Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP PENDUDUK SIPIL SEBAGAI KORBAN
DALAM INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
A. Perlindungan Penduduk Sipil dalam Konvensi den Haag 1899 dan 1907
Sejak invasinya ke Irak tahun 2003, AS sudah membunuh lebih dari satu juta rakyat Irak. Hal ini terungkap dalam riset yang dilakukan lembaga survei di Inggris
Opinion Research Business ORB. Dalam riset yang dilakukan dengan cara wawancara tatap muka terhadap 2.414 warga Irak usia dewasa, mayoritas mengakui
kehilangan sedikitnya satu anggota keluarga dalam satu rumah tangga, akibat konflik dan bukan karena sebab-sebab alamiah.
Dalam survei yang dilakukan sendiri oleh ORB, ditemukan fakta sekitar 1, 2 juta orang tewas. Namun survei itu belum dilakukan secara komprehensif dan belum
menjangkau daerah-daerah pedalaman, sehingga jumlah itu besar kemungkinan akan lebih besar. Riset hanya dilakukan di 15 provinsi dari 18 provinsi yang ada di Irak.
Provinsi yang belum diriset termasuk dua provinsi yang selama ini dikenal rawan, yaitu Kerbala dan Anbar, serta provinsi Arbil di utara karena otoritas pemerintah
setempat melarang tim riset melakukan penelitian di wilayah itu.
73
73
Invasi AS bunuh lebih satu juta warga sipil Irak, diakses dari situs
:http:english.aljazeera.netNRexeres9AFAB89C-4313-4861-B592-FEFD4328F1DD.htm
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
Berapa jumlah pasti warga sipil di Irak yang tewas akibat invasi AS, selama ini masih menjadi kontroversi. Tahun 2004, jurnal kedokteran The Lancet
menyebutkan bahwa jumlah warga Irak yang tewas selama invasi lebih dari 100.000 orang. Sedangkan Iraq Body Count memperkirakan jumlah warga sipil yang tewas
antara 80 ribu sampai 88 ribu lebih, dan angka itu dipertanyakan validitasnya oleh banyak pihak termasuk oleh otoritas AS di Irak.
74
Para korban yang meninggal dunia banyak berasal dari penduduk sipil. Pembunuhan terhadap penduduk sipil ini contohnya adalah pengeboman pasar yang
terjadi di pasar Irak. Menteri penerangan Irak Mohammed Said al-Sahaf, menyatakan pengeboman pasar yang memakan korban sipil ini sepenuhnya merupakan kesalahan
pasukan koalisi. Sementara Pusat komando Amerika di Qatar menyatakan tengah meneliti insiden ini. Sehari sebelumnya, Irak juga menyalahkan pasukan Amerika,
yang menurut mereka bertanggung jawab atas ledakan di sebuah pasar lain di Baghdad. Ledakan itu menewaskan 14 warga sipil. Pentagon membantah dan
menyatakan sama sekali tak pernah mengarahkan rudal ke kawasan itu. Invasi Amerika Serikat ke Irak ternyata memakan korban besar di kalangan sipil. Jumat lalu,
misalnya, Pemerintah Irak menyatakan bahwa pemboman pesawat-pesawat Amerika- Inggris semalam sebelumnya di Najaf menewaskan sedikitnya 26 warga sipil,
sementara sorti pengeboman di atas Baghdad pada malam yang sama menewaskan tujuh orang.
75
Berdasarkan data-data korban di atas, jelas bahwa invasi Amerika Serikat yang telah memakan banyak korban sipil bertentangan dengan hukum Humaniter
http:www.gatra.com2003-03-31versi_cetak.php?id=26793
74
Ibid.
75
Duduki Dulu, Demokrasi Kemudian, diakses dari situs : http:www.gatra.com2003-03- 31versi_cetak.php?id=26793, tanggal 31 Maret 2003.
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
Internasional. Pada dasarnya para ahli internasional telah merumuskan apa yang dinamakan dengan”Declaration of Minimum Humanitarian Standard” yang berisi
prinsip-prinsip dasar yang memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang dapat diberlakukan dalam berbagai situasi, termasuk di dalamnya
kekerasan internal internal violence, gangguan-gangguan disturbances, ketegangan-ketegangan tension maupun dalam berbagai keadaan darurat.
76
Seperti telah diketahui bersama, konvensi Den Haag ini mengatur tentang perang yang bersifat internasional. Di mana baik dalam Konvensi Den Haag maupun
Peraturan Den Haag yang mengatur hukum kebiasaan perang baik di darat tidak menetapkan dan merumuskan batasan pengertian penduduk sipil. Meskipun demikian,
di dalam Peraturan Den Haag terdapat pula ketentuan-ketentuan yang mengatur orang-orang yang tidak tergolong anggota angkatan bersenjata. Di samping milisi dan
barisan sukarelawan yang harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan baginya diberlakukan hukum hak dan kewajiban peserta leeve en messe,
Hal ini kemudian direalisasikan di dalam konvensi-konvensi internasional lainnya, seperti
konvensi menentang penyiksaan dan perlakkuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusiawi.
