17
b. Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat
sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat Intangible tidak dapat diraba. Oleh karena itu yang dapat dilakukan
guru dalam hal ini adalah dengan hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang di anggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, rasa dan karsa. Berikut ini penulis cantumkan
tabel indikator prestasi setiap level dari setiap ranah.
19
Tabel. 1 Indikator Prestasi Belajar
RanahJenis Prestasi Indikator
A. Ranah Cipta Kognitif
1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
4. Penerapan 1.
Dapat menunjukkan 2.
Dapat membandingkan 3.
Dapat menghubungkan 1.
Dapat menyebutkan 2.
Dapat menunjukkan kembali 1.
Dapat menjelaskan 2.
Dapat mendefinisikan dengan bahasa sendiri
1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan secara
tepat
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…..h. 150-152
18
5. Analisis Pemeriksaan dan Pemilahan secara teliti
6. Sintesis Membuat paduan baru dan utuh
B. Ranah Rasa
1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Apresiasi sikap menghargai
4. Internalisasi Pendalaman
5. Karakterisasi
C. Ranah Karsa Psikomotorik
1. Keterampilan bergerak dan
bertindak
2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
1. Dapat menguraikan
2. Dapat
mengklasifikasikanmemilah -milah
1. Dapat menghubungkan
2. Dapat menyimpulkan
1. Menunjukkan sikap
menerima 2.
Menunjukkan sikap menolak 1.
Kesediaan berpartisipasiterlibat
2. Kesediaan memanfaatkan
1. Menganggap penting dan
bermanfaat 2.
Menganggap indah dan harmonis, mengagumi
1. Mengakui dan Meyakini
2. Mengingkari
1. Melembagakan atau
meniadakan 2.
Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
1. Mengkoordinasikan gerak
mata. tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya
1. Mengucapkan
2. Membuat mimik dengan
gerak jasmani
19
Dengan menggunakan indikator yang sifatnya umum di atas, diharapkan guru akan memiliki acuan dasar dalam melakukan
penilaian terhadap proses belajar yang dilakukan para siswanya secara tepat.
c. Pengukuran Prestasi Belajar
Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan yaitu test. F.L. Good Enough mengemukakan bahwa test adalah suatu
tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang
lain.
20
Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban, dalam test ini dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:
1. Test Tertulis
Yakni jenis test dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee
memberikan jawabannya juga tertulis. Macam-macam test tertulis antara lain:
a Test Essay
Pada test essay siswa dituntut untuk menyusun pikirannya secara berurutan dan menuangkan ide atau gagasannya dalam
bahasa yang cukup baik dan dapat dimengerti. Test ini sesuai untuk jenis kognitif, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi
b Test Obyektif
1 Test Benar Salah
Pertanyaan-pertanyaan diajukan dalam dua bentuk yakni pertanyaan yang salah dan pertanyaan yang benar.
Siswa diminta untuk memilih jawaban yang benar. Test ini cocok untuk menanyakan informasi faktual, pengertian,
20
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,…..h. 66
20
definisi, tetapi tidak sesuai untuk pemikiran yang bersifat aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi serta kemampuan
yang lebih tinggi. 2
Test Pilihan Ganda Pernyataan-pernyataan disajikan dalam berbagai
bentuk, siswa diminta untuk memilih pernyataan yang benar atau yang salah. Test ini sesuai untuk mengevaluasi
semua jenis test prestasi yang melibatkan fungsi kognitif yaitu: Pengetahuan, pengenalan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. 3
Test Menjodohkan Pada test menjodohkan, siswa mencocokkan pernyataan
yang tepat di satu kolom dengan pernyataan yang terdapat dalam kolom lain. Test ini cocok untuk jenis prestasi
kognitif pengetahuan faktual seperti nama orang, istilah, tanggal kejadian, dan sebagainya.
2. Test Lisan
Yakni jenis test dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan. Dan
testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai setelah proses belajar mengajar terjadi. Dalam mencapai prestasi
belajar dengan baik, banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri maupun dari luar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar terdiri atas dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
21
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, …..h. 132
21
1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu:
Intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. a
Intelegensi Menurut Raber yang dikutip Muhibbin Syah disebutkan
bahwa intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan Psiko- fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
22
Tingkat kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki anak merupakan
wadah bagi kemungkinan tercapainya prestasi belajar. Dengan demikian, anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi
akan lebih berhasil dalam belajar dari pada anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.
b Sikap
Menurut Muhibbin Syah sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons respone tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara
positif, maupun negatif.
