pemutus perkara, berubah menjadi lembaga yang memberikan keadilan dengan kepuasan kedua belah pihak.
168
D. Analisis Penulis
PERMA No.1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi
Realitas pada prakteknya di Pengadilan
• Dalam pasal 2 2 mediator dan
dan para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa
melalui mediasi. •
Namun pada prakteknya masih ada para pihak yang tidak
mengikuti jalannya
prosedur mediasi dengan alasan mereka
sudah melakukan mediasi dengan keluarga
• Pada pasal 5 1 setiap orang
yang menjalankan
fungsi mediator
wajib memiliki
sertifikat mediator •
Namun pada kenyataannya masih banyak mediator yang belum
memiliki sertifikat mediator
• Pada pasal 7 2 ketidak hadiran
para pihak tidak menghalangi pelaksanaan mediasi
• Pada Prakteknya jika salah satu
tidak hadir
mediasi tidak
dilaksanakan •
Dalam pasal 8 1 para pihak •
Dalam praktek hakim mediator
168
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Achmad Harun Shofa, Bapak Mahmuddin. Hakim Mediasi Pengadilan Agama Jakarta Timur
berhak memilih sendir mediator yang akan menjadi mediator
langsung dipilih atau ditunjuk oleh hakim majelis
• Pada pasal 13 3 lamanya
proses mediasi berlansung 40 hari kerja
• Kenyataanya sangat minim sekali
hanya berkisar 30-60 menit saja waktu yang sangat singkat
• Dalam hal masalah biaya dalam
perma tidak diatur secara jelas •
Namun ketika praktek terkadang biaya sangat tinggi jika
menghadirkan hakim dari luar
Dengan demikian penulis dapat menganalisa bahwa pelaksanaan mediasi pada prakteknya belum sepenuhnya dijalankan sesuai dengan aturan yang ada dalam
Perma, salah satunya dapat terlihat dari mediator yang harus bersertifikat, namun pada kenyataannya masih banyak mediator yang belum bersertifikat. Kemudian
dari waktu yang sangat singkat untuk melakukan mediasi dengan para pihak , kemudian ketidak hadiran para pihak menghambat jalannya mediasi, lalu
banyaknya yang tidak mengikuti jalannya mediasi dengan alasan sudah mediasi. Dan dalam pemilihan mediatorpun belum terlaksana dengan baik, karena banyak
pengadilan yang belum memasang daftar mediator, begitu juga Perma yang belum secara rinci atau lugas dalam mengatur biaya mediasi sehingga menyebabkan
biaya yang sangat tinggi pada prakteknya ketika memakai mediator dari luar. Pada dasarnya sebuah ikatan perkawinan harus selalu didasari dengan
kekuatan cinta. Namun dalam perjalanan kehidupan rumah tangga sering sekali dibumbui dengan adanya pertengkaran atau percekcokan, karena itu ada banyak
permasalahan yang sudah tidak bisa diselesaikan lagi dengan cara perdamaian secara kekeluargaan yang akhirnya berujung pada perceraian di Pengadilan.
Menyikapi problema yang dihadapi, Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi menyelenggarakan kekuasaan kehakiman selalu berusaha mencari solusi
yang terbaik demi tegaknya aturan hukum dan keadilan. Produk-produk hukum baru berikut perangkat tehnisnya pun diformulasikan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan dimensi hukum. Dalam hal tertunggaknya perkara dan ketidakpuasan para percari keadilan
terhadap putusan pengadilan. Mahkamah Agung mencoba mengintegrasikan proses penyelesaian sengketa alternative non ligitasi dalam hal ini mediasi ke
dalam proses pengadilan ligitasi. Yaitu dengan menggunakan proses mediasi untuk mencapai perdamaian pada tahap upaya damai di persidangan dan hal inilah
yang biasa disebut dengan lembaga damai dengan bentuk mediasi atau lembaga mediasi.
Model lembaga mediasi yang diterapkan di Indonesia sangat mirip dengan mediasi yang diterapkan di Australia, yaitu sistim mediasi yang berkoneksitas
dengan pengadilan. Pada umumnya yang bertindak sebagai mediator adalah pejabat pengadilan. Dengan demikian, compromise solution yang diambil bersipat
paksaan compulsory kepada kedua belah pihak. Namun agar resoluinya memiliki potensi memaksa, harus lebih dulu diminta persetujuan para pihak dan
jika mereka setuju, resolusi mengikat dan tidak ada upaya apapun yang dapat mengurangi kekuatannya.
Ketentuan mediasi di pengadilan mengacu kepada Peraturan Mahkamah Agung Perma No.1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrument efektif mengatasi kemungkinan penumpukan perkara di
pengadilan. Selain itu institusionalisasi proses mediasi ke dalam system peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan pungsi lembaga pengadilan dalam
menyelesaikan sengketa disamping proses pengadilan yang bersipat memutus. Hukum acara yang berlaku baik pasal 130 Herzien Indonesis Reglement
HIR maupun pasal 154 Rechstegrelement Buitengewesten Rbg, mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan
cara mengintegrasikan proses ini. Penggunaan mediasi pada lembaga damai ini bermula dengan dikeluarkannya
Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA No.1 Tahun 2002 Eks pasal 130 HIR154 Rbg tentang pemberdayaan pengadilan tingkat pertama menerapkan
lembaga damai. SEMA tersebut dikeluarkan menyikapi salah satu problema yang dihadapi oleh lembaga peradilan Indonesia dalam penunggakan perkara ditingkat
kasasi dan rasa ketidakpuasan para pencari keadilan terhadap putusan lembaga peradilan yang dianggap tidak menyelesaikan masalah. SEMA ini merupakan
langkah nyata
dalam mengoptimalkan
upaya perdamaian
sehingga pelaksanaannya tidak hanya sekedar formalitas.
