Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
Provokasi Amerika Serikat tentang adanya senjata pemusnah massal Irak terkait dengan jaringan teroris Al-Qaida dan Saddam yang membuat Irak menjadi
tidka demokratis tampaknya hanya kamuflase Amerika Serikat. Di balik itu, ada alasan sebenarnya yang memang tak pernah mau diungkapkan Bush dan seluruh
pimpinan Amerika lainnya serta para sekutunya. Berkali-kali mereka mengatakan, bukan karena minyak mereka menyerang Irak. Namun, itu pun semata-mata harus
melalui pintu Dewan Keamanan PBB Pasal 42 Piagam PBB tidak dengan tindakan sepihak pemimpin negara.
C. Taktik Devide et Impera Amerika Serikat di Irak
Setahun setelah pendudukan Irak, Syiah dan Sunni sepakat pada satu hal: Amerika harus pergi. Berhadapan dengan resistansi sengit rakyat Irak, AS berencana
untuk menyerahkan tugas keamanan internal pada rejim pilihannya dan segera mengangkat pasukan polisi lokal, sambil tetap memegang tampuk kekuasaan. Tetapi
usaha Amerika akan sulit berhasil. Kekerasan dan instabilitas tampak masih akan berlanjut di Irak
65
Mayoritas rakyat Irak percaya bahwa AS menginvasi negara mereka untuk mengontrol minyak mereka tetapi itu tentu saja bukan satu-satunya alasan. Banyak
kalangan intelektual Irak yang percaya bahwa tujuan AS di Irak adalah untuk mengukir dan mengontrol koridor strategis baru di jantung Timur Tengah.
Bertetangga dengan Jordan yang merupakan aliansi setia, mereka percaya rencana pendudukan Amerika adalah untuk mendominasi teritorial vital yang berawal dari
Israel dan berakhir di perbatasan Irak dengan Iran, Suriah, Saudi Arabia dan Turki .
65
A. Fatih Syuhud, Taktik Divide et Impera AS di Irak, Waspada Online, 04 Mei 2004, hal. 3.
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
yang secara geografis berbatasan. Apabila Amerika berhasil mengkonsolidasi kekuatannya, mereka kuatir AS akan berada dalam posisi dapat mempengaruhi
berbagai peristiwa di negara-negara tetangga sebagai sebuah kemungkinan skenario untuk meredefinisi tatanan politik di kawasan itu.
66
Kontradiktif dengan janji-janji liberal pemerintahan US dan Inggris untuk membawa demokrasi dan kebebasan pada bangsa Irak dan mengeliminasi WMD
weapons of mass destruction – senjata pemusnah masal, pasukan pendudukan justru telah menggiring Irak menjadi sebuah neraka dunia. Amerika, yang sebelumnya
mengklaim telah “memerdekakan” mayoritas populasi Syiah, saat ini menggunakan mesin perang mereka untuk menindas Syiah yang menuntut penarikan mundur
mereka dari area konsentrasi populasi dan lokasi tempat-tempat suci. Sebaliknya, Amerika mulai memecah-belah rakyat Irak menurut garis sektarian dengan cara
meledakkan tempat-tempat peribadatan. Akan tetapi, sampai saat ini tak satupun dari permintaan mereka terakomodasi
67
Saat ini terdapat sikap umum bahwa Amerika tidak tertarik pada demokrasi atau kesejahteraan rakyat Irak. Mereka hanya hendak menguasai mereka.
Politik membebaskan Irak tampaknya telah berganti arah setelah kegagalan strategi AS untuk memecah-belah Syiah dan Sunni. Pada minggu lalu, kedua kelompok ini
bertempur dengan sengit melawan pasukan pendudukan. Pada minggu kedua April, di Falluja saja lebih dari 600 warga Irak terbunuh oleh Amerika. Satu anggota dari Iraqi
.
66
Ibid.
