa senang untuk terus bertransaksi keuangan dengan bank tersebut.


(42)

Pelayan ini bisa berupa pelayanan dari pihak petugas bank, pemberian hadiah, atau pemberian fasilitas yang lain.

Sumber-Sumber Penghimpunan Dana a. Dana Sendiri

Meski untuk suatu usaha bank proporsi dana sendiri ini relative kecil dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, namun dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting untuk kelangsungan usahanya. Begitu pentingnya proporsi dana sendiri ini dibuktikan dengan adanya ketentuan dari bank sentral untuk mengukur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan total nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Proporsi ini lebih dikenal dengan Capital Adquacy Ratio atau CAR Minimum sebesar 8% dan secara gardual ditingkatkan, sehingga mencapai 12%. Apabila CAR suatu bank terlalu rendah, maka kemapuan suatu bank tersebut untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah.

b. Dana dari Deposan

Pada umumya dana dari masyarakat berupa Giro (Demand Deposit), Tabungan (Saving Deposit), dan Deposito Berjangka (Time Deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau badan.

Giro (Demand Deposit)

Pada umumnya, bank syariah menggunakan akad al-wadi’ah pada rekening giro. Nasabah yang membuka rekening giro berarti melakukan akad wadiah ‘titipan’. Dalam fiqih muamalah, wadiah dibagi menjadi dua macam:


(43)

a. Wadiah yad al-amanah adalah akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (dalam hal ini bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan. Biasanya akad ini diterapkan bank pada titipan murni, seperti safe deposit box. Dalam hal ini, bank hanya bertanggung jawab atas kondisi barang (uang) yang dititipkan.

b. Wadiah yad adh-dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan. Bank syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah untuk rekening giro.

Tabungan (Saving Deposit)

Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadi’ah dan mudharabah. Tabungan yang menerapkan akad wadi’ah mengikuti prinsip-prinsip wadi’ah yad adh-dhamanah seperti yang dijelaskan di atas. Artinya, tabungan ini tidak mendapatkan keuntungan karena ia titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM. Tabungan yang berdasarkan akad wadi’ah ini tidak mendapatkan keuntungan dari bank karena sifatnya titipan. Akan tetapi, bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus/hadiah.

Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Diantaranya sebagai berikut:

Pertama, keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi anatar shahibul maal (dalam hal ini nasabah) dan muharib (dalam hai ini bank).


(44)

Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup.

Simpanan Deposito (Time Deposit)

Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib. Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang terdapat diantara keduanya. Misalnya, seperti yang dikemukakan di atas bahwa akad mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waktu ini merupakan salah satu sifat deposito, bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari dan seterusnya.

c. Dana Pinjaman

Dana pinjaman adalah dana yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana antara lain dapat berupa:

Call Money Market

Merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui Inter Bank Call Money Market. Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi rush.


(45)

Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank juga dapat diperoleh dari pinjaman jangka pendek dari bank lain. Berbeda dengan Call Money Market, karena pinjaman bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank.

Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Sesuai dengan namanya, Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama pada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah kesulitan likuiditas ini bisa terjadi karena kalah kliring atau adanya rush penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah suatu bank. Kredit likuiditas ini terbagi atas:

1. Kredit Likuiditas Biasa

2. Kredit Likuiditas Kalah Kliring 3. Kredit Likuiditas Sektor Prioritas 4. Lender of Last Resort

5. Kredit Likuiditas Gadai Ulang

2.5.2 Aset (Aktiva)

Semua benda yang berwujud atau tidak berwujud yang mempunyai nilai uang adalah aset. Untuk pembagian dalam aktiva secara biasanya dibagi dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Dua kelompok-kelompok yang paling banyak terdapat adalah:


(46)

Uang kas dan aktiva lain yang diharapkan dapat ditukarkan dengan uang kas, dijual atau dipakai dalam jangka waktu satu tahun atau kurang, melalui kegiatan usaha yang normal dari aktiva lancer. Di samping kas, yang termasuk dalam kelompok aktiva ini, dan biasanya dimiliki oleh sebuah perusahaan jasa adalah wesel tagih, piutang usaha, perlengkapan dan bermacam-macam biaya yang dibayar dimuka.

