keuangan baik lokal maupun internasional dan koomunikasi kebijakan serta protokol manajemen krisis.
Terdapat indikator dalam pembentukan stabilitas sistem keuangan. Indikator yang tergolong dalam stabilitas sistem keuangan lebih dikkenal dengan Indeks
Stabilitas Sistem Keuangan ISSK. Indeks stabilitas sistem keuangan merupakan indikator dalam bentuk indeks komposit yang merepresentasikan kondisi sistem
keuangan secara keseluruhan. ISSK dibentuk dari 2 indeks, yakni Indeks Stabilitas Institusi Keuangan ISIK dan Indeks Stabilitas Pasar Keuangan ISPK dengan angka
pembobotan masing-masing sebesar 455 dan 55 Bank Indonesia:2014
2.1.7 KRISIS NILAI TUKAR
Berdasarkan penelitiabn yang telah dilakukan oleh Kaminsky et al. 1997 diacu oleh Handoyo 2012, definisi krisis nilai tukar adalah suatu situasi di mana adanya
serangan pada mata uang yang mengakibatkan depresiasi yang sangat tajam pada mata uang atau penurunan besar-besaran pada cadangan devisa yang merupakan kombinasi
antara keduanya.
Krisis keuangan secara umum sering terjadi di berbagai belahan dunia. Pemahaman mengenai penyebab terjadinya krisis masih sangat beragam tergantung
dari kondisi negara yang dijadikan kasus. Namun bila diamati secara mendalam, krisis keuangan atau instabilitas di sektor keuangan dan krisis perbankan di berbagai belahan
dunia ini memiliki karakteristik atau pola tertentu yang selalu berulang. Menurut Radelet dan Sach 1998 terdapat lima tipe penyebab krisis keuangan
yaitu sebagai berikut a Kebijakan ekonomi yang tidak konsisten Krugman 1979 merupakan pelopor yang menganalisis krisis finansial dengan melihat krisis neraca
pembayaran, dimana nilai tukar mata uang jatuh akibat ekspansi kredit domestik oleh bank sentral yang tidak konsisten dengan target nilai tukar mata uang. Teori ini
menjelaskan penyebab terjadinya krisis keuangan di negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap.bKepanikan di pasar uang penyebab terjadinya krisis adalah
dikarenakan terjadinya penarikan besar-besaran atas dana kredit yang diberikan oleh
kreditor asing, terutama pinjaman jangka pendek secara mendadak sehingga mengakibatkan kekurangan likuiditas. c Pecahnya gelembung finansial. Gelembung
finansial terjadi jika spekulan membeli aset keuangan pada harga di atas harga fundamentalnya dengan harapan mendapatkan capital gain Blanchard dan Watson,
1982. Namun ketika pelaku pasar menyadari adanya krisis, mereka segera menjual seluruh aset yang dimilikinya dengan menukarkannya dalam mata uang asing, sehingga
mata uang domestik menjadi turun. d Moral hazard merupakan krisis terjadi karena adanya jaminan pemerintah dan lemahnya penegakan aturan hukum yang
memperbolehkan perbankan dan lembaga keuangan untuk meminjam kredit lebih besar dari modalnya sendiri Akerlof dan Romer, 1993 sehingga terjadi investasi yang
berlebihan dan berisiko. Kreditor asing dan domestik melakukan pemberian kredit yang berisiko tinggi karena mereka tahu bahwa pemerintah dan lembaga keuangan
internasional akan memberikan talangan bantuan dana bila terjadi masalah. Krugman menggunakan teori ini untuk meneliti krisis keuangan di Asia pada tahun 1997. e
Ketiadaan aturan baku artinya, tidak adanya sistem kebangkrutan atau kepailitan dalam kasus dimana korporasi menghadapi masalah likuiditas merupakan salah satu penyebab
krisis, karena berkaitan erat dengan pemegangan aset-aset yang harus dilikuidasi Miller dan Zhang, 1997. Namun, dilihat dari segi teori yang mendasarinya analisis
krisis keuangan dapat dibagi ke dalam empat 4 bagian yaitu teori generasi pertama krisis keuangan, generasi kedua dan generasi ketiga serta teori di luar sistem generasi.
Krisis perbankan dapat dipicu oleh berbagai risiko yang bersumber dari elemen-elemen yang terkait dengan sistem keuangan. Elemen-elemen tersebut saling tekait satu sama
lain, yaitu: 1. Lingkungan Makro Ekonomi yang stabil
2. Lembaga finansial yang dikelola dengan baik 3. Pasar keuangan yang efisien
4. Kerangka pengawasan prudensial yang sehat 5. Sistem pembayaran yang aman dan handal
Mc. Farlane, 1999
Gambar 2.13.Faktor-faktor yang menyebabkan krisis keuangan
Sumber: Frederic S Mishkin, 2010:278
Peningkatan tingkat suku bunga
Penurunan pada pasar modal
Meningkatnya ketidakpastian
Masalah adverse Selection dan moral hazard
memburuk
Terjadinya penurunan aktivitas ekonomi
Terjadi bank panic Penurunan tingkat harga
yang tidak diperkirakan Penurunan dalam
neraca bank
Krisis keuangan tertentu Deflasi utang
2.2 PENELITIAN SEBELUMNYA
Penelitian mengenai sistem deteksi awal pada krisis perbankan telah dilakukan di beberapa negara di dunia. Penelitian pertama adalah penelitian dari Kaminsky 1999
yang menjelaskan tentang krisis kembar yaitu krisis mata uang dan krisis perbankan. Kaminsky 1999 dalam penelitiannya menggunakan metode pendekatan signal untuk
nonparametrik sedangkan untuk parametrik Kaminsky menggunakan model probit dan logit. Dalam penelitiannya indikator yang digunakan M2 multiplier, rasio kredit
domestik,suku bunga riil,PDB , rasio suku bunga deposito,suku bunga kredit, keseimbangan jumlah uang yang beredar. Data yang digunakan adalah data cross
section yang diambil dari 20 negara berkembang di Amerika Latin dan Asia. Dari hasil
penenlitian tersebut Kaminsky menyimpulkan telah terjadi 76 kali krisis mata uang dan 26 kali krisis perbankan serta krisis perbankan terjadi lebih awal setelah itu terjadi
krisis keuangan. Penelitian kedua tentang early warning system pada krisis perbankan dilakukan
oleh Demirguc Kunt dan Enrica Detragiache 1997. Dalam penelitian mereka yang berjudul The Determinant Of Bangking Crises : Evidence From Developing And
Developed Countries variabel yang digunakan dalam penelitian tersebt antara lain
PDB, perubahan term of trade , tingkat suku bunga riil, tingkat inflasi, pertumbuhan kredit. Variabel-variabel tersebut diuji menggunakan metode logit dengan sampel 66
negara menggunakan data time series tahun 1980-1994. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa variabel-variabel yang menjadi indikator deteksi awal mampu
mendeteksi krisis perbankan di berbagai Negara yang dijadikan sampel. Penelitian ketiga dilakukan oleh Nil R et al 2010 yang berjudul Hubungan
Variabel Fundamental Ekonomi Dan Krisis Nilai Tukar di 4 Kelompok Negara
Berbeda, dimana dalam penelitian tersebut diuji menggunakan metode logit. Variabel- variabel yang menjadi indikator adalah Suku bunga riil,tingkat inflasi, budget balance,
nilai tukar riil, pertumbuhan PDB, rasio M2 terhadap cadangan devisa Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan berpengaruh signifikan
terhadap hubungan variabel fundamental ekonomi dan krisis nilai tukar.