Demografi Kabupaten Pandeglang DINAMIKA KONFLIK ANTI AHMADIYAH

31 bawah para kiai atau pemuka agama. Sebab, para jawara menimba ilmu agama dan kekebalan ke kiai-kiai setempat. Para kiai dan jawara juga memiliki pengaruh besar terhadap pemerintahan setempat. Pengaruh ini disebabkan karena para kiayi dan jawara sering memobilisasi masyarakat untuk mendukung calon tertentu dalam pemilihan kepala daerah Pilkada maupun kepala desa Pilkades. 9

B. Sejarah Ahmadiyah Cikeusik Pandeglang Banten

Keberadaan Ahmadiyah di Cikeusik tidak bisa dilepaskan dari JAI Cabang Kabupaten Rangkasbitung Banten yang berdiri pada Juli 1958. Dari cabang ini berdiri juga cabang-cabang lain seperti di Cilegon dan Serang. Basiumawajiaya menjadi tokoh penting dalam pendirian cabang-cabang itu dan persebaran Ahmadiyah di Banten. 10 Sekitar tahun 1989, roda perjalanan dakwah Ahmadiyah di Banten dipegang oleh Khairudin Barus. Dari Khaerudin Barus, dakwah di wilayah Banten semakin sistematis. Melalui Komite Tabligh Banten KTB, lembaga dakwah yang diinisiasi oleh Khaerudin Barus, setiap cabang Ahmadiyah yang ada di Banten memiliki wilayah pentablighan yang harus dikelola. Salah satu daerah yang disasar KTB adalah Cikeusik yang merupakan binaan dari Jema ’at Kebayoran. Pada tahun 1990-an Khaerudin Barus beserta anggota Jemaat Kebayoran melakukan kegiatan dakwah di Cikeusik. 11 9 Wawancara dengan R. 10 Mawahibur Rahman, Kronologi Tragedi Cikeusik Februari 2011: Sebelum dan Saat Kejadian Menggali Kisah Sebenarnya Menurut Penuturan Para Korban Utama Tragedi Cikeusik Bogor: Jamiah Ahmadiyah Indonesia, 2013, 8-9. 11 Mawahibur Rahman, Kronologi Tragedi Cikeusik, 10-17. 32 Salah satu warga Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik menuturkan pengalaman dia ketika diajak Khaerudin Barus untuk masuk ke Jamaah Ahmadiyah: “Sekitar tahun 1991, Khaerudin Barus mengajak saya dan warga lainnya untuk berkunjung ke Parung, Pusat Jamaah Ahmadiyah, dengan menggunakan bus. Salah satu rombongan itu adalah Matori, orang tua Suparman yang merupakan ketua Ahmadiyah Cikeusik. Sebagian warga yang ikut mungkin sudah tahu dan sebagian yang lain, termasuk saya, tidak tahu tujuan ke Parung untuk apa. Ketika sudah di Parung kami semua dikenalkan tentang ajaran Ahmadiyah. Sebagian warga yang ikut mungkin sudah tahu tentang Ahmadiyah dan sebagian yang lain belum tahu, termasuk saya. Saya sendiri mengenal Khaerudin Barus sebagai tukang tanah yang kaya, bukan sebagai pendakwah dari Ahmadiyah. Setelah dikenalkan tentang Ahmadiyah kita diajak masuk ke Ahmadiyah dengan cara baiat. Sebagian warga mau dibaiat dan masuk Ahmadiyah, sebagian yang lain belum siap, termasuk saya dan Matori.” 12 Pada 1992, Suparman masuk menjadi jemaah. Awalnya, dia menentang. Dia, yang nyantri di Madrasah Aliyah Mathlaul Anwar, sempat berdebat dengan Khaerudin. Namun, belakangan, Suparman tertarik dengan Ahmadiyah dan dibaiat sebagai anggota.Setelah masuk, dia memutuskan untuk belajar di Kampus Mubarak, Bogor. Belakangan, dia dan Khaerudin menyebarkan Ahmadiyah di Cikeusik. 13

C. Dinamika Konflik

Kehadiran Ahmadiyah bukan tanpa penolakan dari para pemuka agama setempat. Sekitar 1992, beberapa ulama dan aparat desa menuduh Suparman menggangu keamanan dan melaporkannya ke Koramil Komando Rayon Militer 12 Wawancara dengan R. 13 Mawahibur Rahman, Kronologi Tragedi Cikeusik, 18-19. 33 Cikeusik. Akibatnya, Suparman diminta menghentikan aktivitas dakwah. Tapi Suparman mengabaikan permintaan tersebut. Bahkan dia sempat beberapa kali berdebat soal agama dengan Koramil Cikeusik. Menurut satu versi, pada suatu malam, lima tentara Koramil mendatangi rumah Suparman. Mereka memintanya menghentikan dakwah. Karena tetapmenolak, akhirnya pihak Koramilmemukuli Suparman di depan pos ronda dekat jembatan Cibaliung. 14 Karena peristiwa ini, Khaerudin memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan dakwah. Dia mengajak Suparman pindah ke Jakarta dan menitipkannya ke Kampus Mubarok, Bogor. Pada 1994, dia membawa Suparman berdakwah di Filipina. 15 Sejak itu, sebagian warga Cikeusik yang sudah masuk Ahmadiyah keluar dan sebagian yang lain tetap menjadi anggota Ahmadiyah, tanpa mengajak orang lain. 16 Pada 2005, Suparman kembali ke Indonesia, tapi tidak ke Cikeusik. Dari 2005 hingga 2009, dia aktif di Cabang Ahmadiyah Balikpapan, Jakarta Pusat. Meski aktif di Jakarta, dia sering datang ke Cikeusik mengunjungi orangtuanya. Baru belakangan, Agustus 2009, dia resmi diangkat sebagai mubalig untuk wilayah Cikeusik dan sekitarnya. 17 Menurut AS, Suparman mulai menempati rumah di Penduey, Umbulan, Cikeusik, pada April 2010. Rumah itu digunakan sebagai pusat kegiatan Ahmadiyah atau sering disebut “rumah missi”. 18 14 Mawahibur Rahman, Kronologi Tragedi Cikeusik, 20-21. 15 Mawahibur Rahman, Kronologi Tragedi Cikeusik, 22. 16 Wawancara dengan R. 17 Mawahibur Rahman, Kronologi Tragedi Cikeusik, 22. 18 Wawancara dengan AS, anggota Ahmadiyah Cikeusik di Parung, Bogor, 11 Mei 2013. 34 Ketika Suparman mengaktifkan kembaliJAI di Cikeusik, penolakan pun muncul. Penolakan mengencang ketika dia menempati rumah missi: Aktivitas Suparman di rumah itu membuat ulama setempat marah. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, saya beberapa kali mendatangi rumah Suparman dan memintanya untuk melakukan ibadah bersama dengan warga lainnya. Saya sering mengingatkan Suparman agar jangan melakukan salat Jumat di tempat itu. Kalau di luar salat Jumat, silahkan saja. Ketika saya berkata seperti itu, yang ada hanya berdebat. Suparman jago berdebat soal agama. 19 Para ulama semakin marah ketika beredar isu bahwa Suparman akan membangun tempat kegiatan Ahmadiyahterbesar di Indonesia. Suparman juga diduga mengajak warga untuk masuk ke Ahmadiyah dengan imbalan materi. Ini menguatirkan para ulama, karena sebagian warga Cikeusik tergolong miskin. 20 Terkait ini, salah satu anggota Ahmadiyah Cikeusik menolaknya sebagai tidak benar. Dia juga membantah isu bahwa AhmadiyahCikeusik tertutup.Menurutnya, mereka bergaul dengan warga setempat,ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti kerja bakti. 21 Usaha menyelesaikan konflik Ahmadiyah Cikeusik dilakukan oleh kepala desa setempat. Tetapi, alih-alih memfasilitasi secara netral antara pihak Ahmadiyah dan anti-Ahmadiyah, kepala desa justru memperkeruh konflik. Sebab,dia meminta Suparman untuk membubarkan Ahmadiyah dan ikut memprovokasi warga untuk tujuan yang sama. 19 Wawancara dengan A, Sekretaris DesaUmbulan di Umbulan, 14 Februari 2013. 20 Wawancara dengan R. 21 Wawancara dengan AS.