Beberapa penelitian telah menggunakan EMS untuk perlakuannya. Salah satunya adalah penelitian mengenai perlakuan pemberian EMS terhadap pembentukan
sisik mikro Kerk tanaman Lily. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa EMS pada konsentrasi 0,05 dapat berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh, sedangkan pada
konsentrasi 0,1 EMS mampu memacu peningkatan jumlah bulbet. Perendaman eksplan dalam EMS selama 4 hari memungkinkan terjadinya proses difusi EMS
secara maksimal ke dalam jaringan sehingga dihasilkan tanaman yang beragam dalam hal pembungaan, pertumbuhan serta hasil uji DNA mutagenesis Priyono et al., 2002.
Penelitian mengenai induksi EMS juga telah dilakukan oleh Wulandari 2009
pada biji tanaman Terung Belanda Solanum betacium Cav.. Hasil menunjukkan
bahwa perlakuan konsentrasi EMS memberikan hasil yang fluktuatif terhadap berat basah kalus Terung Belanda. Pada konsentrasi EMS C
2
0,10 memiliki berat basah kalus yang terendah dari konsentrasi yang lainnya, sedangkan pada konsentrasi C
o memiliki berat basah kalus yang tertinggi. Namun pada konsentrasi C
3
0,15 terjadi peningkatan berat basah kalus. Hal ini kemungkinan karena pada konsentrasi
tersebut EMS dapat memberikan rangsangan yang positif terhadap fitohormon dalam kalus Terung Belanda, sehingga sel-sel kalus dapat membelah dan meningkatkan berat
basah kalus.
1.2 Permasalahan
Andaliman merupakan rempah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia maupun sebagai bahan pengawet makanan dan minuman. Namun pada saat ini
budidaya andaliman sangat sedikit dilakukan, disamping tempat tumbuh yang terbatas. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan
tanaman ini secara in vitro. Penambahan zat pengatur tumbuh dan EMS Ethyl Methana Sulphonate ke dalam kultur diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
andaliman ini. EMS disamping kadang dapat berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh tetapi utamanya juga dapat berfungsi sebagai mutagen kimia.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan EMS konsentrasi dan lama perendaman terbaik terhadap pertumbuhan kultur daun Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC..
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pemberian EMS pada konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda terhadap pertumbuhan dan karakter morfologi kultur daun andaliman.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan serta dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani dan Manfaat Tanaman Andaliman
Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. merupakan salah satu jenis rempah-
rempah dari tumbuhan liar yang dikenal oleh masyarakat Batak Angkola dan Mandailing, Sumatera Utara. Tumbuhan ini merupakan jenis yang sangat dekat
kekerabatannya dengan Zanthoxylum piperitum yang banyak ditemukan di daratan Cina serta Z. stimulans yang banyak dijual di Eropa Hasairin, 1994. Di Indonesia,
tumbuhan ini tumbuh liar di pegunungan dengan ketinggian 1400 m dpl pada temperatur 15-18
C. Asal tumbuhan ini dari daerah Himalaya Subtropis. Di dunia, tumbuhan ini tersebar antara lain di India Utara, Nepal, Pakistan Timur, Myanmar,
Thailand, dan Cina. Di Cina, tumbuhan ini tumbuh pada ketinggian 2900 m dpl Wijaya, 1999.
Hsuang Keng 1978 dalam Wijaya 1999 menyatakan bahwa sistematika tanaman andaliman adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klass : Dicotyledonae
Sub klass : Rosidae
Ordo : Rutales
Family : Rutaceae
Genus : Zanthoxylum
Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasairin 1994, tinggi tanaman andaliman adalah 3-8 m. Batang dan cabangnya merah, kasar beralur, berbulu halus dan berduri. Buahnya bulat hijau kecil
dengan diameter ± 4 mm Tensiska, 2001. Bila digigit, buah ini mengeluarkan aroma yang wangi dan rasa tajam yang khas yang dapat merangsang produksi air liur. Hal ini
karena andaliman memiliki sifat karminativum Hasairin, 1994. Khusus yang di Sumatera Utara mempunyai bunga lengkap dengan panjang ± 3 mm Tensiska, 2001.
a b
Gambar 1. a Morfologi Tanaman Anadaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. ; b Daun Tanaman Andaliman yang Akan Ditanam
Famili jeruk-jerukan ini di habitatnya berupa tanaman semak dengan tinggi sekitar 5 meter Sortha et al., 2004. Daunnya majemuk menyirip, panjang 1-20 cm
dan lebar 3-15 cm, memiliki kelenjar minyak. Permukaan atas daun berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawahnya hijau muda atau pucat, sedangkan pada daun
muda permukaan bawahnya berwarna hijau kemerahan Siregar, 2003; Wijaya, 1999. Bunga aksilar, majemuk terbatas, anak payung menggarpu, berkelamin dua, dan
berwarna kuning pucat. Buah berbentuk kapsul, bulat hijau kecil, diameter 2-3 mm, mirip lada, jika sudah tua berwarna merah. Tiap buah memiliki 1 biji dengan kulit biji
yang keras berwarna hitam berkilat Sibuea, 2002. Tipe perkecambahan biji andaliman ialah epigin yakni tipe perkecambahan di atas tanah yang terjadi karena
pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga sehingga daun lembaganya terangkat ke atas tanah Siregar, 2003.
Daya kecambah andaliman rendah. Perkecambahannya yang rendah dan umur berkecambah yang relatif lama disebabkan oleh struktur kulit biji yang keras. Struktur
Universitas Sumatera Utara
ini dapat menghalangi imbibisi air dan pertukaran gas dalam proses perkecambahan. Komponen volatil, berupa senyawa terpenoid yang terdapat pada andaliman Siahaan
1991; Wijaya et al., 2001, diketahui merupakan senyawa penghambat perkecambahan. Tanaman yang tumbuh alami berasal dari biji yang disebarkan oleh
burung setelah memakan buah andaliman. Petani juga memperoleh bibit secara tidak sengaja dari lokasi bekas pembakaran gulma di daerah tanaman yang sudah tua
Siregar, 2003.
Tanaman andaliman secara umum belum dikenal masyarakat Indonesia. Walau telah diperdagangkan di luar daerah asalnya, namun masih hanya dikenal dan
dipergunakan oleh kalangan terbatas. Padahal melihat keunikan sensorik yang dimiliki dan mungkin juga aktivitas fisiologi , bukan mustahil rempah ini dapat menjadi salah
satu rempah yang berpotensi merebut peluang pasar ekspor. Untuk itu perlu ditunjang dengan informasi hasil penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,
disamping teknologi penanganan yang tepat sehingga diperoleh terobosan-terobosan produk yang mempunyai nilai ekonomi lebih Wijaya, 1999.
Saat ini andaliman diperhitungkan menjadi senyawa aromatik dan minyak esensial. Masyarakat Himalaya, Tibet dan sekitarnya menggunakan tanaman ini
sebagai bahan aromatik, tonik, perangsang napsu makan dan obat sakit perut Hasairin, 1994. Manfaat lain buah andaliman berdasarkan penelitian adalah sebagai
insektisida untuk menghambat pertumbuhan serangga Sitophilus zeamais. Efeknya berupa daya tolak makan serangga atau mengurangi selera makan serangga
Andayanie, 2000. Sedangkan di Jepang, daun andaliman digunakan untuk pemberi aroma Tensiska, 2001.
Hasil pengujian aktivitas antimikroba pada penelitian Siswadi 2002, menunjukkan bahwa ekstrak buah andaliman bersifat bakterisidal terhadap bakteri
Bacillus stearothermophilus, Pseudomonas aeruginosa, Vibrio cholera, dan Salmonella thypimurium. Selain itu andaliman juga mampu menghambat Bacillus
cereus, Staphylococcus aureus, dan S. thyposa Andayanie, 2000. Dengan diketahuinya aktivitas antimikroba dari minyak atsiri andaliman serta komponen aktif
Universitas Sumatera Utara
penyusunnya, maka pemanfaatan andaliman dapat ditingkatkan sebagai bahan obat- obatan Butar Butar, 2002.
2.2 Teknik Kultur Jaringan