Jadi, dengan adanya konvensi yang bersifat internasional ini, maka penduduk sipil yang menjadi korban invasi Amerika Serikat di Irak dapat dilindungi atau
setidaknya diberikan perlindungan atau rehabilitasi dengan tetap mengacu pada pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia PBB 1948.
77
petugas sipil, pengantar surat,
78
orang-perorangan yang melanggar gencatan bersenjata,
79
76
Ibid.
77
Pasal 2 Peraturan Den Haag
78
Pasal 29 Peraturan Den Haag
79
Pasal 41 Peraturan Den Haag
penghuni
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
dan penduduk di wilayah yang diduduki dan sebagainya.
80
Perlindungan lain yang diberikan khusus kepada penduduk sipil yang berada di wilayah yang diduduki musuh adalah berupa perlindungan terhadap korban perang
sebagai akibat bahaya dari operasi militer dan perlindungan terhadap tindakan sewenang-wenang dari musuh yang menguasai.
Karena bukan anggota angkatan bersenjata, mereka itu adalah pendudduk sipil menurut Konvensi Den Haag
ini. Berbagai macam orang yang tidak tergolong angkatan bersenjata itu di dalam
Peraturan Den Haag ini dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu mereka yang merupakan penduduk sipil yang tidak ikut serta di dalam permusuhan dan penduduk
sipil yang ikut serta dalam permusuhan. Khusus bagi penduduk sipil yang tidak ikut serta di dalam permusuhan diatur di dalam Pasal 42-56 Peraturan Den Haag.
81
a. Penduduk sipil yang tidak boleh dipaksa untuk memberikan informasi tentang angkatan bersenjata pihak lawan yang bertikai atau tentang perlengkapan
pertahanannya. Adapun perlindungan yang
ditetapkan itu, dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :
82
b. Penduduk sipil tidak boleh diminta untuk bersumpah setia kepada penguasa pendudukan.
83
c. Hak-hak pribadi dan harta penduduk sipil harus dihormati.
84
d. Penjarahan-penjarahan terhadap penduduk sipil dilarang.
85
80
Pasal 42-56 Peraturan Den Haag
81
Mochtar Kusumaatmadja, Op.cit, hal. 81.
82
Pasal 44 Peraturan Den Haag
83
Pasal 45 Peraturan Den Haag
84
Pasal 46 jo Pasal 53 Peraturan Den Haag
85
Pasal 47 Peraturan Den Haag
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
e. Pengutan pajak dan pengutan lain dari penduduk sipil tidak boleh dilakukan sewenang-wenang.
86
f. Penduduk sipil tidak boleh dihukum secara umum.
87
g. Pencabutan hak penduduk sipil tidak boleh dilakukan sewenang-wenang.
88
Di dalam Peraturan Den Haag peserta Leeve en Masse ditetapkan sebagai belligerent bila memiliki persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh Peraturan Den
Haag tersebut. Persyaratan itu adalah bahwa waktu ikut serta dalam permusuhan mereka membawa senjata secara terang-terangan dan mematuhi hukum dan kebiasaan
perang. Karena ditetapkan sebagai belligerent, peserta leeve en masse itu berhak atas perlindungan yang ditetapkan bagi angkatan bersenjata, yakni bila tertangkap, berhak
diperlakukan sebagai tawanan perang. Selanjutnya perlindungan terhadap penduduk sipil yang ikut serta dalam
permusuhan, dapat dibedakan atas 3 tiga kelompok : 1. Perlindungan Peserta Levee en Masse
89
Petugas sipil pengantar surat untuk angkatan bersenjata sendiri ataupun untuk angkatan bersenjata musuh yang melakukan tugasnya secara terbuka, tidak
diperlakukan sebagai mata-mata. Demikian juga petugas komunikasi lain yang Ini berarti bahwa pada umumnya
perlindungan yang diberikan di dalam Bab II dan III Seksi I Peraturan Den Haag tersebut yang masing-masing mengatur perlindungan bagi tawanan perang serta
mereka yang sakit dan terluka, berlaku bagi peserta leeve en masse itu.
2. Perlindungan Penduduk Sipil Pengantar Surat
86
Pasal 48, 49 dan Pasal 51 Peraturan Den Haag
87
Pasal 50 Peraturan Den Haag
88
Pasal 52 Peraturan Den Haag
89
Pasal 52 Peraturan Den Haag
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
menghubungkan bermacam bagian angkatan bersenjata atau berbagai bagian wilayah.
90
Pelanggaran gencatan senjata dapat dilakukan oleh salah satu pihak yang berperang atau oleh orang-perorangan atas kehendak sendiri. Pelanggaran yang
terakhir ini dapat dilakukan oleh penduduk sipil. Dalam hal demikian penduduk sipil itu dilindungi dari penyerahan dirinya kepada musuh untuk dihukum karena
perbuatannya. Karena tidak diperlakukan sebagai mata-mata, maka mereka itu tidak
dapat pula dihukum sebagai mata-mata.
3. Pelanggar Gencatan Senjata
91
B. Perlindungan Penduduk Sipil dalam Konvensi Jenewa 1949