v
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Macam-Macam Halal Haram
1. Pengertian Halal dan Haram
Halal  adalah  yang  boleh,  yang  terbebas  dari  ikatan  larangan-larangan  dan telah  diizinkan  oleh  syriat  dalam  melakukannya.
21
Haram  adalah  perkara  yang dilarang  melakukannya  oleh  syariat  dengan  pelarangan  yang  sungguh-sungguh.
Apabila ia tidak melanggar larangan tersebut, maka ia akan mendapatkan hukuman di akhirat berupa siksaan, dan bisa saja hukuman tersebut dilakukan di dunia.
22
Menurut  ulama  ushul  fiqh  terdapat  dua  definisi  haram,  yaitu  dari  segi esensinya  serta  dari  segi  bentuk  dan  sifatnya.  Dari  segi  batasan  dan  esensinya
merumuskan haram dengan sesuatu yang dituntut syari’at Allah swt dan Rasul-Nya untuk ditinggalkan  melalui tuntutan secara pasti dan  mengikat. Dan segi  bentuk dan
sifatnya merumuskan haram dengan suatu perbuatan yang pelakunya dicela.
23
Ungkapan yang digunakan Al-Qur an dan sunnah untuk menunjukkan haram. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
24
a. Tuntutan  yang  langsung  menggunakan lafadz  at-tahrîm  dan  yang  seakar
dengannya. Misalnya, dalam surat an-Nisa’ ayat 23
21
Qaradhawi Yusuf, Halal Haram Dalam  Islam, Jakarta: Akbar Eka Sarana, 2005, hlm. 15
22
Ibid., hlm. 15
23
Abdul Aziz Dahlan, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Iktiar Baru Van Houve, 1997,hlm. 523
24
Ibid., hlm. 523
v
YT cX
6R2;+ 
6 Cd ef
6 C 5
V g0 bcK
Artinya  :  “Diharamkan  atas  kamu  mengawini  ibu-ibumu”  dan  surah  al- An;am ayat 145
h O
i Fj: f
Q 9k
ef l m B
n oXp q
5  r] 
,- s?
Y8 i B
[ f L_
C 7p d;U
 f
U On Rst
 f
96,, X uvw9
 I K
Artinya  :  “Katakanlah  :  Tiadalah  aku  peroleh  dalam  wahyu  yang diwahyukan  kepadaku.  Sesuatu  yang  diharamkanbagi  orang  yang  hendak
memakannya,  kecuali  kalau  makan  itu  bangkai  atau  darah  yang  mengalir  atau daging babi
”. Lafadz diharamkan dalam kedua ayat di atas menunjukan secara pasti hukum
keharamannya.
25
b. An-Nahy lafadz An-Nahy. Karena lafadz An-nahy memfaedahkan keharamanya.
Misalnya dalam surat Al. An’am ayat 151
.0 g X;B,5
xn 70 s; I IK
Artinya :  “Jangan kamu mendekati” dalam ayat tersebut  menunjukan  hukum haram.
c. Tuntutan untuk menjahui suatu perbuatan. Misalnya dalam surat Al-Maidah ayat
90
pyLF N OPQ
z  A B
XY , ;{ |w ;U
; 8}
x~A 6 ,
;W koY•
Y: € Kh
 : ,8;+=
  • dY• ,‚
6 Cƒ ,
[ , ;s
5 „jK
25
Ibid., hlm. 524
v Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr,
berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji  termasuk  perbuatan  syetan,  maka  jahuilah  perbuatan-perbuatan  itu  agar  kami
mendapat keberuntungan .”
Lafadz “ Jauhilah “ dalam ayat ini juga merupakan lafadz yang menunjukan hukum
haram.
26
d. Lafadz   “ La  yakhillu  “  tidak  dihalalkan.  Seperti  dalam  surat  Al-Baqarah  ayat
230
[ …,‚ ,B
,- .,‚
h ?f,Q
: F
g k3†
wC,5 O‡:
W ?0| XG
bcjK
Artinya  “Kemudian  jika  si  suami  menolaknya  sesudah  talak  yang  kedua, maka perempuan itu tidak halal lagi baginya, hinnga dia kawin dengan  suami yang
lain.“ e.
Sesuatu  yang  dibarengei  dengan  ancaman  hukuman.  Misalnya  dalam  surat  An- Nur ayat  4
N OPQ [ 
X T Vx~, ;
o6 ]
], 5‚
p g
g 0 Q
FpyR ]
ˆ F Y•
,‚ H
04 ] V
‚ •
.0 ;B,5
6‰Š ‹V
F py F g f
Œ ,
ef0 6
ˆ [ RBwt s;
K
Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik berbuat zina  dan  mereka  tidak  mendatangkan  4  orang  saksi,  maka  dosalah  mereka    yang
menuduh itu  delapan puluh kali dera, dan janganlah kami terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka adalah orang-orang yang fasik.
“Lafadz“ Deralah” merupakan ancaman Allah SWT hukumnya haram.
27
26
Addul Aziz Dahlan., et al., Ensklopedi Hukum Islam., hlm. 524
27
Ibid., hlm., 524
v f.
Setiap  lafadz  yang  menunjukan  pengingkaran  terhadap  suatu  pekerjaan  dengan pengingkaran  yang  amat  ditekankan,  seperti  ungkapan  ghadaba  Allah    Allah
melaknat  dan qatala Allah  Allah memerangi Dalam suatu hadist dijelaskan
+  + 0+345+ +67 +  + + 89+:5+ +; 1 + + 89+:5+ +ﺡ + ++1
7 +
+? +  + + +AB 8 +C
D
Artinya: “Yang halal adalah sesuatu yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya, yang  haram    adalah  sesuatu  yang  diharamkan  Allah  dalam  kitab-Nya.  Dan  hal-hal
yang  tidak  disebutkan  Allah  hukumnya  adalah  pemberian-Nya,  maka  terimalah pemberian-Nya, Allah bukan lupa dengan hal-hal yang tidak disebutkan-Nya.
” Maka  baik  yang  ditegaskan  halalnya  atau  hukum  ditegaskan  tetapi  tidak  ada
larangan, semua termasuk ke dalam istilah halal atau mubah ini berlaku untuk benda, manfaat, dan segala urusan keduniaan.
28
2. Macam Halal dan Haram
Sebagai  mana  dikemukakan  dalam  pendahuluan,  masalah  kehalalan  produk yang  akan  dikonsumsi  merupakan    persoalan  besar  dan  urgen,  sehingga  apa  yang
akan dikonsumsi itu benar-benar halal, dan tidak tercampur sedikit pun barang haram. Oleh karena tidak semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti,
sertifikat  halal  sebagai  bukti  penetapan  fatwa  halal  bagi  suatu  produk  yang dikeluarkan  MUI  merupakan  suatu  keniscayaan  yang  mutlak  diperlukan
keberadaannya.
29
28
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatulah, Ensiklopedi Islam Insdonesia, Jakarta: Djambatan, 1999, hlm. 289-290
29
Depag. RI., Sistem dan  Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal Majelis Ulama Indonesia
, Jakarta: Depag. RI.,2003, hlm 14
v Dalam Islam  makanan  merupakam tolak ukur dari  segala cerminan penilaian
awal  yang  bisa  mempengaruhi  berbagai  bentuk  perilaku  seseorang.  Makanan  bagi umat  Islam  tidak  sekedar  kebutuhan  lahiriyah,  tapi  juga  bagian  kebutuhan  spiritual
yang  mutlak  dilindungi.  Seseorang  muslim  tidak  dibenarkan  mengkonsumsi  sesuatu makanan sebelum ia tahu benar akan kehalalannya. Mengkonsumsi yang haram, atau
yang  belum  diketahui  kehalalannya  akan  berakibat  buruk,  baik  di  dunia  maupun  di akhirat.
30
Menurut  hukum  Islam  secara  garis  besar  perkara  benda  haram  terbagi menjadi  2  dua  yaitu  haram  li-dhâtih  dan  haram  li-ghairih.  Kelompok  pertama,
subtansi benda tersebut diharamkan oleh agama, sedangkan yang kedua, substansinya bendanya halal tidak haram namun cara penangannya tidak dibenarkan oleh ajaran
Islam. Contohnya, kambing yang dipotong secara tidak Syar’i, bendanya halal tetapi diperoleh  dengan  cara  yang  dilarang  oleh  agama,  misalnya  hasil  mencuri,  menipu,
korupsi, dan sebagainya.
31
Mengenai benda yang haram karena benda zatnya itu sendiri dapat terperinci secara  mendetail,  bahwa  segala  sesuatu  ada  dipermukaan  atau  di  dalam  perut  bumi
tidak  akan  melampaui  tiga  macam  keolmpok  golongan,  yakni  adakalanya  berupa tambang  seperti  garam,  tanah  liat,  sebagainya.  Adakalanya  berupa  tanaman  nabati
dan adakalanya berupa binatang hayawani.
32
30
Thabieb al-Asyhar, Bayaha Makanan Haram Bagi Kepentingan Jasmani dan Kesucian Rohani
, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003, hlm.73-74
31
Depag. RI.,Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal MUI., hlm. 14
32
Al-Ghazali, al-Halal wal Haram  terj. Ahmad Sunarto “halal dan haram” Jakarta: Pustaka amani, hlm. 24
v Benda tambang merupakan bagian bumi atau segala sesuatu yang dikeluarkan
dari bumi dan berwujud benda mati. Benda-benda semacam ini halal dimakan kecuali jika dengan memakan sedikit atau banyak, maka dengan demikian hukumnya haram.
Jadi  keharaman  benda  tambang  semata-mata  karena  akan  menimbulkan  atau mendatangkan bahaya.
33
Benda  nabati,  dari  golongan  benda  ini  tidak  ada  yang  diharamkan  untuk memakannya  kecuali  yang  dapat  memusnahkan  kehidupan  atau  merusak  kesehatan.
Tentang yang melenyapkan akal itu, seperti obat, ganja, narkotika, khamr, dan benda- benda  lain  yang  memabukkan. Yang  memusnahkan kehidupan semacam racun  yang
merusak kesehatan  misalnya, obat-obatan  yang diminium tidak  sesuai dengan resep. Jadi  ringkasnya,  semua  itu  diharamkan  karena  adanya  bahaya  yang  timbul  dari
masing-masing  benda  tadi.  Untuk  arak  khamr  atau  segala  sesuatu  yang memabukkan  maka  hukumnya tetap haram  meskipun  minum  sedikit. Hal  ini  karena
keharaman khamr sudah qath’ î sudah pasti dari nash al-Qur an.
34
Benda hayawani dalam hal ini dapat dibagi menjadi 2 dua bagian yaitu yang boleh  dimakan  dan  yang  haram  dimakan.  Binatang-binatang  yang  halal  dimakan
dapat tetap halal dimakan, apabila cara penyembelihannya dilakukan menurut syari’at Islam, atau tidak mati dengan sendirinya, kecuali ikan dan belalang tetap halal tanpa
disembelih.
35
33
Ibid., hlm. 25
34
Ibid., hlm. 25
35
Ibid ., hlm. 25
v Sayyid Sabiq membagi makananbenda yang haram secara dzatiyah substansi
barangnya  ke  dalam  dua  kategori  yaitu  :  jamad  benda  mati  dan  hayawan binatang.
36
Jamad benda  mati  yaitu  semua  jenis  makanan  yang  berwujud  benda  mati,
hukumnya  halal  selama  tidak  najis,  misalnya  membahayakan  dan  memabukkan. Najis,  misalnya  darah  mutanajis  yaitu  sesuatu  yang  terkena  najis  misalnya  minyak
samin  yang  di  dalamnya  ada  bangkai  tikus.  Barang  yang  diharamkan  karena membahayakan  seperti  racun.  Yang  diharamkan  karena  memabukkan  adalah  khamr
minuman  keras.  Barang  ini  mutlak  keharamannay  karena  menghilangkan keseimbangan emosi dan akal bagi peminumnya.
37
Hayawan binatang, hukum bintang yang halal dimakan dapat dikategorikan
dalam dua jenis yaitu : Pertama, binatang darat. Hukum binatang dari jenis ini adalah ada  sebagian  halal  dan  sebagian  yang  lain  haram.  Halalnya  binatang  yang  hidup  di
darat  seperti  :  sapi  liar,  unta  liar,  kijang,  dan  sebagainya.  Binatang  itu  semua  halal untuk  dimakan  berdasarkan  ijma’  kesepakatan  para  ulama.  Dalam  As-Su nah
binatang  yang  halal  yaitu  ayam,  kuda,  khimar,  anab  sejenis  biawak,  kelinci, belalang dan jenis burung kecil.
38
Adapun  binatang  darat  yang  diharamkan  adalah  binatang  sebagaimana  yang disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 3 yaitu bangkai, darah, daging babi,
daging  binatang  yang disembelih  selain atas  nama Allah, hewan  yang  mati tercekik,
36
Thabieb al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani
, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003, hlm. 126-135
37
Ibid ., hlm. 126
38
Ibid ., hlm. 130
v terpukul,  terjatuh,  tertanduk,  tertekam  oleh  binatang  buas  kecuali  yang  sempat
disembelih dan binatang yang disembelih untuk berhala.
39
Termasuk binatang  yang  haram dimakan adalah  binatang  yang dikategorikan menjijikan,  misalnya  :  ular,  kalajengking,  jenis  kumbang  dan  sebangsanya,  kuku
binatang,  kutu  rambut,  dan  sebangsanya.  Hewan  yang  termasuk  buas,  yaitu  yang mempunyai  taring  yang  kuat  dan  burung  yang  mempunyai  pelatuk  yang  kuat  yang
bias  melukai.  Contoh  binatang  buas  adalah  harimau,  macan  kumbang,  macan  tutul, anjing  pelacak,  kera,  gajah,  buaya,  jerapah,  dan  sebagainya.  Hewan-hewan  yang
diperintahkan  Islam  membunuhnya  seperti  tikus,  kalajengking,  burung  elang,  lipan, dan  sebagainya.  Hewan  yang  dilarang  oleh  Islam  untuk  membunuh  seperti  semut,
lebah, dan burung belatuk.
40
Kategori  yang  kedua  adalah  binatang  laut,  setiap  binatang  laut  adalah  halal, walaupun  tidak  berbentuk  ikan,  dan  tidak  haram  semua  binatang  laut  kecuali  yang
mengandung  racun  yang  membahayakan  baik  berupa  ikan  atau  lainya  baik  hasil buruan atau bangkai yang ditemukan.
41
B. Prinsip Dasar Halal dan Haram