Aspek sosial MAKNA ORNAMEN MASJID AL-MASHUN

Penulis telah melakukan observasi bentuk dari berbagai sumber, kemudian untuk mendapatkan kunci arti atau makna yang terkandung di dalam setiap ornamen atau keseluruhan ornamen adalah adanya keterkaitan keinginan Sultan.

5.2 Aspek sosial

Proses penciptaan dan hasil seni yang dilahirkan adalah sesuatu yang tidak lepas dari manusia bagaimana berkehendak atas nilai-nilai kehidupan. Kehadiran ornamen sebagai hasil daya cipta manusia atas pemahaman dalam nilai-nilai kehidupan secara estetika, disisi lain ada sebuah nilai sebagai sumber yang paling mengikat. Hubungan kekerabatan dan komunikasi sosial membentuk manusia menempatkan keistimewaan jati diri merupakan sikap otoritas. Otoritas ini menunjukkan adanya keakuan yang patut mendapatkan pengakuan oleh setiap orang. Pengakuan ini merupakan sebuah pernyataan publik bahwa keberadaan masyarakat yang menjunjung tinggi sebuah kedaulatan, martabat dan kemanusiaan. Ornamen tidak sekedar sesuatu yang dinikmati sebagai karya seni, akan tetapi sebuah ungkapan logis yang dirangkaikan pada kenyataan lingkungan sosial. Wajar saja kaum petani akan lebih akrab pada sebutir padi dari pada kail pancing sebagaimana hubungan dari masyarakat pantai. Keistimewaan alam benda dan lingkungan sekitarnya kepada manusia adalah membawa arti tersendiri. Banyak latar belakang yang dijadikan sebagai konsep. Muatan konsep ini memikul berbagai falsafah, yang tidak lain adalah sebuah implementasi sosial masyarakat segolongannya. Universitas Sumatera Utara Penulis melihat unsur dampak sosial dari aspek visual ornamentasi masjid Al-Mashun Medan, sebagaimana penulis mengumpulkan data dari beberapa nara sumber yang di anggap dapat memberikan pernyataan logis sebagai acuan untuk dapat memahami nilai-nilainya. Walaupun demikian penulis harus menyimpulkan data terendiri dari seluruh data yang didapatkan berikutnya menetapkan hasil penelitian sebagai hasil analisis. Ada dua aspek sosial yang diberikan penulis sebagai bukti pernyataan masyarkat terhadap pemahaman tentang ornamen masjid Al-Mashun, yang pertama adalah kerabat langsung dan masyarakat umum.