Uang kas adalah semua alat pertukaran dimana pihak bank akan menerimanya pada nilai nominal. Yang termasuk dalam kategori uang kas adalah: rekening giro di bank, uang kertas, cek, bank draft dan surat perintah membayar. Wesel tagih adalah klaim kepada debitur (yang berhutang) yang dibuktikan dengan surat perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu, atau membawa wesel tersebut. Piutang usaha

adalah klaim kepada debitur yang bersifat agak kurang formal dibandingkan dengan wesel tagih, yang berasal dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Biaya dibayar di muka meliputi persediaan perlengkapan yang ada dan semua pembayaran-pembayaran di muka, misalnya asuransi dan pajak-pajak.

Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Aktiva berwujud yang digunakan dalam perusahaan, yang sifatnya tetap atau permanen disebut dengan aktiva tetap, kecuali tanah. Aktiva tersebut secara terus-menerus akan susut atau kalau tidak akan berkurang manfaatnya bersama dengan berlalunya waktu. Keadaan yang demikian ini disebut “menyusut”. Jumlah biaya penyusutan untuk satu periode tidak dapat ditetapkan secara pasti, tidak seperti halnya dengan jenis-jenis biaya yang lain.


(47)

2.5.3 Pengertian Bagi Hasil dan Prinsip Bagi Hasil dalam Perbankan Islam

Pengertian bagi hasil:

Lahirnya Bank Islam yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil sebagai alternative pengganti bunga pada bank-bank konvensional yang merupakan peluang bagi umat Islam untuk memanfaatkan jasa bank konvensional. Hal ini merupakan peluang bagi umat Islam untuk memanfaatkan jasa bank seoptimal mungkin. Dengan demikian umat Islam akan berhubungan dengan perbankan dengan tenang tanpa keraguan yang didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat di dalam memobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan ekonomi umat.

Praktek perbankan berdasarkan prinsip bagi hasil dimungkinkan untuk dilakukan di Indonesia setelah diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan (pasal 6 huruf m). ketentuan pelaksanaan mengenai Bank dengan prinsip bagi hasil ini diatur dalam peraturan pemerintah No.7 Tahun 1992. Diperkenankannya bank melakukan kegiatan berdasarkan prinsip bagi hasil, diharapkan akan dapat saling melengkapi dengan lembaga keuangan lainnya yang telah dahulu dikenal dalam sistem perbankan Indonesia. Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil adalah prinsip muamalat berdasarkan syariah Isalm delam melakukan kegiatan usaha bank.

Prinsip bagi hasil dalam Perbankan Syariah:


(48)

b. Menetapkan imbalan yang akan diterima oleh nasabah sehubungan dengan penyelesaian dana pada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja.

c. Menetapkan imbalan yang akan diterima oleh nasabah sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil. Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu:

1. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)

Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Landasan syariah bagi prinsip Al-Musyarakah: a. Al-Qur’an

“Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (Shaad:24)

Ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat an-Nisaa’:12 perkongsian terjadi secara otomatis (jarb) karena waris, sedangkan dalam surat Shaad:24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyari).


(49)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, :Aku ihak ketiga dari dua orang yang berserikat selam salah satunya tidak mengkhianati lainnya.” (HR. Abu Dawud no. 2936, dalam kitab al-Buyu dan Hakim).

Hadist tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambaNya yang melakukan perkongsian selam saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.

c. Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, “Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan dalam beberapa elemen darinya.”

Aplikasi dalam Perbankan Pembiayaan Proyek

Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

Modal Ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank


(50)

melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

Secara umum, aplikasi perbankan dari al-musyarakah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:


(51)

Skema al-Musyarakah

2. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Secara teknis, Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Landasan syariah bagi prinsip Al-Mudharabah: a. Al-Qur’an

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilahkarunia Allah SWT….”(al-Jumu’ah:10)

Nasabah Parsial: Asset Value

Bank Syariah

Parsial

PROYEK USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah)


(52)

“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu….” (al-Baqarah:198)

Surat al-Jumu’ah:10 dan al-Baqarah:198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.

b. Al-Hadist

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR. Thabrani)

c. Ijma

Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutib Abu Ubaid.

