Dasar Hukum Mediasi PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO.1 TAHUN 2008 TENTANG

maka tawaran pihak pertama dan harga konsesi akan sangat menentukan pada hasil akhir negosiasi mediasi. 35

C. Dasar Hukum Mediasi

Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia yang umumnya diakui di semua tempat di dunia ini. Apabila keadilan itu kemudian dikukuhkan ke dalam sebuah institusi yang bernama hukum, maka hukum itu harus mampu menjadi saluran agar keadilan itu dapat diselenggarakan secara seksama dalam masyarakat. 36 Yang menjadi dasar hukum pemberlakuan mediasi dalam sistem peradilan di Indonesia dalam proses ligitasi didasarkan pada: a. Pancasila. Dasar hukum dari mediasi yang merupakan salah satu sistem ADR di Indonesia adalah dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila, dimana dalam filosofinya tersiratkan bahwa penyelesaian sengketa adalah musyawarah mufakat, hal tersebut juga tersirat dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hukum tertulis lainnya yang mengatur mediasi adalah Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 3 ayat 2 menyatakan ”Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila”. Penjelasan Pasal 3 ayat 1 menyatakan : 35 Said Faisal, Pengantar Mediasi, Jakarta : Mahkamah Agung RI,2004, h.65. 36 Lailatul Arofah, Perdamaian dan Bentuk Lembaga Damai di Pengadilan Agama Sebuah Tawaran Alternatif, Mimbar hukum, No.63, h.43. ketentuan ini tidak menutup kemungkinan untuk usaha penyelesaian perkara dilakukan di luar pengadilan negara melalui perdamaian atau arbitrase. 37 Kini telah jelas dan diakui secara hukum tentang adanya suatu lembaga alternatif di dalam pengadilan yang dapat membantu para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya. Karena selama ini yang dikenal dan diatur dengan peraturan perundang-undangan adalah arbitrase saja. Yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. 38 b. Pasal 130 HIR154 Rbg Sebenarnya sejak semula pasal 130 HIR maupun pasal 154 Rbg mengenal dan menghendaki penyelesaian sengketa melalui cara damai. Pasal 130 ayat 1 HIR berbunyi : Jika pada hari sidang yang ditentukan itu kedua belah pihak datang, maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba akan mendamaikan mereka. 39 Selanjutnya ayat 2 menyatakan : Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat suatu surat akta tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan mentaati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalanlkan sebagai putusan yang biasa. 40 37 Susanti Adi Nugroho, Naskah Akademis : MEDIASI, Jakarta, Peslitbang Hukum dan Peradilan MA-RI, 2007, hal.36. 38 Susanti Adi Nugroho, Naskah Akademis : MEDIASI, Jakarta, Peslitbang Hukum dan Peradilan MA-RI, 2007, hal.36. 39 R. Soesilo, RIBHIR Dengan Penjelasan, Bogor : Pollteria, 1985, hal. 88. 40 R. Soesilo, RIBHIR Dengan Penjelasan, Bogor : Pollteria, 1985, hal. 187. Tidak dapat dipungkiri bahwa hukum acara yang berlaku baik pasal 130 Herziene Indonesia Reglement HIR maupun pasal 154 Rechtsreglement Buitengewesten Rbg, mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses ini. 41 c. Pasal 82 UU No.7 Tahun 1989 jo UU No.3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama. Pasal 82 berbunyi : 1 Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian. Hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak. 2 Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara pribadi kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak dapat menghadap secara pribadi dapat diwakilkan oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu. 3 Apabila kedua belah pihak bertempat kediaman di luar negeri, maka penggugat pada sidang perdamaian tersebut menghadap secara pribadi. 