5.2.1 Kerabat langsung

Kerabat langsung tentunya adalah pihak kerajaan Istana Maimoon yakni masyarakat melayu deli yang berhubungan erat dengan masjid Al-Mashun. Ada beberapa golongan kekerabatan ini menurut penulis dapat dijadikan sebagai sumber data melalui metode wawancara sebagai komunikasi, namun ada juga beberapa sumber pustaka yang didapatkan disana. Golongan yang di maksud adalah golongan pihak keluarga kerajaan sendiri yakni para ahli waris. Ahli waris merupakan pihak langsung yang paling dekat dengan leluhur kerajaan deli. Kesultanan deli memberikan kekuasaan secara turun temurun hingga budaya melayu ini sampai sekarang masih berlangsung. Ketika seorang Sultan mangkat meninggal dunia, secara langsung akan dinobatkan penggantinya dari anak laki-laki kandungnya. Universitas Sumatera Utara Meski imperium kerajaan deli hanyalah tinggal menjadi sebuah budaya, tetapi kebudayaan kerajaan tetap diabadikan sebagai sebuah kehormatan yang harus dijunjung tinggi. Apalagi hal ini menyangkut sejarah besar Sumatera Utara dan kerajaan Melayu Deli atau melayu Medan. Mandat ini sudah di akui oleh Republik Indonesia ketika kemerdekaan telah di rebut dari penjajahan Belanda, ketika itu juga kesultanan deli mengakui kemerdekaan dan menyerahkan sepenuhnya kepada Republik. Kesultanan tetap diakui dan masih bertanggungjawab atas kerajaan Deli, kemudian dinobatkan sebagai pemegang Penguasa tertinggi Adat Melayu Deli. Adanya para pewaris ini kelangsungan budaya tetap terpelihara dan bertahan hingga kini. Masyarakat di luar kekerabatan melayu dapat menerima atau mengakui bukan saja keagungan intana maimoon atau masjid raya Al-Mashun, tetapi budaya melayu menjadi salah satu bahagian dari suku-suku yang ada di wilayah Sumatera Utara yang pernah memiliki sejarah panjang. Penulis masih menggolongkan satu golongan dengan ahli waris atau sesepuh kerajaan meskipun tidak bersifat langsung yakni kebanyakan dari para datuk, tengku, dan tok muda, tetap penulis anggap adalah para pewaris kerajaan. Karena pejabat-pejabat istana Maimoon yang di beri penghormatan seperti ini adalah terlibat langsung pada pemeliharaan istana dan masjid sekarang. Hasil dari wawancara penulis dari beberapa kerabat telah di kutip dan dikumpulkan, hasilnya dilakukan sebagai sebuah kesimpulan dari aspek sosial kerabat langsung istana Maimoon. Universitas Sumatera Utara Ornamen sebagai perwakilan budaya yang tidak sederhana yang terdapat pada masjid Al-Mashun. Kemegahan dan keindahannya menjadi bahagian penting dalam kedudukan kesultanan. Visualisasi ornamental dan arsitektur bangunan masjid merupakan sebuah identitas yang tidak terlepas dari hubungan-hubungan budaya. Sejumlah ornamen yang telah penulis kelompokkan secara klasipikasi, terdapat bagian terbesar sebagai perwakilan kuat terhadap kesultanan deli. Pertama masjid tentunya sebagai rumah ibadah dari pemeluk agama Islam, penguasa-penguasa Islam menjadikan masjid tidak sekedar tempat shalat, namun sebagai sebuah pencitraan marwah atau sebagai simbol kebesaran ummat beragama Islam. Abad pertengahan para ulama dan cendikiawan muslim keberatan jika masjid di bangun secara spektakuler. Alasan ini atas melawan hukum bid’ah, karena pada masa Nabi Muhammad masjid dimanfaatkan secara efesiensi dan mengutamakan kesederhanaan ketimbang kemegahan. Terlepas dari wacana para pakar ilmu agama dan ulama muslim tersebut, bangunan-bangunan masjid megah tumbuh di Indonesia. Arsitektur dan ornamentasi bergaya dari negeri luar menghiasi di setiap masjid. Salah satunya adalah masjid Al-Mashun yang didirikan sebagai bentuk simbol kekuasaan dan keagungan budaya melayu yang berada di tanah deli atau Medan dan sekitarnya. Dengan latar belakang kekuasaan dan politik serta bentuk keagungan merupakan simbol kewibawaan sebuah imperium melayu deli. Ketika kejayaan di bawah Pimpinan Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, istana Maimoon dan masjid Al-Mashun di bangun sebagai wujud Adidaya dan kemakmuran. Universitas Sumatera Utara Wujud kemegahan yang berarti sebuah bentuk kekuatan ekonomi dan karismatik kepemimpinan seorang penguasa. Sultan Al-Rasyid menunjukkan ketercapaian kemakmuran di bawah pemerintahannya selama kejayaan kesultanan deli berada di Sumatera Timur sekarang menjadi Sumatera Utara. Keberhasilan dagang dan diplomatik luar negeri menunjukkan bahwa beliau adalah seorang raja yang bijaksana serta disegani. Disamping itu sultan bukan saja menunjukkan sebesar dan sekuat apa di bawah pemerintahannya, tetapi karena beliau adalah pemeluk agama Islam terhormat, maka agama merupakan hal istimewa. Memberikan keagungan terhadap bangunan tempat shalat merupakan salah satu da’wah syiar agama. Dengan demikian seperti yang dapat di lihat dari keagungan masjid Al-Mashun yang dikenal dengan masjid raya Medan, dari arsitektur sampai pada ornamentasinya. Dalam konteks penelitian ini penulis tertumpu fokus pada ornamen saja tanpa melibatkan arsitektur walaupun kedua hal tersebut tidak terpisahkan dalam konstruksi seni bangunan, sebagaimana alasan penulis yang telah dikemukakan sebelumnya. Kedua sejarah sebagai fakta logis untuk mencapai hubungan kuat terhadap kesultanan deli. Tentunya tidak ada yang dipungkiri bahwa trah turunan sedarah adalah pengikat budaya yang pertama sekali sebagai sumber ideologi. Cikal bakal sejarah lahirnya kerajaan Deli dititikkan pada kisah seorang gagah perkasa yang digelari Gocah Pahlawan dengan nama aslinya Yazid merupakan keturunan raja- raja dari Bukit Mahameru. Berdasarkan hikayat beliau adalah seorang pahlawan yang menaklukkan kerajaan Haru, berikutnya di angkat sebagai perwakilan Aceh Universitas Sumatera Utara memerintah di Delitua. Dari sanalah di mulai sejarah nenek moyang budaya melayu deli yang berada di Medan Sumatera Utara. Tuanku Yazid berasal dari kota Dhili Hindia, tidak heran banyak sejarawan menghubungkan kata Deli yang ada di Medan dengan kota asal Gocah Pahlawan ini. Sebagai keturunan raja-raja Hindia pemeluk agama Islam, kebangsawanan kerajaan melayu deli merupakan darah keturunan Hindia. Adanya trah turun temurun ini berlangsung panjang di kerajaan melayu deli sampai pada berdirinya istana maimoon, kewibawaan budaya nenek moyang adalah dasar ideologi. Kemudian masuknya budaya Arab lewat asimilasi dan akulturasi sebagian masuk menyumbang sebagai budaya melayu deli. Adanya ideologi konsep terdahulu sebagai sebuah adap penghormatan kepada leluhur menjadi sebuah budaya yang mengikat sekaligus simbol identitas. Keindahan ornamen masjid Al-Mashun dihendaki kesultanan untuk memberikan sebuah wajah budaya. Bentuk pengakuan ini beralasan kuat karena keturunan atau para pewaris tahta raja-raja melayu deli berasal dari darah Hindia. Melihat dari bentuk-bentuk serta pengelompokan ornamentasi yang ada di masjid Al-Mashun, lebih besar berasal dari Negeri Hindia. Dengan demikian kesultanan ingin menghadirkan nuansa Hindia di masjid Al-Mashun karena menunjukkan bahwa mereka adalah bangsawan-bangsawan berdarah Hindia beragama Islam.

