Nilai ambang batas m=1,5

1,0507. hal ini berarti bahwa kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar sebanyak 1,0507 kali dari pada kemungkinan potensi tidak terjadinya krisis nilai tukar. Variabel cadangan devisa dalam hasil estimasi dengan regresi logit pada nilai ambang batas m=1, mempunyai koefisien 0.00000781 Tabel 4.9. Angka ini menunjukkan bahwa apabila variabel variabel lain dianggap konstan maka peningkatan cadangan devisa sebesar 1 persen akan menyebakan penurunan secara rata-rata pada estimasi logit probabilitas terjadinya krisis nilai tukar sebesar 0.00000781. Untuk ukuran probabilitas dari variabel cadangan devisa diketahui dari nilai antilog natural pada koefisien variabel tersebut, yakni sebesar 1. Apabila variabel cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar 1 persen akan menurunkan potensi terjadinya krisis sebesar 1 kali dari pada kemungkinan tidak terjadinya krisis, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

2. Nilai ambang batas m=1,5

Pengujian variabel inflasi menggunakan nilai ambang batas m = 1,5 menghasilkan koefisien 0,307433 Tabel 4.10. Artinya, dalam kondisi variabel lainnya konstan , apabila suku bunga mengalami peningkatan sebesar 1 persen, secara rata-rata nilai estimasi logit kemungkinan terjadinya krisis mengalami penurunan sebesar 0,307433. Namun interpretasi ini akan lebih berarti, apabila diestimasi secara ekonomi dalam bentuk peluang, yaitu diperoleh dengan cara menghitung nilai antilog dari koefisien inflasi. Nilai antilog koefisien inflasi dengan nilai ambang batas m=1,5 sebesar 1,3599. Artinya, apabila variabel inflasi mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka akan menurunkan potensi terjadinya krisis sebesar 1,3599. kali dari pada kemungkinan tidak terjadinya krisis, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Pada nilai ambang batas m = 1.5 variabel nilai tukar yang telah diestimasi menghasilkan koefisien -0,001855 Tabel 4.10. Artinya, dalam kondisi variabel lainnya konstan , apabila nilai tukar mengalami penurunan sebesar 1 persen, secara rata-rata nilai estimasi logit kemungkinan terjadinya krisis mengalami peningkatan sebesar 0.001855. Namun interpretasi ini akan lebih berarti, apabila diestimasi secara ekonomi dalam bentuk peluang, yaitu diperoleh dengan cara menghitung nilai antilog dari koefisien nilai tukar. Nilai antilog koefisien nilai tukar dengan nilai ambang batas m=1,5 sebesar 1,0019. Artinya, apabila variabel nilai tukar mengalami penurunan sebesar 1 persen akan meningkatkan potensi terjadinya krisis sebesar 1.0019 kali dari pada kemungkinan tidak terjadinya krisis, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Pada nilai ambang batas m = 1.5 variabel suku bunga yang telah diestimasi menghasilkan koefisien -0,200669 Tabel 4.10. Artinya, dalam kondisi variabel lainnya konstan , apabila suku bunga mengalami penurunan sebesar 1 persen, secara rata-rata nilai estimasi logit kemungkinan terjadinya krisis mengalami peningkatan sebesar 0,200669. Namun interpretasi ini akan lebih berarti, apabila diestimasi secara ekonomi dalam bentuk peluang, yaitu diperoleh dengan cara menghitung nilai antilog dari koefisien nilai tukar. Nilai antilog koefisien suku bunga dengan nilai ambang batas m=1,5 sebesar 1,2222. Artinya, apabila variabel suku bunga mengalami penurunan sebesar 1 persen maka akan meningkatkan potensi terjadinya krisis sebesar 1. kali dari pada kemungkinan tidak terjadinya krisis, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Pada nilai ambang batas m = 1.5 variabel cadangan devisa yang telah diestimasi menghasilkan koefisien 0.0000212 Tabel 4.10. Artinya, dalam kondisi variabel lainnya konstan , apabila cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar 1 persen, secara rata-rata nilai estimasi logit kemungkinan terjadinya krisis mengalami penurunan sebesar 0.0000212. Namun interpretasi ini akan lebih berarti, apabila diestimasi secara ekonomi dalam bentuk peluang, yaitu diperoleh dengan cara menghitung nilai antilog dari koefisien cadangan devisa. Nilai antilog koefisien cadangan devisa dengan nilai ambang batas m=1,5 sebesar 1. Artinya, apabila variabel cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka akan menurunkan potensi terjadinya krisis sebesar 1. kali dari pada kemungkinan tidak terjadinya krisis, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

3. Nilai ambang batas m=2