Landasan Konsep dan Teori

a. Dapat mengenal citra luhur dari kekayaan kebudayaan daerah yang menjadi harta warisan bangsa yang patut di kenal, dicintai serta di pelihara khususnya budaya melayu deli yang ada di Medan dan sekitarnya. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan serta dipertimbangkan untuk bagaimana mekanisme mempertahankan harta warisan tersebut di tengah-tengah kancah modernitas di zaman ini. c. Bagi suku melayu deli sendiri yang berada di Medan dan sekitarnya termotivasi untuk memahami makna-makna kandungan di setiap konteks ornamen yang ada pada melayu sendiri. d. Aspek timbal balik terhadap suku-suku yang lain agar bagaimana memelihara nilai-nilai luhur yang patutnya menjadi perspektif konsep hidup sebagai manusia yang berbudaya.

1.3.2.1.3 Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan bagi penulis sebagai bahan masukan dalam kajian tentang ornamen-ornamen yang ada di wilayah Nusantara ini. b. Menambah wawasan untuk melihat aspek budaya yang perlu dipertahankan mencakup teori-teori dari literatur yang digunakan. c. Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk lanjutan pengembangan penelitian berikutnya terhadap aspek karakteristik ornamen yang sedang diteliti.

1.4 Landasan Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang dapat di tangkap penglihatan dan dirasakan dengan sentuhan rabaan. Kesan Universitas Sumatera Utara ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, ruang, bentuk, volume, tekstur dan warna, terang-gelap dengan acuan estetika. Seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan media bersifat material dan penataan elemen serta menggunakan prinsip-prinsip desain. Ketentuan rupa bukan sekedar benda yang dapat terlihat atau sengaja dilihatkan, akan tetapi terjadi presentasi dari konsep ide dan gagasan untuk mencapai nilai-nilai tertentu. Ornamen merupakan hasil dari presentatif dari sesuatu sehingga mencapai kualitas bentuk. Kehadiran bentuk terinspirasi dari segenap alam semesta yang telah terjadi pendeformasian deformatif = perobahan bentuk dari bentuk asalnya. Sensasi bentuk-bentuk baru sebagai wujud imitatif alam difungsikan untuk mendapatkan rasa kenikmatan penglihatan. Kehadiran ornamen berupaya melengkapi sesuatu agar mendapatkan keindahan dalam rangka menciptakan kualitas atau meningkatkan nilai-nilai bentuk. Pengertian ornamen adalah mempercantik atau memperindah sesuatu agar mendapatkan nilai artistik. Kata “ornament Verb” berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti “ragam hias“ dan dalam bahasa belanda “siermotieven” yang berarti “aneka corak “ Ekoprawoto, Amran, Ragam Hias sebagai Media Ungkap Makna Simbolik: 2009, 9. Menurut Gustami bahwa pengertian ornamen adalah : Pengertian umum bahwa ornamen ini sangat besar, hal ini dapat di lihat melalui penerapannya di berbagai hal meliputi segala aspek kebutuhan hidup manusia Universitas Sumatera Utara baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau di sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghias yang implisit menyangkut segi-segi keindahan, misalnya untuk menambahkan indahnya sesuatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, akibatnya mempengaruhi pula dalam segi penghargaannya baik dari segi spiritual maupun segi material finansialnya. Disamping itu di dalam ornamen sering ditemukan pula nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup