Keaslian Penulisan Kerangka Teori dan Konsepsi

Manfaat penelitian yang bersifat praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi dan perbankan dalam meyelesaikan sengketa di bidang perbankan antara nasabah dengan bank.

E. Keaslian Penulisan

Penelitian dengan judul ” Penyelesaian Sengketa Perdata antara Nasabah dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan” yang diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian, khususnya di Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Hukum, belum pernah dilakukan penelitian penyelesaian sengketa perdata antara bank dengan nasabah melalui mediasi perbankan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Kerangka teori merupakan pendukung membangun atau berupa penjelasan dan permasalahan yang dianalisis. Teori dengan demikian memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan. 15 Menurut M.Solly Lubis, kerangka teori merupakan pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dapat menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoretis. Hal ini dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis. 16 Menurut Radbruch, tugas teori hukum adalah untuk membuat jelas nilai-nilai hukum dan postulat-postulat hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam. 17 Fungsi teori mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan pengarahan kepada penelitian yang akan dilakukan. Dalam menjawab berbagai permasalahan dalam penelitian ini maka teori yang digunakan adalah teori positivisme yuridis legal positivism. Legal positivism adalah aliran yang berpandangan bahwa studi tentang wujud hukum seharusnya merupakan studi tentang hukum yang benar-benar terdapat dalam sistem hukum, dan bukan hukum yang seyogianya ada dalam kaidah-kaidah moral. 18 15 Satjipto Rahardjo, Mengejar Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan Teaching Order Finding Disorder, Pidato mengakhiri masa jabatan sebagai guru besar tetap pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 15 Desember 2000, hlm.8. 16 M.Solly Lubis, Filsafat Hukum dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju,1994, hlm.80. 17 W.Friedmann, Legal Theory, New York: Columbia University Press, 1967, hlm.3-4. 18 Achmad Ali, Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Jakarta: IBLAM, 2004, hlm.35. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Aliran positivis mengatakan ”Kaidah hukum itu hanya bersumber dari kekuasaan negara yang tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang terpisah dari kaidah sosial, bebas dari pengaruh politik,ekonomi,sosial dan budaya”. 19 John Austin sebagai salah seorang penganut positivisme menilai bahwa sumber hukum yang lain adalah sumber hukum yang lebih rendah subordinate sources. Hukum identik dengan kekuasaan negara, dan hukum hanyalah hukum tertulis atau hukum positif saja, dapat menimbulkan kesimpangsiuran dalam memandang keberadaan hukum yang hidup dalam masyarakat living law yang ternyata sangat diakui. 20 Khuzaifah Dimyati sebagaimana yang dikutip oleh H.R.Otje Salman S. dan Anton F.Susanto dalam bukunya Teori Hukum menjelaskan bahwa dalam positivisme yuridis hukum dipandang sebagai suatu gejala tersendiri yang perlu diolah secara ilmiah. Tujuan positivisme adalah pembentukan struktur-struktur rasional sistem- sistem yuridis yang berlaku. Sebab hukum dipandang sebagai hasil pengolahan ilmiah belaka, akibatnya pembentukan hukum makin profesional. Dalam positivisme yuridis ditambah bahwa hukum adalah sistem yang tertutup closed logical system artinya peraturan dapat dideduksikan dari undang-undang yang berlaku tanpa perlu meminta bimbingan norma sosial, politik dan moral. 21 19 Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta: IBLAM, 2006, hlm.138. 20 Ibid,hlm.140. 21 H.R.Otje Salman, Anton F.Susanto, Teori Hukum :Mengingat,Mengumpulkan dan Membuka Kembali Bandung: Refika Aditama,2004, hlm.80. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Positivisme yuridis merupakan suatu ajaran ilmiah tentang hukum. positivisme menentukan kenyataan dasar sebagai berikut: Pertama, Tata hukum negara tidak dianggap berlaku karena hukum itu mempunyai dasarnya dalam kehidupan sosial, bukan juga karena hukum itu bersumber dalam jiwa bangsa menurut Von Savigny, bukan juga karena hukum itu merupakan cermin dari suatu alam. Dalam pandangan positivisme yuridis hukum hanya berlaku, oleh karena itu mendapat bentuk positifnya dari suatu instansi yang berwenang. Kedua, Dalam mempelajari hukum hanya bentuk yuridisnya dapat dipandang. Dengan kata lain: hukum sebagai hukum hanya ada hubungan dengan bentuk formalnya. Dengan ini bentuk yuridis hukum dipisahkan dari kaidah-kaidah hukum material. Ketiga, Isi material hukum memang ada, tetapi tidak dipandang sebagai bahan ilmu pengetahuan hukum, oleh sebab isi ini dianggap variabel dan bersifat sewenang-wenang. Isu hukum tergantung dari situasi etis dan politik suatu negara, maka harus dipelajari dalam suatu ilmu pengetahuan lain, bukan dalam ilmu pengetahuan hukum. 