4 Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. d. Penjelasan Pasal 31 ayat 2 PP No.9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 41 Penggabungan dua konsep penyelesaian dua sengketa ini diharapkan mampu saling menutupi kekurangan yang dimiliki masing-masing konsep dengan kelebihan dalam ketetapan hukumnya yang mengikat, akan tetapi berbelit-belitnya proses acara yang harus dilalui sehingga akan memakan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit yang harus ditanggung oleh para pihak. Dan dalam penentuan proses penyelesaian mediasi mempunyai kelebihan dalam keterlibatan para pihak dalam penentuan proses penyelesain sehingga prosesnya lebih sederhana, murah dan cepat dan sesuai dengan keinginan. Akan tetapi kesepakatan yang dicapai tidak memiliki ketetapan hukum yang kuat sehingga bila dikemudian hari salah satu dari pihak menyalahi kesepakatan yang telah dicapai maka pihak yang lainnya akan mengalami kesulitan bila ingin mengambil tindakan hukum. Lihat Suyud Margono, ADR Alternative Dispute Resolution Arbitrase Proses Pelembagaan Aspek Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000, hal. 23-33 Pasal 31 ayat 2 PP No.9 Tahun 1975 berbunyi: 2 Selama perkara belum diputuskan, upaya mendamaikan dapat dilakukan pada setiap pemeriksaan. Yang mana penjelasan pasal tersebut adalah : ”Usaha Untuk mendamaikan suami-istri yang sedang dalam pemeriksaan perkara gugatan untuk mengadakan perceraian tidak terbatas pada sidang pertama sebagaimana lazimnya dalam perkara perdata, melainkan pada setiap saat sepanjang perkara itu belum diputus oleh hakim. Dalam mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada orang atau badan lain yang dianggap perlu. 42 Pasal tersebut jelas menunjukan bahwa mediasi wajib dilakukan oleh para pihak yang berperkara dalam pasal ini suami-istri dengan bantuan seorang mediator hakim. e. PERMA No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam pasal 4 PERMA No.1 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa semua perkara perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib lebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator. Maka, pada sidang pertama yang dihadiri oleh kedua belah pihak, sebelum pembacaan gugatan dari penggugat. Hakim wajib memerintahkan para pihak untuk lebih dahulu menempuh mediasi yang dibarengi dengan penundaan pemeriksaan perkara. f. AlQur’an: Surah An-Nisa’ 4 ayat: 128 dan Surah Al-Hujarat 49 ayat: 9 42 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta, Depag RI, 2001, hal. 178. Kewajiban hakim dalam mendamaikan pihak-pihak yang brperkara adalah sejalan dengan tuntunan ajaran Islam. Ajaran Islam memerintahkan agar menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi diantara manusia sebaiknya diselesaikan dengan jalan perdamaian islah. 43 Dalam hukum Islam secara terminologis perdamaian disebut dengan istilah Islah yang menurut bahasa adalah memutuskan suatu persengketaan. Dan menurut syara’ adalah suatu akad dengan maksud untuk mengakhiri suatu persengketaan antara dua pihak yang saling bersengketa. 44 Jadi sulh adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak bersepakat untuk mengakhiri perkara mereka secara damai. Dasar hukum dalam Al-Qur’an, termaktub dalam Surah An-Nisa’ ayat 128 : ÈβÎρ îο÷ö ôMù{  ÏΒ γÎ=÷è ——θà±çΡ ÷ρ ZʏôãÎ ξ ù yΨã_ ϑÍκöŽ=æ β sÎ=óÁムϑæηΖ÷ [sù=ß¹ 4 ßxù=÷Á9ρ ׎öz 3 ÏNŽÅØôméρ Ú àΡ{ £x’±9 4 β Îρ θãΖÅ¡ósè? θà−G?ρ €χÎù χ . ϑÎ χθ è=ϑ÷è? ZŽÎ6z ء ا : 128 Artinya : ”Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya. Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik bagi 43 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta : Kencana, 2008, hal. 151. 44 As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz III, Beirut : Dar Al-Fikr, 1977, hal. 305 mereka walaupu manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu dari nusyud dan sikap tak acuh. Maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. An-Nisa’: 4 ayat 128. Makna ” wal shulhu khair” yakni ” dan perdamain itu lebih baik”. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ’Abbas ra, ia berkata : ” yaitu memberikan pilihan”. Maksudnya apabila suami memberikan pilihan kepada istri antara bertahan atau bercerai, itu lebih baik daripada si suami terus menerus mengutamakan istri yang lain daripada dirinya. 45 Dzahir ayat ini bahwa perdamaian di antara keduanya dengan cara istri merelakan sebagian haknya bagi suami dan suami menerima hal tersebut, lebih baik daripada terjadi perceraian secara total. 46 Sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, beliau tetap mempertahankan Saudah binti Zam’ah dengan memberikan malam gilirannya kepada ’Aisyah RA. Beliau tidak menceraikannya dan tetap menjadikannya sebagai istri. 