filsafat hidup dari manusia atau masyarakat penciptanya, sehingga benda-benda yang dikenai oleh sesuatu ornamen akan arti yang lebih jauh dengan disertai harapan-harapan tertentu pula. Amran, dari gustami : seni ukir dan masalahnya, jilid II, STSRI-ASRI 1983- 19840. Ornamen yang ada di setiap bahagian masjid Al-Mashun atau yang di kenal dengan masjid raya Medan ini, memiliki nilai-nilai keindahan yang pantas mendapatkan kualitas keagungan. Disamping corak dan gaya, ornamen tersebut dipahami sebagai wujud bentuk untuk menandai penghargaan tertinggi buat Masjid Al-Mashun. Ornamen yang diketahui sebagai penghias dan pelengkap untuk memberikan nilai keindahan pada sebuah media, dalam hal ini kajian seni rupa yang mengukur unsur bentuk, media, tekstur, motif atau tipe, warna bahkan sampai pada tafsir makna. Dibagian badan masjid Al-Mashun terdapat corak ornamen dengan berbagai motif. Dengan pemahaman agama Islam yang benar bahwa setiap unsur yang terdapat pada masjid di peroleh dari pertimbangan Islam. Universitas Sumatera Utara Jadi ornamen-ornamen yang di buat tidak hanya memperhitungkan keindahan belaka, akan tetapi sarat dengan nilai-nilai agama Islam, dan sebagai lambang pencitraan penguasa. Mungkinkah hal itu terdapat demikian sebagai landasan cipta rasa yang di bangun oleh Kesultanan. Dengan mengupas bentuk dan makna yang terkandung di setiap pola-pola ornamen yang ada, dari sudut keilmuan seni rupa tentunya, akan memberikan jawaban yang lebih terfokus. Sejarah menyebutkan bahwa proses pembangunan masjid Al-Mashun telah ditentukan oleh Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah sendiri. Pada masa itu kesultanan tidak memiliki arsitek khusus dari Bangsa Melayu yang mampu membangun sesuai dengan keinginan. Kesultanan harus meminta seorang arsitek Belanda bernama T.H. Van Erp. Arsitek ini adalah seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL yang banyak mendesain bangunan-bangunan besar di Jakarta. Karakter merupakan kecenderungan sifat atau bentuk dalam pendekatan kemiripan, kekhasan, kesamaan makna, individual. Dari pandangan umum ornamen yang ada di setiap bagian Masjid Al-Mashun tentunya memperindah bangunan masjid. Karakternya tentu menambah kekuatan nilai estetikanya sehingga didapati nilai keindahan, kelembutan, keceriaan, kemewahandan kemegahan. Dari tampilan karakter inilah dapat dianalisa kandungan makna apa yang dapat nantinya diketahui.

1.4.2 Teori

Universitas Sumatera Utara Sebagaimana pokok masalah yang telah menjadi acuan penelitian ini yaitu: 1 latar belakang sejarah Kesultanan Deli Untuk menghiasi masjid Al-Mashun mengambil sejumlah ornamen bergayakan Negara-negara Islam, 2 tidak mendominasikan Khas motif-motif melayu asli, dan 3 kesimpulan tujuan ornamen keseluruhan sebagai konsep satu makna, dengan demikian penulis harus dapat memegang acuan teoritis yang terkait pada pokok masalah. Beberapa teori yang tepat digunakan sesuai pada pokok masalah adalah beberapa pendekatan teori, seperti teori antropologi dan teori semiotika. F. Ratzel 1844-1904, teori difusi, yang pernah mempelajari berbagai bentuk senjata busur diberbagai tempat di Afrika, dan juga unsur-unsur kebudayaan lain, seperti bentuk rumah, topeng, pakaian dan lain-lain. Beliau menemukan adanya persamaan bentuk dari wujud kebudayaan saling berhubungan. Dalam kajian kebudayaan tentu adanya hubungan yang tidak dapat dipungkiri karena