22 Di samping teori positivisme yuridis juga dipergunakan teori konflik yang dikemukakan oleh Schuyt, bahwa konflik merupakan situasi yang di dalamnya dua pihak atau lebih mengejar tujuan-tujuan yang satu dengan yang lain yang tidak dapat diselesaikan dan dimana mereka dengan daya upaya mencoba dengan sadar menentang tujuan-tujuan pihak lain. 23 22 Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : Kanisius, 1982, hlm.128-129. 23 Achmad Ali, op.cit., hlm.63. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Dalam situasi ini dibedakan antara bentuk-bentuk penyelesaian sengketa secara yuridis dan non yuridis penyelesaian konflik dapat timbul ke permukaan dalam berbagai bentuk seperti melalui musyawarah atau perundingan. Kedua belah pihak yang berada dalam konflik dapat menyelesaikan secara internal. Jadi kedua belah pihak memiliki kebebasan untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan baik. Menurut Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa : Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keleluasaan dalam masyarakat itu bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum kepadanya. 24 Achmad Ali mendefinisikan: Konflik adalah setiap situasi di mana dua atau lebih pihak yang memperjuangkan tujuan-tujuan pokok tertentu dari masing-masing pihak, saling memberikan tekanan dan satu sama lain gagal mencapai satu pendapat dan masing-masing pihak saling berusaha untuk memperjuangkan secara sadar tujuan-tujuan pokok mereka. 25 Persengketaan hukum merupakan salah satu wujud dari konflik pada umumnya. Salah satu fungsi hukum adalah untuk menyelesaikan konflik di dalam masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Harry C.Bredemeier: The function of the law is the orderly resolution of conflicts. As this implies, ’the law’the clearest model of which I shall take to be the court system is brought into operation after there has been a conflict. Someone claims that his interests have been violated by someone else. The court’s task is to render a decision that will prevent the conflict – and all potential conflicts like it – from disrupting productive cooperation… 26 24 Hermansyah, op.cit, hlm.131. 25 Achmad Ali, op.cit., hlm.64. 26 Ibid.,hlm.59. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Menurut Bredemeier, fungsi hukum adalah menertibkan pemecahan konflik- konflik. Secara tidak langsung hukum baru berfungsi setelah ada konflik. Yaitu jika seseorang mengklaim bahwa kepentingan-kepentingannya telah diganggu oleh orang lain. Sering dikemukakan bahwa pembicaraan tentang hukum barulah dimulai apabila terjadi suatu konflik antara dua pihak yang kemudian diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Gary Goodpaster dalam ”Tinjauan terhadap penyelesaian Sengketa” dalam buku Arbitrase di Indonesia mengatakan: Setiap masyarakat memiliki berbagai macam cara untuk memperoleh kesepakatan dalam proses perkara atau untuk menyelesaikan sengketa dan konflik. Cara yang dipakai pada suatu sengketa tertentu jelas memiliki konsekuensi, baik bagi para pihak yang bersengketa maupun masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Karena adanya konsekuensi itu, maka sangat diperlukan untuk menyalurkan sengketa-sengketa tertentu kepada suatu mekanisme penyelesaian sengketa yang paling tepat bagi mereka. 27 Hal ini berarti dalam penyelesaian suatu konflik terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh oleh seseorang ataupun masyarakat. Setiap penyelesaian sengketa mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam suatu proses penyelesaian sengketa harus diperhatikan juga kebiasaan masyarakat setempat sehingga diperoleh suatu penyelesaian sengketa yang tepat . Alternative Dispute Resolution ADR merupakan suatu istilah asing yang perlu dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Berbagai istilah dalam bahasa Indonesia telah diperkenalkan dalam berbagai forum oleh berbagai pihak, seperti 27 Gunawan Widjaya Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.3. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS 28 , Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa MAPS, pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dan mekanisme penyelesaian sengketa secara kooperatif. ADR sering diartikan sebagai alternative to litigation dan alternative to adjudication. Pemilihan terhadap salah satu dari dua pengertian tersebut menimbulkan implikasi yang berbeda. Apabila pengertian pertama yang menjadi acuan alternative to litigation, seluruh mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan, termasuk arbitrase, merupakan bagian dari ADR. Apabila ADR di luar litigasi dan arbitrase merupakan bagian dari pengertian ADR sebagai alternative to adjudication dapat meliputi mekanisme penyelesaian sengketa yang bersifat konsensus atau kooperatif seperti halnya negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. Dilihat dari perkembangan ADR di Amerika Serikat, maka ADR yang dimaksud adalah ADR sebagai alternative to adjudication. Hal ini disebabkan keluaran outcome adjudication baik pengadilan maupun arbitrase cenderung menghasilkan ”win-lose”, bukan ”win-win”, sehingga solusi yang dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa mutual acceptable solution sangat kecil tercapai. 29 Istilah ADR memberi kesan bahwa pengembangan mekanisme penyelesaian sengketa secara konsensus hanya dapat dilakukan di luar pengadilan out court, sedangkan saat ini dibutuhkan juga dalam pengadilan court annexed atau court 28 Lihat Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPLH memperkenalkan dan memberikan sarana penyelesaian lingkungan hidup di luar pengadilan ADR, didayagunakan diefektifkan sebagai pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup secara alternatif. 29 Suyud Margono,op.cit., hlm.36. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 connected. Beragam pengertian ADR dilandasi oleh pertimbangan psikologis untuk mendapatkan dukungan terhadap penyelesaian melalui ADR dari pihak pengadilan. ADR seolah-olah merupakan jawaban kegagalan pengadilan memberikan akses keadilan bagi masyarakat sehingga pemasyarakatan istilah ini megundang rasa tidak aman kecemburuan bagi insan pengadilan. 30 Altschul yang dikutip oleh H.Priyatna Abdurrasyid dalam bukunya ”Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa” mengatakan bahwa ADR ialah ”a trial of a case before a private tribunal agreed to by the parties so as to save legal costs, avoid publicity, and avoid lengthy trial delays”. Altschul mengatakan bahwa alternatif penyelesaian sengketa ialah suatu pemeriksaan sengketa oleh majelis swasta yang disepakati oleh para pihak dengan tujuan menghemat biaya perkara, meniadakan publisitas dan meniadakan pemeriksaan yang bertele-tele, sedangkan Phillp D.Bostwick going private with the juficial system: 1995 mengatakan bahwa Alternative Dispute Resolution ADR adalah:” Sebuah perangkat pengalaman dan teknik hukum yang bertujuan : 31 a Menyelesaikan sengketa hukum di luar pengadilan demi keuntungan para pihak. b Mengurangi biaya litigasi konvensional dan pengunduran waktu yang biasa terjadi. c Mencegah terjadinya sengketa hukum yang biasanya diajukan ke pengadilan. 30 Ibid. 31 H.Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase Alternative Penyelesaian Sengketa: Suatu Pengantar, Jakarta: Fikahati Aneka, 2002, hlm.15. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Jacqueline M.Nolan-Haley menjelaskan bahwa ADR “is umbrella term which refers generally to alternatives to court adjudication of dispute such an negotiation, mediation, arbitration, mini trial and summary jury trial”. 32 Di sini Jacqueline M.Nolan – Haley menekankan bahwa penyelesaian sengketa alternatif itu sebagai istilah protektif yang merujuk secara umum kepada alternatif-alternatif ajudikasi pengadilan atas konflik, tanpa menyinggung konsiliasi sebagai bentuk penyelesaian sengketa alternatif. Blacks Law Dictionary menjelaskan ADR adalah: Terms refers to procedures setting dispute by means other than litigation; e.g. by arbitration, mediation, mini-trial. Such procedures which are usually less costly and more expeditious, are increasingly being used in commercial and labor dispute, divorcee action, in resolving motor vehicle and medical malpractice tort claims, and in other dispute that would likely otherwise involve court litigation. 33 Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Alternatif Penyelesaian Sengketa diartikan sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsiliasi, mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli Pasal 1 angka 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ADR atau APS adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak yang bersengketa dapat membantu atau 32 Jacqueline M.Nolan-Haley, Alternative Dispute Resolution In Arbitration Nushell, ST.Paul, Minn: West Publishing Co, 1992, hlm.1-2. 33 Henry Campbell, Blacks Law Dictionary, 6 th edition St.Paul :.Minn West publishing Co, 1990, hlm.78. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 dilibatkan dalam menyelesaikan suatu sengketa yang terjadi atau melibatkan pihak ketiga yang netral. 2.Kerangka Konsepsi Untuk menghindarkan kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan, maka di bawah ini akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah berikut: 1 Sengketa adalah permasalahan yang diajukan nasabah atau perwakilan nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan oleh Bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang penyelesaian tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. 34 2 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 35 3 Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan walk-in customer. 36 4 Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam 34 Pasal 1 angka 4 PBI Nomor 85PBI2006. 35 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 36 Pasal 1 angka 2 PBI Nomor 85PBI2006. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang disengketakan. 37

G. Metode Penelitian