47 Beliau melakukan itu agar diteladani oleh umatnya, bahwasannya hal tersebut disyari’atkan dan dibolehkan. Hal itu lebih utama pada hak Nabi Muhammad SAW. Kesepakatan itu lebih dicintai oleh Allah daripada perceraian. Firman Allah ”wal shulhu khair” ’dan perdamaian itu lebih 45 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, cet.2, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2008, hal.683-684 46 Ibid, h. 683. 47 Ibid, h. 684. baik’, bahkan perceraian sangat dibenci Allah SWT. 48 Ayat ini berkaitan dengan masalah perkawinan. Selain ayat tersebut ketentuan berdamai sejalan dengan Firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Hujarat 49 ayat 9 : β Îρ ÈβGÍ←Û  ÏΒ  ÏΖÏΒ÷σßϑø9 θè=GGø θßsÎ=ô¹ù ϑåκ]÷ β Îù ôMó ϑßγ ‰÷nÎ ’? ã “ ÷z{ θè=ÏG≈ù  ÉL©9  Èöö7?  ®Lm  þ’Å∀? ’ Π̍øΒ 4 β Îù ôNù θßsÎ=ô¹ù ϑåκ]÷ ÉΑô‰èø9Î þθäÜÅ¡øρ ¨βÎ =Ïtä†  ÏÜÅ¡øßϑø9 ةا ا : 9 Artinya : ”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara kedunya, tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil ; Sesungguhnya Allah mencintai orang- orang yang berlaku adil”.QS. Al-Hujarat 49 ayat 9. Allah SWT berfirmann seraya memerintahkan untuk mendamaikan dua kubu kaum mukmin yang saling bertikai. Mereka tetap disebut sebagai orang-orang beriman meski saling menyerang satu sama lain. 49 Dimana dikemukakan dalam ayat itu bahwa jika dua golongan orang beriman bertengkar maka damaikanlah mereka, perdamaian itu hendaklah 48 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, cet.2, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2008, hal.683-684. 49 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, cet.2, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2008, hal.470. dilakukan dengan adil dan benar sebab Allah SWT sangat mencintai orang yang berlaku adil. 50 Jika Al-qur’an membolehkan perdamaian dalam masalah-masalah seperti di atas, maka perdamaian dalam masalah keperdataan yang menyangkut harta bendapun sudah barang tentu dibolehkan juga. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih tradisional banyak juga anjuran dari pakar hukum Islam agar menyelesaikan sengketa antara umat Islam supaya dilaksanakan dengan cara islah atau perdamaian. Yang apabila ditelaah dengan seksama kajian sulh dalam kitab-kitab fiqih klasik, objek kajiannya tertuju pada bidang perjanjian atau perikatan yang menyangkut harta benda. g. Al-Sunnah Anjuran Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Memilih sulh sebagai sarana penyelesaian sengketa yang didasarkan pada pertimbangan bahwa, sulh dapat memuaskan para pihak, dan tidak ada pihak yang merasa menang dan kalah dalam penyelesaian sengketa mereka. Dalam penyelesaian sengketa, langkah pertama yang ditempuh Rasulullah SAW adalah jalan damai. Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud : 50 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta : Kencana, 2008, hal. 151. ْةَ َْ ُه َِأ ْ َ , َل َ : َََﺱَو ََِْ ُا ََ ِا ُلُﺱَر َل َ . ُ-ُْ. ا ً0َ1َ2 َمَ َ2 ْوَأ ً4اَ َ2 َ5َ2َأ ً6ُْ َ0ِإ َ ِْ8ِْ ُ8 ا َ َْ ٌ:ِ; َﺝ =اور دواد أ 51 Artinya : Dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda; ”perdamaian antara orang-orang muslim itu dibolehkan, kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal” HR. Abu Daud. At-Tirmizi menambahkan : ?2 6 ا ل1A ا ?2 أ 4 يCD ا ?2 Eآ G ا و 8 ف ﻥ:8 ا أ =ﺝ : نأ لﺱر ا ا و ﺱ ل -. ا :; ﺝ 8 8 ا 0إ 6 م 2 012 وأ 52أ 4ا 2 ن8 8 او Kو L 0إ K L م 2 012 وأ 52 4ا 2 ل أ اMه N 2 2 -6 52 Artinya : ”Dan orang-orang Islam itu menurut perjanjian mereka, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.Tirmizi berkata, hadis ini Hasan Shahih. 51 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Beirut : Karoban Hazam, 1974, hal.553. Dapat juga dilihat Li’Ala Addin Samarqondi, Tuhfah al-fuqoha Juz 3, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1995, hal. 249 52 Muhammmad bin Isa Abu Isa al-Turmudzi, Sunan Turmudzi, Juz 3, Beirut : Dar al-Turats al ‘Arabiy, h. 634. Perdamaian yang dikandung oleh sabda ini bersifat umum, baik mengenai hubungan suami itri, transaksi maupun politik. Selama tidak melanggar hak-hak Allah dan Rasul-Nya, perdamaian hukumnya boleh. 53 h. Doktrin Umar ibn Khattab Umar Ibn Khatab dalam suatu peristiwa pernah berkata : ”Tolaklah permusuhan hingga mereka berdamai, karena pemutusan perkara melalui pengadilan akan mengembangkan kedengkian diantara mereka”. 54

D. Prinsip-Prinsip Hukum Mediasi