Berat basah kultur g

4.4 Berat basah kultur g

Berat basah kultur merupakan parameter yang dapat menunjukkan pengaruh induksi EMS Ethyl Methana Sulphonate. Dari berat basah kultur tersebut dapat dilihat pengaruh konsentrasi dan lama perendaman EMS terhadap daun andaliman. Hasil analisis sidik ragam pada pengamatan berat basah kalus Lampiran 3. hal.37 menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi dan lama perendaman EMS tidak berpengaruh. Rata-rata berat basah kultur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4.1 Rata-rata Berat Basah Kalus g Pada Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman EMS Konsentrasi C Lama Perendaman T Rataan T 1 T 2 T 3 C C 1 C 2 C 3 C 4 0,09 0,20 0,11 0,17 0,02 0,12 0,34 0,13 0,07 0,01 0,05 0,18 0,17 0,09 0,01 0,09 0,20 0,10 0,10 0,01 Rataan 0,10 0,10 0,10 Ket : C = 0,0 mgl C 3 =0,15mgl T 1 = 30 menit C 1 = 0,05mgl C 4 =0,20mgl T 2 = 60 menit C 2 = 0.10mgl T 3 = 90 menit Dari Tabel 4.4.1 diperoleh bahwa hasil dari perlakuan kombinasi konsentrasi dan lama perendaman EMS sangat fluktuatif. Semakin tinggi konsentrasi EMS maka semakin rendah berat basah kultur yang diperoleh dan semakin lama perendaman maka berat basah kultur semakin rendah juga. Perlakuan C 1 T 2 memiliki rataan berat basah kalus tertinggi sebesar 0,34 g. Sedangkan untuk perlakuan C 4 T 2 dan C 4 T 3 memiliki rataan berat basah kalus terendah sebesar 0,01 g. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi EMS 0,05 dengan lama perendaman 60 menit merupakan perlakuan yang sesuai untuk induksi dan pertumbuhan kultur pucuk andaliman. Perlakuan kombinasi konsentrasi 0,20 dengan lama perendaman 60 dan 90 menit merupakan perlakuan yang kurang sesuai untuk induksi dan pertumbuhan, dalam hal ini dapat dilihat dari tinggi rendahnya berat basah kalus. Hubungan antara kombinasi konsentrasi dan lama perendaman dengan berat basah kultur dapat dilihat pada grafik berikut: Universitas Sumatera Utara Ket : C = 0,0 mgl C 3 =0,15mgl T 1 = 30 menit C 1 = 0,05mgl C 4 =0,20mgl T 2 = 60 menit C 2 = 0.10mgl T 3 = 90 menit Gambar 6. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman EMS Terhadap Berat Basah Kultur Daun Andaliman Dari Gambar 6. di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara perlakuan kombinasi konsentrasi EMS dan lama perendaman dengan berat basah kultur bersifat fluktuatif. Semakin meningkat konsentrasi dan lama perendaman EMS, maka semakin rendah berat basah kalus yang diperoleh. Menurut priyono Agung 2002 bahwa sel-sel pada kalus terpicu untuk melakukan pembelahan apabila lama perendaman mutagen yang diberikan sesuai sehingga difusi ke dalam jaringan akan terjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat basah kalus. Dengan lama perendaman yang lebih lama sekitar 60 dan 90 menit dalam EMS dapat menyebabkan terhambatnya proses pembentukan kalus karena telah terjadi akumulasi EMS yang sangat tinggi, sehingga sel-sel dari kalus tidak dapat berproliferasi dengan sempurna bahkan hal ini dapat menyebabkan toksik bagi kalus tanaman. Jander 2003 menambahkan bahwa mutagen dengan akumulasi dosis yang tinggi dapat mematikan eksplan tanaman dan dapat mengakibatkan eksplan tanaman yang termutasi menjadi steril. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 C0 C1 C2 C3 C4 KONSENTRASI EMS T1 T2 T3 Universitas Sumatera Utara

4.5 Persentase kultur terkontaminasi

Dokumen yang terkait

Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum Acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus)

5 106 5

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

2 13 57

Pengaruh Penambahan Atonik Dan Bap (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ Ms Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium Dc.)

2 11 57

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 1 13

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 0 2

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 0 5

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 1 10

Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

0 0 4

Perkecambahan dan Pematahan Dormansi Benih Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) The Germination and Dormancy Breaking of Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Seed

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) 2.1.1. Sistematika Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) - Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan S

1 2 10