67
Sementara itu kalangan Syiah yang terbukti lebih taat pada Pentagon daripada kaum mereka sendiri mendapat penghargaan. Selama setahun ini, Amerika telah kehilangan kepercayaan dari
kelompok-kelompok Syiah termasuk kalangan moderat yang semestinya dapat menjadi tulang punggung kebijakan dan aksi AS melawan Saddam Hussein. Rejim sebelumnya umumnya dituduh
sebagai pelaku penindasan perlawanan Syiah di selatan Irak pada 1991, pengeboman suku Kurdi pada 1983 dan mengubur rakyat di kuburan massal. Akan tetapi daftar kriminal perang yang dilakukan AS di
tempat-tempat semacam Basra, Nassiriya, Kut, Najaf, Karbala, Ramadi, Falluja, Abu Gharib dan Amara melalui operasi militer telah melebihi proporsi yang dilakukan Saddam.
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
Governing Council IGC tunjukan AS mengundurkan diri. Adnan Pachachi, anggota pro-AS, menyebut aksi Amerika di Falluja sebagai illegal. Apa yang paling
menyakitkan rakyat Irak adalah larangan pasukan AS atas penyebaran suplai bantuan makanan dan obat-obatan.
Terdapat sejumlah kasus pembunuhan brutal atas rakyat yang tak berdosa di checkpoint militer. Begitu juga sejumlah kasus yang tidak diinginkan:
penggeledahan yang tidak mempertimbangkan tata krama adat setempat, penahanan, penyiksaan, dan lain-lain. Apa yang menyulut lingkaran krisis di Irak adalah
penundaan yang disengaja oleh pasukan pendudukan dalam memberlakukan aktivitas “perbaikan dan rehabilitasi” oleh Coaltion Provisional Authority CPA atau otoritas
sementara koalisi dan 350 LSM Lembaga Swadaya Masyarakat yang berada di Irak. Setahun telah berlalu dan tidak ada perbaikan terjadi dalam segi keamanan dan
normalisasi kehidupan. Rakyat awam Irak lebih kuatir tentang penghasilan sehari-hari dan keamanan mereka. Rakyat Irak percaya bahwa beberapa persoalan seperti listrik,
minyak, pekerjaan, komunikasi telepon, kebebasan rakyat untuk bepergian, pendidikan, dan lain-lain akan dapat diatasi oleh AS dalam beberapa bulan saja. Akan
tetapi mereka tidak tertarik dalam hal-hal semacam ini. Sinyalemen seperti ini tampaknya benar karena semakin tidak stabil, tidak aman dan anarki, maka akan
semakin besarlah alasan bagi pasukan pendudukan untuk tetap terlibat dalam bidang militer di Irak
68
Pemberlakuan dramatis Konstitusi Interim Irak KII pada 8 Maret sebagai Hukum Administrasi fundamental telah mengancam kepentingan legitimate dari
kalangan mayoritas Irak baik Sunni maupun Syiah. Dokumen interim sebanyak 62 .
68
A. Fatih Syuhud, op.cit, hal. 4.
Hendra Jusanda : Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
Artikel akan memutuskan masa depan Irak dalam konteks bentuk pemerintahan dan dasar dari konstitusi permanen. Hukum ini mengecam rejim sebelumnya dan
kebijakan penindasannya di berbagai pasalnya tetapi sama sekali tidak berkomentar atas penindasan dan kejahatan yang lebih besar yang dilakukan oleh pasukan
pendudukan yang tinggal di Irak. Ia juga memberikan kesempatan pada Pemerintahan Interim PI dalam fase pertama dan Pemerintahan Transisi PT pada fase kedua
untuk menentukan pemerintahan masa depan
69
Lebih dari 650 pakar urusan luar negeri dari Amerika Serikat dan negara- negara lain menandatangani surat terbuka yang mengecam kebijakan luar negeri
pemerintahan George W Bush .
D. Reaksi Dunia dan Sejumlah Pakar terhadap Invasi Amerika Serikat Ke