5.2.2 Masyarakat umum

Masyarakat umum merupakan pihak luar yang menikmati keindahan masjid Al-Mashun, tidak ada hubungannya dengan kekerabatan kesultanan deli. Universitas Sumatera Utara Penulis memilih beberapa praktisi dan pengamat seni sebagai nara sumber yang penulis anggap layak mendapatkan informasi yang berkompeten. Berhubung penelitian ini mengkaji tentang bentuk seni rupa, tentunya keterkaitan teori rupa atau prihal keindahan atau segala sesuatunya yang berhubungan dengan yang tampak di lihat sebagai standar pengulasan. Tanggapan dari para pengamat tersebut yang berhubungan dengan keindahan ornamen masjid Al-Mashun sebagaimana penulis simpulkan adalah sebagai berikut : 1. Sebagai seni dekorasi Islam. Seni dekorasi Islam cenderung diketahui ditemukan pada masjid-masjid. Berbagai ragam bentuk dan tipe ornamen melekat pada dasarnya untuk mencapai keindahan agar masjid tampak lebih baik. Namun di balik itu hakekatnya seni dekorasi tidak hanya memenuhi kebutuhan nilai artistiknya, tetapi tidak lepas dari bentuk mensyukuri nikmat kepada Allah Subhana Wa Ta’ala. Para pengamat memberikan tanggapan bahwa keindahan ornamen masjid Al-Mashun tafsiran bahwa mendekatkan diri kepada Allah tidak hanya bersih, tetapi juga harus baik dan indah. Ornamen memeng diperuntukkan kepada manusia agar dapat menginterpretasikan segala seni khususnya yang berada di setiap masjid hanya dikarenakan Allah semata. 2. Keagungan budaya melayu deli. Instana Maimoon dan masjid raya atau masjid Al-Mashun Medan merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan. Awal pembangunan istana Maimoon dan masjid Al-Mashun satu area kesultanan bersama dengan kolam deli Universitas Sumatera Utara memiliki satu konsep. Sebagai seorang Sultan melayu, kebudayaan menjadi salah satu martabat yang di junjung tinggi. Adat istiadat serta sistem pelaksanaan pemerintahan di dalam kesultanan merupakan citra budaya melayu. Sebelum masuknya agama Islam di dalam kerajaan melayu di Sumatera, kebudayaan melayu masih bersifat paganisme. Berikutnya setelah Islam menjadi agama mereka, adat istiadat masih berlangsung dilakukan tetapi tidak lagi ada yang berbau paganisme. Islam melarang keras bentuk yang bersifat syirik mensekutukan Allah. Keindahan ornamentasi juga merupakan perwakilan kebudayaan melayu. Alasan ini berhubung dengan sejarah bangsa-bangsa melayu dengan masuknya agama Islam yang tidak meninggalkan peraturan adat istiadat lama yang masih tidak bertentangan dengan ketauhidan. Jadi keagungan ornamentasi masjid Al-Mashun juga menunjukkan bentuk budaya melayu deli yang karismatik. 3. Kewibawaan turunan raja-raja melayu. Kesultanan adalah sebutan gelar raja-raja Bangsa Arab, menjadi sebutan dikalangan raja-raja melayu setelah memeluk agama Islam di Indonesia. Kemegahan Istana Maimoon dan masjid Al-Mashun sebagai simbol kewibawaan dan kemakmuran dari pemerintahan Sultan Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Setiap dekade pemerintahan kesultanan terjadi perubahan-perubahan pembangunan kerajaan sebagaimana kepentingan politik ketika itu. Semasa sultan Al-Rasyid Perkasa Alamsyah merupakan zaman gemilangnya kerajaan melayu deli di Sumatera Utara. Atas kejayaan ini beliau menunjukkan citra mulia Universitas Sumatera Utara kebangsawanan lewat bangunan-bangunan kerajaan dan salah satunya kemegahan masjid Al-Mashun. 4. Kearifan lokal Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang patut dibanggakan. Masjid Al-Mashun yang begitu megah dan indah merupakan salah satu bangunan sejarah yang masih difungsikan oleh masyarakat umum sebagai tempat shalat. Keberadaan masjid ini masih dipelihara pihak kesultanan sebagaimana putusan pemerintahan Indonesia ketika kemerdekaan, imperium kerajaan deli telah menyerahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia. Ketika itu pula kebangsawanan atau hak adat istiadat masih tetap menjadi preogratif kesultanan hingga kini. Dengan demikian untuk menjaga kelangsungan dan mempertahankan budaya maka seluruh bangunan peninggalan kerajaan istana maimoon di antaranya masjid Al-Mashun masih dalam perawatan pihak kesultanan dan pemerintah Medan. Sebagai bangsa yang berbudaya mencintai dan memelihara tradisi dan adat istiadat merupakan bentuk manusia yang menghormati kearifan nenek moyangnya. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP