Pertumbuhan kalus setelah diinduksi EMS Ethyl Methana Sulphonate

4.2 Pertumbuhan kalus setelah diinduksi EMS Ethyl Methana Sulphonate

Pada penelitian ini kalus yang terbentuk berasal dari daun tanaman Andaliman yang ditanam pada media ½ MS dengan penambahan ZPT 2,4-D + BAP masing-masing 0,5 mgl dan mutagen kimia berupa EMS Ethyl Methana Sulphonate. Dari pengamatan langsung hasil kultur daun andaliman ini diperoleh bahwa pertumbuhan kalus dimulai dari minggu ke-5 hari ke-35 sampai minggu ke-10 setelah penanaman. Pertumbuhan kalus pada tanaman andaliman ini relatif lama jika dibandingkan dengan tanaman lain yang umumnya kalus muncul pada hari ke-12 setelah inokulasi. Santoso Nursandi 2004 menyatakan bahwa pada umumnya eksplan daun mempunyai kemampuan tumbuh lebih cepat dibandingkan eksplan batang utama, cabang batang, atau tangkai bunga. Pada media MS, eksplan daun muncul kalus umumnya berkisar pada hari ke-12 setelah inokulasi, sedangkan eksplan batang pada 26 hari setelah inokulasi. Tabel 4.2.1 Jumlah Kultur yang Menginisiasi Kalus per Minggu Perlakuan Pengamatan minggu Total 5 6 7 8 9 10 C T 1 C T 2 C T 3 C 1 T 1 C 1 T 2 C 1 T 3 C 2 T 1 C 2 T 2 C 2 T 3 C 3 T 1 C 3 T 2 C 3 T 3 C 4 T 1 C 4 T 2 C 4 T 3 - 1 1 1 2 - 1 - 1 - 1 - 1 1 1 1 1 - 2 1 1 - 1 - 1 - 1 - - - - - 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 - - 1 - 1 1 - 1 - 1 1 - 1 - - 1 1 1 1 - - - - 1 - - 1 - 1 - - - - - - - 1 - - - - - - - 1 - - 3 3 3 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 Ket : C = 0,0 mgl C 3 =0,15mgl T 1 = 30 menit C 1 = 0,05mgl C 4 =0,20mgl T 2 = 60 menit C 2 = 0.10mgl T 3 = 90 menit Dari Tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kalus paling banyak terjadi pada minggu ke-5 pengamatan dibandingkan minggu yang lain. Pada minggu ke-5 kultur yang hidup sebanyak 11 botol kultur, sedangkan pada minggu ke-10 hanya ada Universitas Sumatera Utara 2 botol kultur yang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa minggu ke-5 yakni berkisar antara 35-50 hari merupakan waktu yang sesuai untuk pertumbuhan kalus andaliman, sedangkan pada minggu ke-10 kemampuan eksplan untuk beregenerasi semakin menurun. Priyono Agung 2002 menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi EMS Ethyl Methana Sulphonate cenderung menghambat pertumbuhan eksplan. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya perubahan totipotensi sel yang mengarah pada penurunan kemampuan sekumpulan sel pada daerah meristem untuk membentuk kalus. Kalus yang terbentuk diinduksi dari bagian tanaman tertentu. Biasanya dirangsang secara hormonal. Hormon yang digunakan dalam induksi kalus adalah auksin. Santoso Nursandi 2004 menyatakan bahwa auksin sebanyak 2 ppm dalam media MS dapat merangsang pembentukan kalus. Untuk sitokinin sering juga dikombinasikan dengan auksin. Pengaruh sitokinin dalam kultur jaringan antara lain berhubungan dengan proses pembelahan sel dan proliferasi kalus. Secara umum konsentrasi sitokinin yang digunakan adalah 0,1 – 10 mgl Gunawan, 1995. Gambar 4. Pertumbuhan Kalus pada Perlakuan C T 2 Konsentrasi EMS 0,0 dengan Lama Perendaman 60 menit Dalam budidaya in vitro kultur jaringan induksi kalus merupakan salah satu langkah penting karena dari tahapan inilah tahapan selanjutnya untuk mendapatkan tanaman utuh atau untuk tujuan lain sesuai dengan yang diinginkan Santoso Nursandi, 2004. Sedangkan untuk penelitian ini induksi kalus dilakukan pada eksplan yang akan ditanam dengan menambahkan sejenis mutagen kimia berupa EMS Ethyl Universitas Sumatera Utara Methana Sulphonate pada konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda. Dengan tujuan terjadi keragaman genetik tanaman yang semakin meningkat.

4.3 Warna Kalus

Dokumen yang terkait

Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum Acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus)

5 106 5

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

2 13 57

Pengaruh Penambahan Atonik Dan Bap (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ Ms Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium Dc.)

2 11 57

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 1 13

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 0 2

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 0 5

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 1 10

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 0 4

Perkecambahan dan Pematahan Dormansi Benih Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) The Germination and Dormancy Breaking of Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Seed

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) 2.1.1. Sistematika Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) - Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan S

1 2 10