Namun karena beberapa hal yang pokok belum secara ekplisit diatur dalam SEMA tersebut maka MA mengeluarkan Perma No.2 tahun 2003 yang berisi
tentang ketentuan umum, tahapan tempat dan biaya mediasi di pengadilan kemudian terakhir disempurnakan dengan keluarnya Perma No.1 Tahun 2008
tentang prosedur mediasi di Pengadilan. Dalam ajaran Islam pun memerintahkan agar penyelesaian perselisihan yang
terjadi pada manusia sebaiknya diselesaikan dengan jalan perdamaian. Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia yang umumnya diakui
disemua tempat di Dunia ini. Apabila keadilan itu kemudian dikukuhkan ke dalam sebuah institusi yang bernama hukum, maka hukum itu harus mampu
menjadi saluran agar keadilan itu dapat diselenggarakan secara seksama dalam masyarakat. Dalam konteks ini tugas hakim yang paling berat adalah menjawab
kebutuhan manusia akan kebutuhan tersebut selain melakukan pendekatan kedua belah pihak untuk merumuskan sendiri apa yang mereka kehendaki dan upaya ini
dapat dilakukan pada tahap perdamaian. Pengadilan Agama Jakarta Timur dari tahun ke tahun tidak pernah sepi dari
perkara perceraian, dalam prosesnya Pengadilanpun selalu mengupayakan perdamaian yang biasa disebut dengan mediasi berdasarkan PERMA No.1 Tahun
2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. Mediasi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah penumpukan perkara yang masuk kepengadilan. Adanya
mediasi ini berpengaruh terhadap proses perceraian tersebut. Dari penelitian yang dilakukan, hakim Pengadilan Agama Jakarta Tmur
melakukan mediasi terhadap para pihak agar terhindar dari perceraian, mediasi
dilakukan diluar proses pemeriksaan perkara sehingga membutuhkan waktu dan tempat tersendiri untuk mediasi tersebut.
Sejak pemberlakuan Perma No.1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi maka proses persidangan perkara perdata diwajibkan kepada para pihak yang
berperkara untuk menempuh proses mediasi dilaksanakan dalam beberapa tahap. Yaitu tahap pramediasi dan tahap proses mediasi. Tahap pramediasi diawali
ketika pada persidanganpertama yang dihadiri oleh kedua belah pihak, hakim menjelaskan tujuan mediasi dan memerintahkan untuk menempuh proses mediasi.
Setelah para pihak menentukan mediator, baik dari daptar pengadilan yang tersedia maupun dari luar. Mediator menentukan jadwal pertemuan mediasi dan
mewajibkan para pihak menyerahkan resume perkara. Selanjutnya hari pertemuan para pihak dengan mediator disebut sebagai tahap proses mediasi, proses mediasi
berlangsung selama 40 hari. Jika mediasi berhasil dibuat akta perdamaian jika masalah harta benda dan jika masalah perceraian dicabut perkaranya. Namun jika
mediasi gagal persidangan dilanjutkan sesuai hukum acara yang berlaku. Pengadilan Agama Jakarta Timur sudah menerapkan Perma No.1 Tahun 2008
namun masih fleksibel. Mediasi adalah satu bentuk penyelesaian sengketa alternative yang bersipat
consensus kooperatifkerjasama. Pilihan penyelesaian sengketa dalam bentuk mediasi merupakan teknik atau mekanisme penyelesaian sengketa yang mendapat
perhatian serta diminati dengan beberapa alasan yang melatarbelakangi yaitu, perlunya mekanismne penyelesaian sengketa yang lebih fleksibel dan responsive
bagi kebutuhan para pihak yang bersengketa. Untuk memerkuat keterlibatan masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa, serta memperluas akses
mencapai atau mewujudkan keadilan sehingga setiap sengketa yang memiliki cirri-ciri tersendiri terkadang tidak sesuai dengan bentuk penyelesain yang satu
akan cocok dengan bentuk penyelesaian yang lain dan para pihak dapat memilih mekanisme penyelesaian sengketa yang terbaik dan sesuai dengan sengketa yang
dipersengketakan. Demgan demikian, tindakan Mahkamah Agung yang mengatur masalah
mediasi yang dituangkan dalam Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 Tentang prosedur mediasi ini sejalan dengan konsep tahkim dalam literatur islam
yang secara etimologi berarti menjadikan seseorang atau pihak ketiga atau disebut hakam sebagai penengah suatu sengketa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis efektivitas mediasi dalam perkara perceraian berdasarkan Perma No.1 Tahun 2008, maka penulis dapat simpulkan sebagai
berikut: 1.
Di Pengadilan Agama Jakarta Timur pengaruh mediasi untuk membatalkan perceraian atau menekan tingkat volume perceraian tidak
begitu signifikan cuma 5-10 saja, menurut salah seorang hakim Pengadilan Jakarta Timur ini sedikit banyak memang dipengaruhi oleh
ruang mediasi yang kurang memadai. Bahwa mediasi cukup berpengaruh pada lamanya waktu proses perceraian
yaitu adanya penambahan waktu untuk mediasi sehingga proses pemeriksaan perkara menjadi sedikit terhambat dan putusan hakim
menjadi lama. Selain itu mediasi ini perpengaruh pada biaya yang dikeluarkan oleh para pihak ketika ada pemanggilan kembali sehingga
timbul adanya ketidak hadiran para pihak dalam mengikuti jalannya mediasi.
2. Pelaksaan mediasi di Pengadilan Jakarta Timur sudah berjalan efektif
sesuai dengan isi dan tujuan Perma No.1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi. Adapun prosedur mediasi di Pengadilan Agama yaitu:
- Mediasi dalam ligitasi didasarkan pada niat dan kemauan para pihak