23
Sikap attitude anak yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang
baik bagi proses belajar anak didik tersebut. Sebaliknya, sikap negatif anak terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan
dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif anak, guru
dituntut untuk menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran, seperti menghargai dan mencintai
profesinya dengan cara menguasai bahan-bahan yang terdapat
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, …..h. 133
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, …..h. 135
22
dalam bidang studi yang diberikan dan mampu meyakinkan kepada para siswa tentang manfaat bidang studi bagi kehidupan
mereka. Dengan demikian siswa akan merasa membutuhkannya dan dari perasaan kebutuhan itulah
diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi yang diberikan dan sekaligus terhadap guru yang bersangkutan.
c Bakat
Menurur Chaplin dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah disebutkan bahwa “Bakat talent adalah kemampuan
potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”.
24
Bakat anak dapat dikembangkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Dengan demikian bakat itu dapat mempengaruhi belajar siswa, khususnya berkenaan dengan
keberhasilan atau prestasi belajar siswa itu sendiri. Seorang anak bisa saja berbakat dalam satu bidang tetapi
rendah dalam bidang lainnya. Oleh karena itu anak yang berbakat dalam bidang studi tertentu akan rajin dan senang
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bidang studi tersebut.
d Minat
Menurut Slameto minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
25
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang di pelajarinya tidak sesuai dengan minat anak
maka hasil belajarnya pun tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk mengembangkan minat siswa maka siswa
itu sendiri harus berusaha mencintai setiap bahan pelajaran
24
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h. 135
25
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, h.
57
23
yang diberikan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menangkap semua bahan pelajaran tersebut dengan baik.
Minat mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat
menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, siswa yang berminat terhadap sebuah kegiatan akan berusaha lebih keras
untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian tinggi rendahnya minat belajar
siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
e Motivasi
Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa “Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
26
Motivasi erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar.
Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi adalah sebagai penggerak tingkah laku dan
sangat penting di dalam proses belajar. Siswa yang kurang termotivasi belajarnya harus dibantu untuk berkeinginan
mempelajari yang seharusnya dipelajari. Selain motivasi sebagai pemberi energi, penyeleksi dan penggerak dari
kegiatan-kegiatan, motivasi juga sangat erat hubungannya dengan perhatian dan sikap.
27
Oleh karena itu, seorang guru harus memberikan dorongan pada siswa agar dapat belajar
dengan tekun dan lebih giat lagi dalam belajar. f Kondisi Fisik
Kondisi fisik disini menekankan pada kesehatan anak. Apabila keadaan fisik anak sehat, maka proses belajar akan
dapat dilaksanakan dengan baik, dan anak dapat berkonsentrasi
26
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…..h. 12
27
Crow Crow, Psikologi Pendidikan Surabaya: Bina Ilmu, 1984, h. 360
24
penuh didalam belajar. Sebaliknya apabila keadaan fisik anak tidak sehat maka akan mempengaruhi di dalam belajarnya.
Anak merasa lelah, kurang semangat atau gangguan-gangguan lainnya. Cacat tubuh juga dapat mempengaruhi kegiatan
belajar. Oleh kerena itu diadakan suatu lembaga pendidikan khusus untuk membantu anak yang memiliki cacat tubuh.
2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar dari individu. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar dari
faktor lingkungan sosial dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:
28
a Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang mempengaruhi belajar anak, antara lain sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, dan demografi keluarga letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa, dan juga cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah tangga, orang tua yang selalu memberikan semangat untuk belajar, memberikan perhatian dan dukungan, Orang tua
yang otoriter terhadap anaknya, kurangnya perhatian dari orang tua, dan keadaan ekonomi keluarga.
b Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan dalam membentuk kepribadian dan mencerdaskan
anak. Lingkungan sekolah yang esensial yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu: Metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.
29
28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h.137
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h. 64
25
c Lingkungan Masyarakat
Pergaulan di lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Anak yang bergaul dengan teman yang tidak
baik, selalu bermalas-malasan di dalam belajar dan waktunya banyak digunakan untuk bermain, maka anak itu akan
terpengaruh oleh temannya, sehingga prestasi belajarnya kurang optimal.
Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran misalnya, akan
sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika tidak
menemukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat- alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
30
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Hasbullah Thabrani yaitu: Konsentrasi, Ambisi dan Tekad.
a Konsentrasi
Konsentrasi adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar tertentu.
