tinggi dari pasangan kelompok yang memiliki empat anak atau lebih dibandingkan mereka yang memiliki anak lebih sedikit. Ada hubungan cara memperoleh kondom
dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian Barus 2009 di Kabupaten Karo menyatakan ada hubungan
variabel pengetahuan pria pasangan usia tentang alat kontrasepsi, sikap pria pasangan usia subur terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana. Hasil Penelitian Rizki
2010 di Kecamatan Medan Maimun, menyatakan ada hubungan variabel persepsi mengenai alat kontrasepsi keluarga berencana dengan partisipasi pria pasangan usia
subur dalam keluarga berencana. Menurut penelitian Suprihastuti 2002 sebagaimana dikutip oleh Budi
Santosa 2009 yang menyatakan pengambilan keputusan bersama antara suami istri dapat meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi pria. Tingkat pendidikan, agama,
tempat tinggal, aspek wilayah memberikan pengaruh cukup bermakna pada penggunaan alat kontrasepsi termasuk alat kontrasepsi pria.
2.5 Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi
Kondom terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2007 mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Awareness kesadaran yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus. Penelitian Rogers dalam Notoatmojo 2007 menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif long lasting. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Menurut Notoatmojo 2007, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu know. Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami comprehension. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Universitas Sumatera Utara
c. Aplikasi application. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
sebenarnya. d. Analisis analysis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis synthesis. Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi evaluation. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
Hal ini diperkuat oleh penelitian Budisantosa 2009 di Bantul bahwa ada hubungan pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dengan
partisipasi pria dalam keluarga berencana. Sejalan dengan penelitian Ekayanthi 2005 dikutip oleh Budisantosa yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan
tentang metode kontrasepsi pria dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana
.
Ekarini 2008 dalam penelitiannya di Kabupaten Semarang menyatakan ada hubungan pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi keluarga
berencana dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Penelitian Purwoko 2000 yang dikutip oleh Ekarini bahwa pengetahuan menyumbangkan peran dalam
Universitas Sumatera Utara
menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat
pula perannya sebagai pengambil keputusan.
2.6 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga