4.1.4 Eksistensi Perbankan di Sumatera Utara
Berdasarkan fungsinya sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat, peranan bank sangat strategis dalam menentukan jalannya roda perekonomian daerah.
Oleh karena itu, segala permasalahan yang menyangkut perbankan harus segera diatasi dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang moneter, perbankan, dan
perkreditan dalam mencapai sasaran makro ekonomi. Kebijakan dalam perbankan terutama pada nasabah-nasabah pemberian kredit modal pada dunia usaha perlu
dilakukan secara hati-hati, namun harus mengalir untuk menghidupkan dunia usaha. Permasalahan perbankan di Sumatera Utara hampir sama dengan permasalahan
perbankan di Indonesia. Sejak krisis moneter dan ekonomi melanda Indonesia cukup banyak jumlah bank yang dilikuidasi atau Bank Take Over BTO di Sumatera Utara.
Pada umumnya bank yang ditutup oleh Pemerintah Pusat ini memiliki kantor cabang atau kantor cabang pembantu di Sumatera Utara. Kebijakan pemerintah menaikkan suku
bunga yang relative tinggi tahun 1998 dan 1999 cukup menyulitkan pihak bank untuk menyalurkan kredit karena ketidaksanggupan pengusaha untuk meminjam dengan bunga
yang tinggi. Hal ini menimbulkan apa yang dinamakan dengan negative spread di mana bank harus membiayai sendiri bunga simpanan dari nasabahnya.
Untuk memperbaiki kondisi perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang mulai beroperasi bulan Februari 1998. Dalam
bulan Februari terdapat 54 Bank mencakup 40 dari seluruh simpanan yang ada dalam perbankan pada waktu itu , yang dialihkan pengawasannya dari Bank Indonesia ke
Universitas Sumatera Utara
BPPN. Dari 54 bank tersebut, manajemen tujuh bank diambil oleh BPPN dan tujuh bank ditutup oleh pemerintah.
Peran bank dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sangat penting, artinya untuk mendukung program pemerintah dan memperlancar modal usaha,
bank yang ada di Sumatera Utara telah menyalurkan kredit yang cukup besar. Pada tahun 2006, jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan di Sumatera Utara sebesar
42.119 milyar, yaitu dari Bank Umum Pemerintah sebesar 51.05, Bank Swasta Nasional 39.89 dari Bank Perkreditan Rakyat BPR 0.70 dan dari Bank Asing
Campuran 8.35. Perhimpunan dana rupiah dan valuta asing yang terkumpul oleh bank dari
masyarakat pada tahun 2006 berjumlah 60.084 milyar. Bank umum pemerintah menerima tabungan dari masyarakat sebesar 42.71, bank swasta nasional menyerap
tabungan masyarakat sebesar 49.75, bank asing dan ampuran 7.59, sedangkan BPR hanya 0.48.
Tabel 4.3 Perbandingan Dana yang Dihimpun dan Disalurkan serta Persentase
Penyalurannya oleh Bank di Sumatera Utara Tahun 2002-2008 Rp
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional
Tahun Dihimpun Disalurkan Persentase Dihimpun Disalurkan Persentase triliun Rp
triliun Rp Penyaluran
triliun Rp triliun Rp
Penyaluran 2002 5.03 6.58
130.82 4.97
3.55 71.43
2003 9.57 8.25 86.21
10.84 2.16
19.93 2004 9.70 5.20
53.61 13.22
1.15 8.70
Universitas Sumatera Utara
2005 11.92 5.01 47.03
14.44 2.17
15.03 2006 14.63 7.78
53.18 15.87
3.53 22.24
2007 15.63 8.85 56.62
17.37 4.93
28.38 2008 17.77 9.20
51.77 20.05
7.55 37.66
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, BI. 2008 Jika dicermati bank pemerintah lebih diminati pengusaha untuk permodalan dari
pada bank lain, dan di sisi lain bank swasta lebih diminati masyarakat dari pada bank pemerintah untuk menabung.
4.1.5 Perkembangan Kantor