aspek adat istiadat merupakan bentuk sosial komunitas yang tercampur Koentjaraningrat, sejarah teori antropologi I : 111,2010 Kebudayaan Melayu adalah budaya yang mengusung nilai-nilai agama Islam sehingga aspek keseniannya harus berlandaskan dan pertimbangan dari agama tersebut. Ornamentasi yang di pakai di masjid Al-Mashun merupakan corak perpaduan ornamen dari Negeri luar yang masih berkaitan dengan agama Islam. Keindahan karya seni rupa dari ornamen tersebut tidak sekedar hanya mempercantik masjid Al-Mashun saja, akan tetapi memberikan sesuatu di balik bentuk-bentuk dan penempatan nya yang sesuai terisi kandungan makna tertentu. Universitas Sumatera Utara Kemaknaan ini dipertimbangkan sesuai dengan pandangan agama Islam. Pengkomposisian letak, ukuran, media tentu telah diperhitungkan secara matang oleh pihak Kesultanan. Penulis berupaya membuka tanda-tanda dari bentuk- bentuk sederetan ornamen yang ada. Mengupas makna dari tanda-tanda yang beragam wujud dari setiap elemen corak. Tentu akan mendapatkan sebuah prakira bahwa pembuatan ornamen di masjid Al Ma’shun Medan ini apakah telah menendai makna yang menyeluruh, yakni apakah cenderung memberikan identitas nilai-nilai kebudayaan melayu deli, karena kita juga tahu bahwa ada ornamen lokal asli yang dimiliki oleh suku budaya melayu sendiri. Koentjaraningrat menyebutkan yang berhubungan dengan fakta kejadian, gejala masyarakat yang dapat di usut secara ilmiah dengan metode observasi, mengelola, melukiskan fakta yang tejadi dari masyarakat yang hidup. Dengan ini penulis mencoba menghubungkan sepintas kesejarahan agar hubungan apa yang dijadikan sumber kajian merupakan faktuil yang dapat sebagai informasi ilmiah yang berharga. Sejarah yang terkait dalam kajian ini melingkupi Kebudayaan melayu deli sebagai arah untuk melihat pendekatannya terhadap kesenian yang digunakan. Sejarah merupakan rentang benang merah yang harus dihubungkan untuk mendapatkan alur kajian ini namun demikian ada yang dikonsentrasikan penuh sebagai titik analisis ini yaitu makna dari karakteristik ornamen. Sesuai dengan maksud sasaran penelitian ini maka penulis mengintensitaskan kepada makna atau kajian semiotika. Universitas Sumatera Utara Sejumlah pakar semiotika mengemukakan teori-teori untuk mengkaji persoalan tanda. Penulis hanya memilih seorang tokoh semiotika yaitu Charles Sanders Peirce. Beliau menyatakan tanda adalah mewakili sesuatu bagi seseorang berikutnya mengaitkan hubungan secara konvensi. Tanda tidak pernah berupa suatu entitas sendirian, yaitu memiliki ketiga aspek. Berdasarkan objeknya Peirce membagi tanda atas icon ikon, index indeks, dan symbol simbol. Ikon adalah hubungan yang bersifat bersamaan bentuk alamiahnya. Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab akibat. Contoh adanya asap tentu adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah penanda dengan petandanya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi kesepakatan masyarakat. Ornamen merupakan bahasa visual dalam kelompok simbol. Di dalamnya ada kaitan bentuk-bentuk sederhana yang bertujuan mendapatkan pemikiran yang sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif alamiah mengisyarakatkan atau mengartikan sesuatu sebagaimana kaidah kultural. Piece juga mengembangkan tanda menjadi sepuluh. Kaitannya dengan kajian penulis adalah ornamen maka yang lebih dekat yaitu Iconic Legisign, dan Rhematic Symbol.

