pengaruhnya terhadap struktur modal berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang masih rancu. Selain itu untuk memperluas hasil penelitian ini maka
digunakan profitabilitas sebagai variabel moderating karena dianggap profitabilitas merupakan faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan faktor-faktor struktur modal di perusahaan. Berdasarkan hal ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka
Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI?
2. Apakah profitabilitas memoderasi hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk menguji pengaruh suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal baik secara simultan maupun
parsial pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI.
2. Untuk membuktikan profitabilitas memoderasi hubungan faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian. 1.
Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal . 2.
Manfaat Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah
di lingkungan Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3.
Manfaat Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi
perusahaan- perusahaan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan berkaitan dengan struktur modal di perusahaan.
4. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1. Struktur Modal
2.1.1.1.Pengertian dan Teori Struktur Modal
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Kelana dan Wijaya 2005:121 menjelaskan
“Struktur modal merupakan sisi kanan dari neraca, jadi merupakan kombinasi antara utang dan modal sendiri. Riset biasanya berkenaan dengan komposisi dua
hal ini, biasa dikenal sebagai DER Debt to Equity Ratio atau Leverage [debtdebt+equity]”. Komposisi ini dianggap dipengaruhi oleh berbagai faktor
fundamental keuangan, dan selanjutnya dilakukan pengetesan empiris. Selain itu khusus untuk utang biasanya dikaitkan dengan financial distress atau peluang
bangkrut dan expectid return atau imbalan yang diharapkan. Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi ke dalam dua
kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Jadi, keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam
internal maupun dari luar eksternal. Sumber dana internal perusahaan berasal dari laba bersih atau arus kas masuk. Dana internal ini berasal dari hasil operasi
perusahaan yang pada dasarnya milik pemegang saham. Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari ekuitas pemegang saham dan utang dari
kreditor.
Pengukuran struktur modal dapat menggunakan beberapa teori yang menjelaskan struktur modal dalam suatu perusahaan, diantaranya adalah Trade
Off Theory dan Pecking Order Theory.
a. Trade Off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers 1977 dikutip dari Kelana dan Wijaya 2005:121, menjelaskan “Perusahaan akan berhutang sampai
pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak tax shields dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan financial distress”.
Biaya kesulitan keuangan Financial distress adalah biaya kebangkrutan bankruptcy costs atau reorganization, dan biaya keagenan agency costs yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Husnan 2005:231 mengatakan bahwa “secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa Trade Off menganut pola keseimbangan antara keuntungan penggunaan dana dari utang dengan tngkat bunga yang tinggi dan biaya
kebangkrutan”. Sundjaya dan Barlian 2002:242 menjelaskan bahwa ”struktur modal
yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan
pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bunga atas pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendpatan
kena pajak”.
Brigham dan Weston, 1999:431 teori trade off memberi 3 pernyataan penggunaan utang yang dapat digunakan untuk menentukan secara pasti struktur
modal optimal setiap perusahaan, yaitu : 1.
Perusahaan dengan resiko lebih tinggi, diukur dengan variabelitas retur atas aktiva perusahaan, harus meminjam lebih sedikit dari pada
perusahaan dengan resiko lebih rendah. Semakin tinggi variabelitas, semakin tinggi kemungkinan tekanan finansial pada setiap tingkat
resiko utang, semakin tinggi espektasi biaya tekanan finansial. Dengan demikian, perusahaan dengan resiko bisnis yang lebih rendah dapat
meminjam lebih banyak sebelum biaya tekanan finansial menyerap habis keuntungan pajak dari utang.
2. Perusahaan yang operasinya menggunakan aktiva berwujud, aktiva
yang memiliki pasar misalnya real estate dapat meminjam lebih banyak dari pada perusahaan yang nilainya terutama berasal dari aktiva
tak berwujud, misalnya paten dan goodwill. Aktiva spesifik, aktiva tidak berwujud, dan peluang pertumbuhan akan kehilangan nilainya
jika tekanan finansial terjadi dibanding dengan aktiva berwujud standar.
3. Perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi, yang kemungkinan
berlanjut pada masa yang akan datang dapat meminjam lebih banyak daripada perusahaan dengan tarif pajak dan prospek pajak yang lebih
rendah. Tarif pajak yang tinggi menyebabkan keuntungan yang lebih besar daripada pendanaan dengan utang, sehingga perusahaan dengan
tarif pajak yang lebih tinggi dapat meminjam lebih banyak, hal lain dianggap sama, sebelum keuntungan pajak diserap oleh biaya tekanan
finansial dan biaya keagenan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
teori trade off mengindikasikan setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan
marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi itu nilai
perusahaan menjadi maksimum. Teori Trade Off juga menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan
biaya tekanan finansial dari penambahan utang, sehingga biaya dan keuntungan
dari penambahan utang di trade off saling tukar antara satu sama lain. Tekanan finansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki utang, perusahaan
yang bebas dari utang biasanya tidak mengalami tekanan finansial.
b. Pecking Order Theory