4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil
penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya maka dalam penelitian akan dipergunakan alat
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi Dokumen
Studi dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.
b. Wawancara
Wawancara akan dilakukan pada informan sebagai narasumber yaitu Ketua Pengadilan Agama Medan, sebagai narasumber yang mempunyai informasi
yang memberikan keterangan-keterangan demi menjawab permasalahan dalam penelitian ini sebagai data penunjang.
Pemilihan Ketua Pengadilan Agama Medan adalah untuk lebih mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dikarenakan Pengadilan
Agama Medan akan memiliki lebih banyak perkara khususnya poligami dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di propinsi sumatera utara
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan medan merupakan kota terbesar yang ada di propinsi sumatera
utara. 5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.
49
Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun data yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif.
Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya.
Kemudian analisis itu akan dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan.
Dalam melakukan penarikan kesimpulan maka akan menggunakan logika berfikir indukti ke deduktif. Dengan logika berfikir tersebut diharapkan akan
diperoleh jawaban permasalahan dalam penelitian ini.
49
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ramaja Rosdakarya Bandung, Tahun 1993, hal. 103
Universitas Sumatera Utara
BAB II HAK ISTRI KE-2 DAN SETERUSNYA ATAS HARTA PERKAWINANNYA
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BILA PERKAWINANNYA PUTUS
A. Putusnya Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Pada dasarnya dilakukannya suatu perkawinan adalah bertujuan untuk selama- lamanya. Tetapi ada sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan perkawinan tidak
dapat diteruskan. Menurut Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan perkawinan dapat putus
dikarenakan tiga hal, yaitu : 1. Kematian.
2. Perceraian, dan 3. Atas Keputusan Pengadilan.
50
1. Putusnya Perkawinan Karena Kematian