1.4.2.1 Teori Difusi.

Universitas Sumatera Utara Dalam kajian kebudayaan keterikatan relasi manusia dan alam sekitarnya tidak terlepas bagaimana manusia berinteraktif serta melakukan upaya mempertahankan kehidupan yang berkelanjutan. Pesebaran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi manusia, akan menularkan atau mempengaruhi budaya sebelumnya pada daerah yang baru dihuni. Sebaliknya pendatang yang membawa budaya dari luar atas bentuk interaksi sosial juga terpengaruh. Saling mempengaruhi ini sehingga menumbuhkan budaya campuran di sebut dengan Difusi. Kontribusi wilayah kajian difusi bukan terhadap aspek historis budaya melainkan geografi budaya. Graebner seorang difusioner menyatakan bahwa semua regularitas proses budaya merupakan hukum dari kehidupan mental dan studi tentang ini dapat dilakukan melalui psikologi budaya. Studi psikologi budaya lebih kearah survival kelestarian budaya dari tempat satu ketempat yang lain. Survival budaya berarti ketahanan, dan itu bukan persoalan fungsi semata. Survival sebuah daya eksistensi budaya. Survival tidak lain merupakan daya tahan budaya tersebut setelah mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga menimbulkan makna baru. Setelahnya makna baru tersebut tak lain merupakan fungsi baru budaya tersebut. Perluasan perkembangan agama Islam setelah mulai masuk ke Indonesia, terjadi sirkulasi budaya pendatang dan budaya asli lokal. Islam sebelum menanamkan akar ajarannya kemasyarakat, terlebih dahulu mempelajari sifat budaya lokal. Dengan berdagang dimulailah kontak sosial. Kepentingan pokok Universitas Sumatera Utara hidup adalah kepentingan sosial secara umum. Kontak sosial seperti ini mendapatkan gambaran budaya lokal, tentu menjadi sebuah celah untuk menyusupkan ajaran-ajaran dengan cara berdakwah. Berawal ajaran Islam menenamkan Tauhid mengenal Allah yang patut di sembah, semula menstirilisasi atau mengakumulasikan budaya lokal yang dapat sebagai jembatan untuk memahami ketauhidan tersebut. Langkah berikutnya kebudayaan Islam mulai disisipkan sedikit demi sedikit. Dalam hal ini terjadi akulturasi yang terkadang lebih kompleks serta akhirnya membentuk Multikultural. Penulis berupaya untuk melihat alur kebudayaan sejauh yang dapat diketahui dengan harapan mendapatkan mata rantai sejarah dan tentunya terkait hubungan kuat dalam penelitian ini.

1.4.2.2 Teori Semiotika

Dalam mengkaji bentuk-bentuk ornamen masjid Raya Al-Mashun Medan dibutuhkan penelaahan dari kaca mata seni rupa yang mengupas kandungan makna yang ada didalamnya. Penulis memfokuskan terhadap kajian semiotika atau teori tanda dalam usaha untuk memahami kandungan makna apa yang ada didalam ornamen-ornamen di masjid Raya Al-Mashun Medan. Penulis harus memilih teori yang cukup dekat dengan kajian penelitian ini, penulis memilih teoritis yang tepat adalah Charles Sanders Peirce yang mengemukakan tentang tanda. Tanda adalah bahasa, ornamental yang ada di masjid Raya Al-Mashun tersebut bukan sekedar persoalan bentuk-bentuk yang Universitas Sumatera Utara indah. Bentuk-bentuk tersebut di rancang atas konsep ide yang membutuhkan maksud dan tujuan. Gagasan penciptaan visual art seni rupa tentu dilandasi konsep yang mengaitkan maksud yang akan di capai oleh media sebagai hasil karya seni. Maksud sebagai tujuan gagasan itulah adalah isyarat, Peirce menyebutnya sebagai bahasa. Tentu bahasa inilah kontens makna yang dipresentatifkan oleh Peirce sebagai sasaran. Menurut Peirce, Semiotika bersinonim dengan logika, manusia hanya berpikir dalam tanda. Tanda dapat dimaknai sebagai tanda hanya apabila ia berfungsi sebagai tanda. Fungsi esensial tanda menjadikan relasi yang tidak efisien menjadi efisien baik dalam komunikasi orang dengan orang lain dalam pemikiran dan pemahaman manusia tentang dunia. Tanda menurut Pierce kemudian adalah sesuatu yang dapat di tangkap, representatif, dan interpretatif. Bagi Peirce, tanda “ is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh pierce disebut Ground. Konsekwensinya, tanda sign atau representamen, selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, objek, dan interpretant, yang dikenal sebagai triangle meaning. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. triangle meaning Pierce mengklasipikasikan tanda yang dikaitkan pada ground dan menjadi tiga bagian yakni, qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda misalnya, kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia Sobur,Alex, 2004:41. Charles Sanders Peirce menyatakan tanda adalah mewakili sesuatu bagi seseorang berikutnya mengaitkan hubungan secara konvensi. Tanda tidak pernah berupa suatu entitas sendirian, yaitu memiliki ketiga aspek. Berdasarkan objeknya Peirce membagi tanda atas icon ikon, index indeks, dan symbol simbol. Ikon adalah hubungan yang bersifat bersamaan bentuk alamiahnya. Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab akibat. Contohnya adanya asap tentu adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah Universitas Sumatera Utara penanda dengan petandanya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi kesepakatan masyarakat. Ornamen merupakan bahasa visual dalam kelompok simbol. Di dalamnya ada kaitan bentuk-bentuk sederhana yang bertujuan mendapatkan pemikiran yang sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif alamiah mengisyarakatkan atau mengartikan sesuatu sebagaimana sistem kultural. Piece juga mengembangkan tanda menjadi sepuluh. Kaitannya dengan ornamen yang lebih dekat adalah Iconic Legisign, dan Rhematic Symbol. Iconic Legisign yakni tanda yang mendekati kemiripan, misalnya foto, diagram, peta, serta tanda baca. Ornamen adalah representatif bentuk yang telah berobah dari bentuk-bentuk alamiah seperti tumbuhan, makluk hidup, alam benda dan fenomena alam semesta. Kaitan tanda terhadap objek visual terkadang jauh dari kemiripan, namun ide akar dasarnya terjadi atas konsepnya. Rhematic Symbol atau symbolik rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya seseorang akan mengatakan harimau apabila melihat kain beludru bercorak belang hitam berdasar kuning. Asosiasi tanda ini karena telah mengenal betul subjek yang dipahami. Ornamen masjid Al-Mashun Medan dengan sejumlah tipe ornamen, jika di lihat jauh setiap bagian bentuknya akan terdapat objek-objek yang dapat dikelompokkan kepada sesuatu benda atau sifatnya. Penulis melihat ornamen sebagai bagian seni yang istimewa, sehingga menjadi persoalan pada penelitian ini. Penelitian ini terletak pada seluruh aspek yang melekat terhadap ornamen kajian seni rupa, tentunya keterkaitan media Universitas Sumatera Utara seperti latar belakang penciptaan sumber ide, bahan yang digunakan, teknik pembuatan, praktisi dan berikutnya kepada makna. Unsur rupa yang terdapat di setiap elemen ornamen adalah menjadi kajian penelitian. Setiap bagian ornamen terdapat bagian-bagian yang menjadi bagian keseluruhan. Bagian ini dapat digolongkan yakni, bagian utama main, bagian pendukung second, bagian pelengkap complement. Bagian utama melingkupi gambar, bentuk, media, ukuran yang berhubungan dengan vocal point atau sasaran yang diutamakan yang harus didiskripsikan. Presentasi analisa harus mendapatkan faktor yang dapat dipahami oleh umum. apabila penulis tidak melihat kategori umum atau hanya penulis saja yang dapat memahami, di kwatirkan akan membuat persepsi baru. Kategori umum ini dapat di lihat berdasarkan konsep Iconic Legisign. Bagian pendukung melingkupi bagian-bagian yang di anggap penulis sebagai pendamping sehingga media atau objek terasa dilebihkan. Meski terkadang pendukung ini manjadi hal terpenting, di lihat dari elemen yang di gunakan, misalnya ornamen bunga mawar sebagai objek, tanpa lengkap adanya daun dan tangkai. Daun-daun dan tangkai tersebut begitu pentingnya terhadap kembang mawar. Dengan adanya kelengkapan keseluruhan maka utuhlah bunga mawar tersebut meski di lain hal tanpa daun dan tangkai pun bunga mawar ini tetap menjadi vocal point. Bagian pelengkap diartikan juga sebagai bagian pengisi atau pendamping. Biasanya diletakkan pada latar belakang apabila ornamen berbentuk gambar baik pada dataran rata mau pun dataran tidak rata relief. Pelengkap ini cenderung Universitas Sumatera Utara lebih memadatkan atau memberikan ruang seakan penuh. Nilai tambah terhadap ornamen menjadi lebih, kemewahan dapat terbantu.