Aplikasi dalam Perbankan

Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada:


(53)

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.

b. Deposito special (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Secara umum, aplikasi perbankan al-mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:


(54)

Skema al-Mudharabah PERJANJIAN

BAGI HASIL

Pengembalian Modal Pokok

2.6 Jenis-Jenis Pembiayaan dalam Bank Syariah

Menyediakan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi:

Nasabah (Mudharib)

BANK (Shahibul

PROYEK / USAHA PEMBAGIAN KEUNTUNGAN


(55)

 Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik produksi, perdagangan, maupun investasi.

 Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.

2.6.1 Pembiayaan Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat liquid, piutang dagang, dan persediaan barang yang umumnya terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang dan pembiayaan persediaan.

Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk menandai seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun perdagangan untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan berupa bunga.

Bank syariah dapat memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut, bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan


(56)

nasabah, di mana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul maal). Sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah (trust financing), (Antonio, 1999).

Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara priodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.

1. Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing)

Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang ditimbul akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inflow dan cash outflow pada perusahaan nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan (overdraft facilities) atau biasa yang disebut kredit rekening koran. Atas pemberian fasilitas ini bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas tersebut.

Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus membuka rekening giro, dan bank tidak memberikan bonus atau giro tersebut. Bila nasabah mengalami situasi mitmached, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehingga menjadi negative sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apapun, kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.


(57)

2. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)

Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit, baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja yang dimilikinya.

3. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing)

Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang digunakan untuk mendanai pengadaan persediaan (Inventory Financing). Pola pembiayaan ini pada prinsipnya sama dengan kredit untuk mendanai komponen modal kerja lainnya, yaitu memberikan pinjaman dengan bunga.

Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual beli (Al Bai’) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari supplier secara tunai) barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati bersama, antar bank dengan nasabah.

4. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan a. Perdagangan Umum


(58)

baik pedagang eceran(retailer) maupun pedagang besar (whole seller) pada umumnya perputaran modal kerja perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah persediaan yang cukup, karena barang-barang yang dijual itu sebatas persediaan yang ada atau telah dikuasai penjual.

b. Perdagangan berdasarkan pesanan

Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau di selesaikan di tempat penjual, yaitu seperti perdagangan antar kota, perdagangan antar pulau, atau perdagangan antar negara. Pembeli terlebih dahulu memesan barang-barang yang di butuhkan kepada penjual berdasarkan contoh barang atau daftar serta harga yang ditawarkan, biasanya pembeli hanya akan membayar apabila barang-barang yang telah di pesan diterimanya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan resiko akibat ketidakmampuan penjual memenuhi pesanan, atau ketidaksesuain jumlah dan kualitas barang yang di kirimkan dengan spesifikasi yang di maksud dalm surat penawaran atau pemesanan.

2.6.2 Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi diberikan kepada seluruh nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan, ataupun pendirian proyek baru.

Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah, (Antonio, 1999) 1. Untuk pengadaan barang-barang modal

2. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah 3. Berjangka waktu menengah dan panjang


(59)

Pada umumnya pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan, sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Kemudian, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.

2.6.3 Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.

Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal maupun berupa jasa seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif dan kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa barang seperti makanan, minuman, pakaian, perhiasan, bangunan rumah, kendaraan dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan dan sebagainya.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi lagi menjadi: a. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi: (1) peningkatan produksi, baik secara konsumtif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil


(60)

produksi, dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place

dari suatu barang. b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

2.7 Konsep-Konsep Pembiayaan Bank Syariah

Produk bank syariah yang berkaitan dengan penyaluran dana, dalam istilah bank syariah dikenal dengan pembiayaan (sama dengan kredit dalam istilah bank konvensional) menerapkan beberapa sistem. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR Tgl 12 Mei 1999 Bab VI Pasal 28 tentang kegiatan usaha, disebutkan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dengan kegiatan usahanya yang meliputi:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi: a. Giro berdasarkan prinsip wadiah

Giro wadiah adalah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.

b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Tabungan mudharabah


(61)

merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah, dimana bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana), dimana nasabah akan memperoleh nisbah yang telah disepakati.

c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah

Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah merupakan deposito syariah dimana bank syariah sebagai mudharib (pengelola dana) dan nasabah sebagai shahibul maal (pemilik dana), bank syariah dapat melakukan bermacam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkan, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

2. Melakukan penyaluran dana melalui:

a. Murabahah, yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli, dimana pembayaran murabahah dilakukan dengan cara mencicil pembayaran dengan menyerahkan barang di muka.

b. Istisna, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati antara pemesan dan penjual. Di mana barang diserahkan di belakang, walaupun uangnya dibayar secara mencicil.