31
Apabila anak berkonsentrasi penuh pada pelajaran yang dipelajari, tidak
menutup kemungkinan akan dengan mudah memahami pelajaran tersebut sehingga akan menjadikan prestasi anak
menjadi lebih baik. b
Ambisi dan Tekad Orang yang mempunyai ambisi yang besar dan tekad yang
kuat, tidak bisa di bantah lagi bila sebagian besar sukses sudah di tangannya.
32
Begitupun dengan seorang siswa jika dia
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h. 64
31
Thomas F. Station, Cara Mengajar dengan hasil yang baik, Bandung Diponegoro,
1978, h. 21
32
Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995, cet
ke-2 h.32-35
26
mempunyai ambisi dan tekad yang kuat dalam belajar maka akan memperoleh prestasi belajar yang gemilang.
Dari uraian di atas, nampaknya jelas bahwa faktor-faktor itu sangat menentukan dalam keberhasilan anak. Karena itu haruslah
diperhatikan oleh para guru atau pendidik dalam rangka mengemban tugasnya yaitu membimbing dan melatih anak didiknya secara dasar
untuk mencapai kedewasaan atau kematangan.
3. Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah a.
Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah
Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Aliyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Sedangkan tujuan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah
adalah sebagai berikut: 1
Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan
aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.
2 Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin, dan
tangung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
33
33
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih Madrasah Aliyah
, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Direktorat
Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2003, h. 2-3
27
b. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah
Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum berbasis kompetensi pada Madrasah Aliyah berisi pokok-pokok materi:
1 Hubungan manusia dengan Allah SWT
Siswa dibimbing untuk meyakini bahwa hubungan vertikal kepada Allah SWT merupakan ibadah utama dan pertama. Dalam hal ini
materi-materi ibadah seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain diperdalam lagi dengan memahami dan menghayati
hikmah-hikmahnya 2
Hubungan manusia dengan manusia Siswa dibimbing dan dididik menjadi angota masyarakat dengan
berakhlak mulia dan berusaha menjadi teladan masyarakat. Materinya meliputi: Muamalah, konsep kepemilikan dalam Islam,
bentuk-bentuk perekonomian Islam, pemindahan dan pelepasan harta jual, munakahat, warisan, peradilan, dan sebagainya.
3 Pemahaman tentang kaidah-kaidah hukum Islam
Siswa dibimbing dan dididik untuk mengenali dan memahami kaidah-kaidah hukum Islam agar siswa mempunyai kemampuan
untuk mengkontekstualisasikan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Materinya meliputi: Pengembangan hukum Islam,
dasar-dasar Fiqih dan kaidah-kaidah Fiqih Islam.
34
4. Perbedaan Latar Belakang Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Perbedaan latar belakang pendidikan antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP terletak pada kurikulum dan standar
kompetensi yang harus ditempuh. Kurikulum pembelajaran Fiqih di MTs adalah thaharah, shalat jum’at, shalat berjama’ah, shalat jama’ dan qashar,
tata cara shalat dharurat, shalat jenazah, shalat sunnah, sujud diluar shalat,
34
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih Madrasah Aliyah
.....h. 3
28
dzikir dan doa, puasa, zakat, ibadah haji dan umrah, hukum Islam tentang makanan dan minuman, aqiqah dan qurban, macam-macam mu’amalah,
muamalah diluar jual beli, kewajiban terhadap orang sakit, jenazah dan ziarah kubur, pergaulan remaja yang sesuai dengan syari’at Islam, jinayat,
hudud dan sanksinya, mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam, memahami kepemimpinan Islam, memelihara dan mengelola lingkungan
dan kesejahteraan sosial.
35
Kurikulum pembelajaran Fiqih SMP yaitu syahadat, thaharah, shalat wajib, shalat jum’at, shalat jama’, shalat qashar, macam-macam
shalat sunnah, puasa, zakat, aqiqah dan qurban, ibadah haji dan umrah, hukum makanan, minuman, dan binatang, shalat jenazah, dan tata cara
pernikahan.
36
Adapun kompetensi MTs yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan standar kompetensi mata pelajaran Fiqih adalah sebagai
berikut: a.
Peserta didik dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh untuk dijadikan pedoman
hidup dalam kehidupan sehari-hari. b.
Peserta didik dapat mengetahui dan memahami tata cara pergaulan modern yang baik dan Islami.
c. Peserta didik dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum
Islam dengan benar. Pengalaman tersebut dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial
yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Standar kompetensi mata
pelajaran Fiqih Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:
35
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Fiqih Madrasah Tsanawiyah, Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004, h. 5
36
Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004
, Bandung: Remaja rosdakarya, 2004, h. 151
29
Tabel. 2 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqih MTs
37
No Standar Kompetensi
1 Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara
thaharah, pelaksanaan shalat wajib, Jama’ah, Jama’, Qashar, darurat, jenazah, sunnah serta mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. 2 Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang sujud, dzikir dan doa, puasa, zakat, haji dan umrah, makanan dan minuman
yang halal dan haram, qurban dan aqiqah serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
3 Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang muamalah,
muamalah diluar jual beli, kewajiban terhadap sesama, orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur, tata pergaulan remaja, jinayat,
hudud, dan sanksi hukumannya, kewajiban mematuhi undang- undang negara dan syariat Islam, kewajiban memelihara dan
mengelola lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
Sedangkan kompetensi mata pelajaran Fiqih di SMP berisikan sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan
pengetahun kognitif dalam rangka memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT. Kemampuan yang tercantum dalam komponen dasar umum yang
harus dicapai di Sekolah Menengah Pertama yaitu mampu beribadah
37
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Fiqih Madrasah Tsanawiyah, ....h. 46
30
dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah.
38
Tabel. 3 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqih SMP
No Standar Kompetensi
1 Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara
thaharah, pelaksanaan shalat wajib, jama’ah, jama’, qashar serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2 Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang pelaksanaan
shalat sunnah, sujud, puasa, zakat, makanan dan minuman yang halal dan haram serta mampu menggunakannya.
3 Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang qurban dan
aqiqah, ibadah haji dan umrah, shalat jenazah, dan tata cara pernikahan serta mampu mengamalkannnya.
B. Kerangka Berfikir
Pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia untuk meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi-potensi pribadinya baik rohani maupun
jasmani. Dalam hal ini pendidikan Fiqih menjadi sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan Islam. Karena dengan adanya pendidikan Fiqih
peserta didik diharapkan dapat melakukan ajaran syari’at dengan benar yang sesuai syariat dan sesuai dengan ajaran rasul Muhammad. Dengan pelajaran
Fiqih diharapkan pula peserta didik dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi hamba yang iman dan taqwa.
38
Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004
.....h. 151
31
Pendidikan Fiqih merupakan salah satu pendidikan yang intensif diberikan kepada peserta didik mulai dari kanak-kanak hingga dewasa. Secara
informal pendidikan Fiqih telah diajarkan oleh para orang tua kepada anak- anak mereka. Para orang tua mengajari anak-anaknya bagaimana cara shalat,
puasa, wudlu, dan hal lain yang sifatnya masih sederhana yang dapat diberikan kepada anaknya.
Sehingga tidaklah heran secara formal pendidikan Fiqih dijadikan sebagai ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah dari pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi. Pada pendidikan menengah pertama terdapat SMP yang berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional dan
MTs yang berada di bawah naungan Kementrian Agama. SMP merupakan sekolah yang lebih bersifat pendidikan umum. Sedangkan MTs merupakan
sekolah khas agama Islam yang mempelajari beberapa pelajaran umum ditambah dengan beberapa pelajaran tentang agama Islam.
Dengan demikian terdapat perbedaan antara MTs dan SMP. Dalam hal beban dan pengalaman belajar. Dimana siswa SMP beban dan pengalaman
belajarnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswa MTs. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar di MA.. Siswa yang sudah pernah mempelajari
pelajaran apapun berarti sudah ada kesiapan apabila pelajaran tersebut terdapat lagi pada tingkat pendidikan berikutnya. Karena adanya kesiapan tersebut,
maka hasilnyapun akan baik, dan sebaliknya jika tidak ada kesiapan atau kesiapannya lemah, maka hasilnya pun akan lemah.
Oleh karena itu, faktor pengalaman atau kesiapan siswa untuk belajar suatu materi pelajaran sangat mempengaruhi prestasi baik atau tidaknya atau
dalam istilah lain tinggi atau lemah, maka dalam kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, bahwa latar belakang pendidikan termasuk
kedalam upaya untuk mempersiapkan mental dan kejiwaan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada tingkat jenjang berikutnya ataupun terhadap
pembelajaran suatu materi yang berkelanjutan dan merupakan pengembangan dari pembelajaran sebelumnya. Dalam hal ini, siswa yang berasal dari MTS
32
dapat di pastikan lebih siap dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SMP dalam mengikuti pelajaran Fiqih.
Atas dasar pertimbangan diatas, maka dapat diperkirakan bahwa prestasi belajar Fiqih siswa yang berasal dari MTs akan lebih besar atau lebih
baik dari pada prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP.
C. Pengajuan Hipotesis