1.4.2.3 Teori Seni Rupa visual art

Untuk menganalisis struktur bentuk ornamen beserta aspek lainnya dalam kaitan penelitian ornamen masjid Al-Mashun Medan ini, tentunya penulis menggunakan ayakan teori seni rupa. Aspek kaitannya terhadap bentuk, media, ukuran, warna, tekstur, letak, serta konsep desain. Seni rupa digolongkan pada dua sifat dari presentatifnya. Yang pertama adalah seni rupa hanya untuk ekspresi, sehingga setiap karya yang dihasilkan digolongkan pada seni murni. Murni berarti tidak dilatar belakangi kehendak tertentu yang bersifat pada kegunaan. Seperti karya lukis, patung, dan relief. Yang kedua adalah seni rupa terapan atau di buat sengaja untuk difungsikan atau bersifat kegunaan. Pada dasarnya semua manusia memiliki sense of beauty yaitu dapat merasakan keindahan terhadap sesuatu. Keindahan ini bersifat subyektif sehingga kwalitas keindahan tidak di ukur dengan satu cara. Banyak aspek yang dapat di lihat untuk mendapatkan velue estetika didalamnya serta pertimbangan wujud objek sebagai hasil yang di capai. Proses penciptaan juga mendapatkan pertimbangan yang kuat dalam kontribusi nilai karya, terutama pelaku utama sebagai orang yang menciptakan. Derajat atau martabat karya lebih banyak bersentral terhadap bagaimana seseorang memulai sebuah proses penciptaan dengan menyinggung sejumlah latar belakangnya. Perhitungan nilai tinggi rendahnya yang ditemukan di dalam sebuah karya seni rupa terletak pada gagasan ide yang mencerminkan daya serap Universitas Sumatera Utara seseorang memahami lingkungannya. Untuk mengkaji sejarah terkadang orang- orang yang berkaitan langsung terhadap hasil sebuah karya seni hampir tidak diketemukan. Banyak para pakar antropologi tidak banyak menemukan missing link siapa sebenarnya yang membuat atau yang menciptakan ornamen-ornamen yang sangat indah itu. Hanya ada beberapa bangsa saja menuliskan orang-orang yang membuat karya-karya fenomenal tersebut. Pastinya mereka adalah manusia sebagai makluk hidup, memiliki nilai-nilai luhur yang diemban karena mereka memiliki hubungan saling merasakan di dalam konteks kepentingan yang sama. Keindahan menurut bangsa Yunani adalah sesuatu yang logis di cerna oleh panca indra untuk mendapatkan kebaikan. Plato sendiri menyebutkan watak yang indah termasuk juga hukum yang indah. Sementara Aristoteles merumuskan keindahan segala sesuatu yang baik serta menyenangkan. Bangsa Yunani mengatakan keindahan dalam arti estetis disebut symmetria untuk keindahan berdasarkan penglihatan pada karya pahat dan arsitektur. Menurut bangsa Yunani keindahan dalam arti luas meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual web,2012. Sifat manusia mencari kenikmatan hidup lewat rasa keindahan sudah merupakan lahiriah yang sudah ada dalam diri setiap orang. Pemahaman keindahan dalam diri manusia merupakan kodrati alamiah. Manusia dapat merasakan esensi keindahan di balik bentuk-bentuk seni dengan menelaah bagian- bagian tertentu yang dapat membangkitkan sense of beauty. Hubungan merasakan keindahan lewat karya seni di bangun oleh pengalaman hidup seseorang untuk menangkap sesuatu di sekitar lingkungannya. Sebagai pengalaman batin Universitas Sumatera Utara keindahan tersebut membentuk manusia untuk berkarya, maka lahirlah ungkapan melalui seni. Pembagian keindahan memang cukup luas dan jawabannya beragam pernyataan. Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan sebagai sifat obyektif dari bentuk l’esthetique est la science du beau. Lipps berpendapat bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyektif atau pertimbangan selera die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des schones, web,seni dan estetika,2012. Keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang ditemukan terhadap sesuatu hal, apakah bersifat yang tampak, di dengar, di sentuh dan lain sebagainya. Bagian kwalita seni rupa mencakup kesatuan unity, keselarasan harmony, kesetangkupan symetry, keseimbangan balance dan perlawanan contrast. Yunity atau sering di sebut dengan perpaduan seluruh kapasitas seni yang terbangun di dalam sebuah karya seni rupa. Kesatuan ini mencakup media, bentuk seni, makna serta konsep yang terpadu. Harmoni atau keselarasan atau keserasian, bahwa dalam karya seni rupa dapat menunjukkan bagian-bagian penting dan tidak penting sehingga diketahui mana yang harus memberikan nuansa estetika. Symetry adalah kesetangkupan. Pengertiannya adalah seluruh kapasitas objek seni saling terkait dan berhubungan. Balance atau keseimbangan adalah ukuran tata letak objek, tekanan warna dan lain sebagainya. Pertimbangan estetika seringkali berpusar pada persoalan keseimbangan. Namun banyak juga teori tidak mempersoalkannya, karena hal itu dikaitkan pada norma realisme sedangkan Universitas Sumatera Utara karya abstrak sering tidak memperdulikan persolan keseimbangan. Contrast atau perlawanan dapat berupa objek maupun konsep. Pertimbangan membuat karya dalam karya seni rupa tidak hanya mengukur nilai estetika semata, tetapi harus dilalui dengan ukuran logika. Konsep alamiah yang terkait antara manusia dengan lingkungannya tidak akan terlepas hubungan secara rasional. Salah satu contoh ketika manusia butuh perlindungan atau tempat tinggal. Sebelumnya manusia memahami kepentingan dirinya dengan sesuatu diluar dirinya salah satu contohnya seperti cuaca. Dengan pengalaman hidup dari gejala alam sehingga manusia harus beradaptasi dengan mengikuti keadaan yang ada disekitarnya. Maka tempat tinggalnya disesuaikan sebagaimana dapat melindungi mereka dari sifat-sifat alamiah yang mengharuskan manusia berpikir dan bertindak sesuai kehendak alam. Dengan demikian manusia harus merancang tempat tinggalnya layaknya sebagaimana dapat melindungi keluarganya dan disesuaikan pada konstruksi yang memadai. Tentunya logika ini dipakai untuk mendesain agar bentuk yang diinginkan harus layak difungsikan. Konteks penelitian ini tertuju pada ornamen masjid Al-Mashun dan kandungan maknanya, maka jika dilihat bahwa seluruh imajinasi yang ada pada setiap wujud ornamen tidaklah sesederhana yang dibayangkan oleh segelintir orang. Ornamen- ornamen yang berada dimasjid Al-Mashun Medan kelihatannya memang sangat indah, tetapi kita juga harus sadar bahwa setiap objek ornamen yang melekat dilalui dengan hukum logika. Logika dalam hal ini tentunya adalah Desain. Desain atau merancang tidak terlepas dari sejumlah program atau perencanaan yang akan dibuat atau diaplikasi kemedia yang seharusnya. Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian