dan diferensiasi sel mulai perkembangan zigot sampai perkecambahan biji juga pada fase vegetatif dan reproduktifnya.
Penggunaan zat pengatur tumbuh adalah untuk menambah kadar yang ada guna mempercepat pertumbuhan tanaman dengan harapan agar diperoleh hasil yang
lebih cepat dan mungkin lebih besar Kusumo, 1990. Hormon tanaman itu sendiri terbagi dalam beberapa kelompok diantaranya: auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan
retardan Tjionger, 2006. Pada kultur embrio, keberhasilan perkecambahan in vitro juga ditentukan oleh media dan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam
media untuk menggantikan peran endosperma Kosmiatin Mariska, 2005.
Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting yaitu auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan keseimbangan zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi
oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur Gunawan, 1995.
2.5.1 Auksin
Auksin adalah suatu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel
menunjukkan bahwa terdapat indikasi yaitu auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada
dinding sel, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel Abidin, 1983.
Irvine et al., 1983 dalam katuuk 1989, melakukan percobaan kultur jaringan pada tanaman tebu, menemukan bahwa 2,4-D paling banyak berpengaruh
untuk inisiasi kalus. Untuk induksi kalus tanaman berdaun lebar 2,4-D banyak digunakan dengan konsentrasi 1-3 mgl.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Sitokinin
Sitokinin adalah turunan dari adenine. Golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Seperti juga auksin, sitokinin ada yang alamiah dan
sintetis. Sitokinin yang pertama kali ditemukan adalah kinetin, yang diisolasi dari DNA ikan Herring yang diautoklaf dalam larutan yang asam oleh Skoog di
Laboratorium Botany University of Wisconsin. Persenyawaan dari DNA tersebut sewaktu ditambahkan ke dalam media untuk tembakau dapat mempergiat pembelahan
sel atau sitokinesis. Sitokinin mempengaruhi proses fisiologi dalam tanaman. Sitokinin juga berpengaruh di dalam perkembangan embrio Wattimena, 1988.
Gunawan 1995 menyatakan bahwa sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah:
Kinetin 6-furfuryl amino purine
Zeatin 4-hydroxil-3-methyl-trans-2-butenyl aminopurine
Zip N
6
-2-isopentanyli adenine, atau 6-t,t-dimetylallyi amino purine.
BAPBA 6-benzyl amino purine6-benzyl adenine
PBA
ZCl-4
2,6- Cl-4 PU ; N 2,6-dicloro-4 pyridyl-N-phenylurea.
Thidiazuron N-phenyl-N-1,2,3-thiadiazol-5-tl-urea.
Menurut Wetter Constabel 1991 sitokinin dibutuhkan bersama 2,4-D untuk mendapatkan pembentukan kalus yang baik. Golongan sitokinin yang umumnya
digunakan adalah BAP karena telah diketahui lebih tahan terhadap kerusakan. BAP dan Thidiazuron adalah golongan sitokinin yang aktif.
2.6 Air Kelapa