bukan menjadi penyebab PMS, tetapi memperburuk PMS Department of Health and Human Services, 2007.
2.3.2. Faktor Risiko Sindrom Pramenstruasi
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS menurut Abraham 2010 adalah sebagai berikut:
a. Wanita yang pernah melahirkan. PMS semakin berat setelah
melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.
b. Status perkawinan. Wanita yang sudah menikah lebih banyak
mengalami PMS dibandingkan yang belum. c.
Usia. PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun.
d. Stres. Faktor stres memperberat gangguan PMS tetapi bukan
menjadi penyebabnya. e.
Diet. Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan,
memperberat gejala PMS. f.
Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B terutama B6, vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam
lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
g. Kegiatan fisik. Kurang berolahraga dan aktivitas fisik
menyebabkan semakin beratnya PMS. Faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi gejala PMS adalah
mengkonsumsi kopi berlebihan, mengalami depresi atau memiliki riwayat keluarga yang mengalami PMS.
2.3.3. Gejala Sindrom Pramenstruasi
Diagnosis PMS biasanya hanya berdasarkan gejala-gejala ketika terjadi dan seberapa besar pengaruhnya terhadap aktivitas harian. Berikut
Universitas Sumatera Utara
kumpulan gejala yang sering terjadi menurut Department of Health and Human Services di USA 2007, berdasarkan chart PMS Symptoms Tracker:
a. Berjerawat
b. Payudara bengkak dan nyeri tekan
c. Merasa lelah tanpa sebab
d. Mempunyai masalah tidur
e. Kelainan perut kram, nyeri, merasa penuh atau kembung
f. Badan atau ekstremitas membengkak
g. Konstipasi atau diare
h. Nyeri kepala atau nyeri punggung
i. Perubahan selera makan atau selera makan tinggi
j. Nyeri pada sendi atau otot akibat muscle spasm
k. Susah konsentrasi atau susah mengingat
l. Ketegangan, mudah marah, perubahan mood atau ingin menangis
m. Cemas, gelisah, panik atau depresi
Gejala bervariasi pada setiap wanita. Gejala-gejala lain menurut Storck 2008 dapat berupa kenaikan berat badan, nausea, kurang koordinasi, kurang
toleransi terhadap suara dan cahaya, kebingungan, mudah memusuhi orang atau agresif, paranoid, mudah merasa bersalah dan takut, keinginan seksual
tidak ada, dan kurang percaya diri. Tipe dan gejala PMS, menurut Abraham 2010 :
a. PMT tipe A anxiety: ditandai dengan adanya rasa cemas,
perasaan labil atau mudah berubah, sensitif dan rasa tegang. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang
dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6
dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi
minum kopi.
Universitas Sumatera Utara
b. PMT tipe H hyperhidration: ditandai pembengkakan, perut
kembung, nyeri pada payudara dan peningkatan berat badan. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di
luar sel ekstrasel karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi
penimbunan air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita
dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
c. PMT tipe C craving: ditandai dengan rasa lapar serta ingin
mengkonsumsi makanan yang manis biasanya coklat dan berkarbohidrat biasanya gula. Pada umumnya sekitar 20 menit
setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala
yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, diet tinggi garam, tidak terpenuhinya asam lemak esensial omega 6, atau
kurangnya magnesium. d.
PMT tipe D depretion: ditandai rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur dan pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata verbalisasi. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3 dari
selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan
estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
Didiagnosis sindrom pramenstruasi, jika terjadi hanya pada fase luteal siklus menstruasi, hilang total saat menstruasi, dan menimbulkan efek besar
pada fungsi normal dan hubungan antarpribadi. Berdasarkan gejalanya, 80 gangguan PMS termasuk tipe A, penderita tipe H sekitar 60, PMS tipe C
Universitas Sumatera Utara
40, dan PMS tipe D 20. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan Abraham, 2010.
Kriteria diagnosis menurut American College of Obstetricians and Gynecologist ACOG, jika perempuan mengalami minimal satu gejala psikis
sedang hingga berat dan satu gejala fisik. Gejala-gejala yang dialami menyebabkan gangguan fungsi normal dan terjadi satu sampai dua minggu
sebelum menstruasi dan hilang saat hari keempat menstruasi minimal dalam dua siklus berturut-turut. Jika mengalami lima gejala psikis, maka sudah
termasuk ke dalam diagnosis PMS kronis yang disebut dengan PMDD Premenstrual Disphoric Disorder.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan judul penelitian terlampir, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Bebas Variabel Tergantung
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian.
Adapun definisi operasional dari penelitian ini dijabarkan di bawah ini.
3.2.1. Sindrom Pramenstruasi
• Defenisi operasionil: mahasiswi mengalami lebih dari satu gejala fisik
disertai salah satu gejala psikis, yang terjadi pada: -
Fase luteal yaitu dua minggu sebelum periode menstruasi setelah fase ovulasi dan berakhir setelah hari terakhir menstruasi atau menstruasi
hari keempat. -
Dua siklus berturut-turut
American College of Obstetricians and Gynecologist.
Gejala-gejala fisik berdasarkan Department of Health and Human Services di USA 2007 termasuk:
- Berjerawat
- Payudara bengkak dan nyeri tekan
Sindrom Pramenstruasi pada Mahasiswi FKep USU
Regularitas Siklus Menstruasi
Universitas Sumatera Utara