(62)

c. Ijarah, yaitu hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang tersebut.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dan atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk mengkaji aset bank syariah, dana pihak ketiga dan prinsip bagi hasil terhadap pembiayaan oleh bank-bank umum syariah di Sumatera Utara.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam peneitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Medan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, dan dari studi kepustakaan, buku literatur, internet, serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 2004-2007 (perbulan).


(64)

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.4 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku diantara aset bank syariah, dana pihak ketiga dan prinsip bagi hasil terhadap pembiayaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan alat analisis ekonometrika yaitu meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS).

Adapun fungsi estimasinya adalah sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3) ..………(1)

Kemudian fungsi tersebut di atas dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut:

Log Y = α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + µ ……….(2)

Dimana :

Y = Pembiayaan yang disalurkan (Miliyar Rupiah) α = Intercept

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi


(65)

X2 = Dana Pihak Ketiga (Miliyar Rupiah)

X3 = Prinsip Bagi Hasil (%)

µ = Term of error

3.5 Hipotesis Model

Berdasarkan model estimasi di atas, maka aplikasi dari hipotesa diatas dapat dituliskan sebagai berikut :

0

1  X

Y

Artinya jika terjadi kenaikan X1 (Total Aset), maka Y(Pembiayaan) naik,

ceteris paribus. 0

2  X

Y

Artinya jika terjadi kenaikan X2 (Dana Pihak Ketiga), maka Y(Pembiayaan)

naik, ceteris paribus.

0

3  X

Y Artinya jika terjadi kenaikan X

3 (Prinsip Bagi Hasil), maka Y(Pembiayaan)

akan turun, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Untuk melihat Goodness of Fit dari hipotesa tersebut maka perlu dilakukan uji statistik, yaitu:


(66)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependen.

Untuk menghitung koefisien determinan, maka digunakan rumus sebagai berikut.

R2 =

2 it 2 it 2 _ it 2 _ it ) ( ) ( ) (           Y Y Y Y Y Y  Keterangan : 2 _ it )

(YY

 = Total Sum of Square (TSS)

2 it )

( 

Y Y = Expained Sum of Square (ESS)

2 it

 = Residual (Unexplained) Sum of Square (RSS)

R2 dikatakan perfect fit apabila setelah dikalkulasi nilai Yit dalam setiap kasus

sama dengan nilai observasinya, Yit Yit

 , setiap it menjadi nol dan ESS juga nol; oleh karena itu RSS = TSS, dan R2 mencapai nilai maksimum yaitu 1. Pada sisi kontras yang lain persamaan estimasi tidak dapat menjelaskan apa-apa dari variasi variabel dependen, nilai RSS sangat tinggi, sehingga dikatakan ESS = TSS, sehingga RSS sama dengan nol dan karena itu 2

R juga akan nol, semakin dekat 2


(67)

kekuatan variabel-variabel independen yang berada didalam model untuk menjelaskan variabel independen.

Ada dua ciri-ciri dari R2yang perlu diperhatikan : a. Jumlahnya tidak pernah negatif (non negative quantity)

b. Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0<R2<1), semakin mendekati 1 berarti semakin besar hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

3.6.2 Uji t-statistik

Reject Ho

Gambar 3.2 Kurva Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian hipotesis secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan dengan menganggap variabel independent lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:


(68)

Ha : bi = b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter

hipotesis, biasanya dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y.

Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini

berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t-hitung =

Sbi b bi ) ( 

Dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 = b1 = b2 = bk……….bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha = b1 = 0………..i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara


(69)

Nilai hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

 

n k

R k R   / 1 1 / 2 2 Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model n = Jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1 – α) 100% sebagai berikut : H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel

Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah suatu fenomena yang terjadi pada model regresi jika dua atau lebih variabel independen cenderung berubah dengan pola yang sama. Variabel-variabel tersebut biasanya punya hubungan yang sangat erat dan tidak mungkin dianalisis secara terpisah pengaruhnya terhadap variabel dependen.

Pengaruhnya terhadap nilai taksiran:

1. Nilai-nilai koefisien tidak menceminkan nilai yang benar.

2. Karena standar errornya tinggi maka kesimpulan tidak dapat diambil melalui t-test. 3. T-test tidak dapat dipakai untuk menguji keseluruhan hasil taksiran.


(70)

4. Tanda yang diharapkan pada hasil taksiran koefisien akan bertentangan menurut teori.

Adapun cara mengatasinya:

1. Salah satu variabel independen jangan diikutsertakan dalam menaksir model. Tetapi harus diperhatikan mungkin variabel tersebut secara teori berhubungan terhadap variabel dependen maka hasil taksiran akan menjadi bias.

2. Mendefinisikan kembali variabel-variabel tersebut. 3. Mencari informasi-informasi teori-teori yang berlaku. 4. Penambahan data-data.

3.7.2 Serial Correlation / Auto Correlation

Auto korelasi terjadi bila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa Error Term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila:

Variabel (ei,ej) ≠ 0, untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah auto

korelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu: Dengan Durbin-Watson (D-W Test)

D-hitung =

 

t e

e et t

2 2 1

Dengan hipotesis sebagai berikut:


(71)

Ha =  ≠ 0, artinya ada auto korelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α.

Hipotesis yang digunakan adalah:

Dimana:

H0 : tidak ada auto korelasi

dw < dl : tolak H0 (ada korelasi positif)

dw > 4-dl : tolak H0 (ada korelasi negatif)

du < dw < 4-du : terima H0 (tidak ada auto korelasi)

dl ≤ dw ≤ du : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ dw ≤ (4-dl) : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)


(72)

3.8 Defenisi Operasional Variabel

1. Pembiayaan adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.

2. Total aset adalah jumlah keseluruhan dana yang dimiliki oleh Bank-Bank Syariah yang ada di Sumut.

3. Dana pihak ketiga adalah dana simpanan nasabah dalam bentuk giro wadiah, deposito mudharabah dan tabungan.

4. Prinsip bagi hasil adalah penetuan besarnya Rasio / nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.


(1)

LAMPIRAN 1

Perkembangan Jumlah Pembiayaan, Total Aset, Dana Pihak Ketiga, Prinsip Bagi

Hasil

Bank Syariah di Sumatera Utara

Bulan Pembiayaan

(Y)

Total Aset

(X

1

)

Dana Pihak

Ketiga (X

2

)

Bagi Hasil

(X

3

)

Januari-04 19550455 42950739 39271474 13.03

Februari-04 19755759 43489153 39908628

13.16

Maret-04 20204961 43474208 39763533 13.22

April-04 20679597 44043874 40217169 15.79

Mei-04 21786341 45412198

40874381 15.79

Juni-04 22327451 46385241

41372907 15.39

Juli-04 22897256

46758946

41682145 15.41

Agustus-04 23292476 47251398 41973151

15.49

September-04 24423959

48719791 43555485

15.49

Oktober-04 24282416 47685307 42686349

15.65

November-04 24740382 48050193 42587255

17.35

Desember-04 26250977 51117284 45196054

17.59

Januari-05 25755299 49837627 44057634 17.72

Februari-05 26716964 50328804 44088956

17.88

Maret-05 27594807 51940476 45011892 17.88

April-05

28169917

53109700

45751699

17.74

Mei-05 29605865 53036904

45253780 17.63

Juni-05 30338544 54665437

46438885 17.87

Juli-05 30582987

54835216

46773495 17.87

Agustus-05 31892419 56184633 47573797

17.57

September-05 32932155

58981408 50171813

16.84

Oktober-05 33543579 58735934 49662745

16.92

November-05 33649652 59562572 50484401

16.00

Desember-05 35144544 62144489 52093044

16.16

Januari-06 34515177 61937146 51378023 16.00

Februari-06 3458463 61358386 51169184 15.50

Maret-06 35374333 63435931 52101167 15.59


(2)

Mei-06 36349366 64595682

52973676 15.67

Juni-06 37003180 66130936

53917346 15.67

Juli-06 37222545

66719354

54241065 15.84

Agustus-06 37959523 68189610 55604036

15.97

September-06 39093668

70529210 57304422

16.38

Oktober-06 39013844 70837013 57687766

16.85

November-06 39816600 71513893 58333696

17.75

Desember-06 41110059 73113720 60124349

17.84

Januari-07 39759283 71369790 59300063 17.85

Februari-07 40185085 71292620 57660882

17.97

Maret-07 41285004 73435174 60554769 18.52

April-07 41529389 73881679 61068292 18.64

Mei-07 43117681 74209831

60693651 18.71

Juni-07 44598302 74331062

62325171 18.86

Juli-07 46232953

77020345

63538396 18.93

Agustus-07 46699371 78249988 64422703

19.01

September-07 48767329

81301147 66942447

19.26

Oktober-07 50287202 84072282 68329195

19.34

November-07 52513293 86854428 69526456

19.54

Desember-07 53884646 87070623 70997709

19.78

Sumber : Indikator Pokok Bank Umum Syariah, (Bank Indonesia,2008)


(3)

LAMPIRAN 2

LY= -39331.63 + 1.299106848*X1 + 0.924992198*X2 – 1.329630024*X3

Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 18:31 Sample: 2004:12 2007:12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -39331.63 654853.1 -0.060062 0.9525

LX1 1.299107 0.063855 20.34464 0.0000

LX2 0.924992 0.084620 10.93113 0.0000

LX3 -1.329630 0.266577 -4.987790 0.0000

R-squared 0.983928 Mean dependent var 29746121 Adjusted R-squared 0.983376 S.D. dependent var 8266141. S.E. of regression 672775.6 Akaike info criterion 29.77802 Sum squared resid 1.49E+13 Schwarz criterion 29.95217 Log likelihood -546.8933 F-statistic 1800.534 Durbin-Watson stat 1.757455 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 03/16/09 Time: 17:23 Sample: 2004:01 2007:12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.137704 0.304685 -13.58025 0.0000

LX2 1.226519 0.435125 2.818774 0.0312

LX3 0.102242 0.531473 0.192375 0.5422

R-squared 0.533754 Mean dependent var 17.91970 Adjusted R-squared 0.523470 S.D. dependent var 0.205638 S.E. of regression 0.016618 Akaike info criterion 5.295017 Sum squared resid 0.012150 Schwarz criterion 5.176923

Log likelihood 127.4329 F-statistic 35.00102

Durbin-Watson stat 1.536038 Prob(F-statistic) 0.001253


(5)

LAMPIRAN 4

Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 03/16/09 Time: 17:23 Sample: 2004:01 2007:12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.479921 0.207388 16.77979 0.0000

LX1 0.809896 0.409987 1.975419 0.1165

LX3 -0.086729 0.125299 -0.692180 0.3534

R-squared 0.483888 Mean dependent var 17.75417 Adjusted R-squared 0.493610 S.D. dependent var 0.168929 S.E. of regression 0.013503 Akaike info criterion 5.710047 Sum squared resid 0.008023 Schwarz criterion 5.591952

Log likelihood 137.1861 F-statistic 35.77549

Durbin-Watson stat 1.544315 Prob(F-statistic) 0.001537


(6)

Dependent Variable: LX3 Method: Least Squares Date: 03/16/09 Time: 17:24 Sample: 2004:01 2007:12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.00188 2.375853 5.051608 0.0000

LX1 1.892029 1.582424 1.195652 0.0422

LX2 -2.430554 2.708988 -0.897220 0.5313

R-squared 0.258339 Mean dependent var 2.753988 Adjusted R-squared 0.224627 S.D. dependent var 0.081182 S.E. of regression 0.071485 Akaike info criterion 2.376957 Sum squared resid 0.224845 Schwarz criterion 2.258863

Log likelihood 58.85849 F-statistic 7.663155

Durbin-Watson stat 1.333239 Prob(F-statistic) 0.001395