Independensi Mediator Dalam Melaksanakan Fungsi Mediasi Perbankan

Dengan adanya PBI mengenai mediasi perbankan ini, terdapat sanksi bagi bank yang melanggar. Sanksi itu adalah pengurangan tingkat kesehatan bank. Jadi bank harus berusaha semaksimal mungkin menghindari hal-hal yang dapat memunculkan sengketa. Kesalahan dalam penanganan pengaduan nasabah akan meningkatkan risiko reputasi bank. Dalam hal penerimaan pengaduan, bank memberikan dua pilihan kepada nasabah yaitu secara tertulis atau lisan. Penanganan dan penyelesaian pengaduan, bank wajib menyelesaikan pengaduan paling lambat 20 dua puluh hari kerja setelah tanggal penerimaan pengaduan tertulis dan dapat diperpanjang paling lama 20 dua puluh hari kerja lagi. Jika nasabah tidak puas terhadap penyelesaian yang dilakukan bank, maka nasabah dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketanya melalui mediasi perbankan. Dengan demikian bank dan nasabah memperoleh win-win solution atas permasalahannya. Hal ini dikarenakan keputusan yang dihasilkan merupakan kesepakatan nasabah dan bank.

C. Independensi Mediator Dalam Melaksanakan Fungsi Mediasi Perbankan

Pihak ketiga yang membantu menyelesaikan sengketa tersebut disebut dengan “Mediator”. Pihak mediator tidak mempunyai kewenangan untuk memberi putusan terhadap sengketa tersebut, melainkan hanya berfungsi untuk membentuk dan menemukan solusi terhadap para pihak yang bersengketa tersebut. Pengalaman, Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 kemampuan dan integritas dari pihak mediator tersebut diharapkan dapat mengefektifkan proses negosiasi di antara para pihak yang bersengketa. 137 Mediator harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan perannya dalam menganalisis dan mendiagnosis suatu sengketa tertentu. Dan kemudian mendesain serta mengendalikan proses mediasi untuk menuntun para pihak mencapai suatu kesepakatan yang sehat. Ia menjadi katalisator untuk mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi diskusi. Dengan demikian mediator berperan membantu para pihak dalam pertukaran informasi dan proses tawar-menawar. 138 Mediator tidak dibenarkan masuk ke dalam proses mediasi tanpa persetujuan tertulis dari para pihak dalam sengketa yang akan dimediasikan. Sebelum persetujuan diberikan, mediator harus menyampaikan kepada para pihak adanya kemungkinan kepentingan yang dimilikinya menyangkut dengan salah satu pihak dan keadaan lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi asas prasangka tidak berpihak. 139 Beberapa peranan penting yang harus dilakukan mediator antara lain sebagai berikut: 140 a Melakukan diagnosis konflik; b Mengidentifikasi masalah serta kepentingan-kepentingan kritis para pihak; c Menyusun agenda; d Memperlancar dan mengendalikan komunikasi; 137 Munir Fuady, op.cit.,hlm.47. 138 Gatot Soemartono, op.cit., hlm.136. 139 H.Priyatna Abdurrasyid, op.cit., hlm.44. 140 Gatot Soemartono, op.cit., hlm.136. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 e Mengajar para pihak dalam proses dan keterampilan tawar-menawar; dan f Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan menciptakan pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian problem. Fuller dalam Leonard L.Riskin dan James E. Westbrook menyebutkan terdapat 7 tujuh fungsi mediator yakni: 141 a sebagai katalisator catalyst yang berarti bahwa kehadiran mediator dalam proses perundingan mampu mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi diskusi; b Sebagai pendidik educator, berarti seseorang harus berusaha memahami aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan politis, dan kendala usaha dari para pihak. Oleh karenanya, sebagai mediator ia harus berusaha melibatkan diri dalam dinamika perbedaan di antara para pihak; c Sebagai penerjemah translator dimana mediator harus menyampaikan dan merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang lainnya melalui bahasa atau ungkapan yang baik dengan tanpa mengurangi sasaran yang dicapai oleh pengusul; d Sebagai nara sumber resource person, berarti seorang mediator harus mendayagunakan sumber-sumber informasi yang tersedia; e Sebagai penyandang berita jelek bearer of bad news, berarti seorang mediator harus menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional. Untuk itu mediator harus mengadakan 141 Suyud Margono, op.cit.,hlm.60-61. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 pertemuan terpisah dengan pihak-pihak terkait untuk menampung berbagai usulan; f Sebagai agen realitas agent of reality, berarti mediator harus berusaha memberi pengertian secara jelas kepada salah satu pihak bahwa sasarannya tidak mungkin atau tidak masuk akal tercapai melalui perundingan; g Sebagai kambing hitam scapegoat, berarti seorang mediator harus siap disalahkan, misalnya dalam membuat kesepakatan hasil perundingan. Dalam mediasi perbankan ditentukan bahwa mediator harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: 142 a. Memiliki pengetahuan di bidang perbankan, keuangan, dan atau hukum; b. Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas penyelesaian sengketa; dan c. Tidak memiliki hubungan sedarah atau semenda sampai derajat kedua dengan nasabah atau perwakilan nasabah dan bank. Dua tahun berselang sejak Bank Indonesia menerbitkan PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan pada 30 Januari 2006. Namun, pembentukan lembaga mediasi, yang merupakan salah satu poin penting PBI itu, hingga kini belum terwujud. Pada tahun 2008 ketentuan itu kemudian direvisi pada 29 Januari 2008. revisi yang termuat dalam PBI No.101PBI2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan. Dalam perubahannya 142 Pasal 5 ayat 2 PBI Nomor 85PBI2006. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 disebutkan fungsi mediasi perbankan tetap ditangani BI sampai terbentuknya lembaga independen. Dalam PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan dinyatakan bahwa sampai dengan akhir tahun 2007 pelaksanaan fungsi mediasi perbankan dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini perlu dimaklumi karena Bank Indonesia berkewajiban dan berkepentingan untuk membentuk ”image” yang baik mengenai penyelenggaraan mediasi perbankan, sebelum lembaga mediasi tersebut dilaksanakan oleh suatu lembaga yang independen tahun 2008. Pengkajian untuk mengalihkan lembaga mediasi yang ada di BI ke asosiasi perbankan masih dilakukan sehingga pada tahun 2008 diharapkan lembaga mediasi berada di luar BI dan dialihkan ke asosiasi perbankan. Niat BI untuk membentuk lembaga mediasi perbankan LMP independen tak kesampaian hingga penghujung tahun 2007. Sejatinya, otoritas moneter itu menargetkan pembentukan LMP paling lambat 31 Desember 2007. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 3 ayat 2 PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan. Isi Pasal itu sangat singkat, yakni hanya menghapus Pasal 3 ayat 2 saja. Sebelumnya, Pasal 3 ayat 2 menyebutkan, “Pembentukan lembaga mediasi perbankan independen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2007”. Direktur Investigasi dan Mediasi Perbankan BI Ahmad Fuad menjelaskan, penghapusan Pasal 3 ayat 2 untuk menghindari adanya revisi kembali terhadap PBI tentang Mediasi Perbankan. Hal ini dikarenakan target untuk membentuk lembaga Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 mediasi perbankan pada akhir 2007 tidak terealisasi karena asosiasi Perbanas belum juga membentuknya sehingga ketentuan Pasal tersebut dihapuskan. 143 Belum terbentuknya LMP oleh asosiasi perbankan maupun Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional Perbanas, membuat tugas mediasi tetap dalam naungan BI. Dimana sejak dikeluarkan PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan, fungsi mediasi perbankan dilaksanakan oleh BI. Bank sentral itu sendiri sebenarnya telah berulangkali mendesak asosiasi dan Perbanas untuk segera membentuk LMP.Sekjen Perbanas Faris Rahman mengakui hingga kini Perbanas belum sanggup membentuk lembaga mediasi seperti yang diharapkan BI. Pembentukan lembaga mediasi masih terkendala faktor sumber daya manusia dan pendanaan. Deputi Direktur Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan BI Purwantari Budiman mengatakan, lembaga mediasi perbankan harus dibentuk kalangan perbankan agar lembaga itu lebih independen. Dalam PBI No.101PBI2008, tidak lagi tercantum tenggang waktu peralihan peran mediasi perbankan dari BI ke lembaga independen. Sehingga, terbentuknya lembaga mediasi bergantung pada inisiatif kalangan perbankan, melalui asosiasi-asosiasi perbankan. Di Indonesia, terdapat beberapa asosiasi terkait perbankan antara lain, Perhimpunan Bank-bank Swasta Nasional Indonesia Perbanas, Asosiasi Bank Daerah Asbanda, Asosiasi Bank Syariah Indonesia Asbisindo, serta asosiasi profesi seperti Ikatan Bankir Indonesia IBI. 144 143 http:wwwhukumonline.com, diakses tanggal 8 Juli 2008. 144 Yudir Thirzano, Menanti Lembaga Mediasi Independen, Masih Terkendala SDM dan Pendanaan, http:www.surya.co.id, diakses tanggal 10 Juli 2008. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Sebenarnya, penundaan pembentukan LMP sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun 2007. Isu yang mencuat waktu itu soal konsolidasi perbankan. Salah satunya mengenai target pemenuhan modal minimum bank umum menjadi Rp.80 miliar hingga akhir 2007 lalu. Isu itu berdampak pada sebagian kegiatan perbankan nasional, tak terkecuali target pembentukan LMP yang bakal tertunda dari jadwal semula. 145 Penyelenggaraan mediasi perbankan dalam Pasal 3 ayat 1 PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan ditentukan dilakukan oleh lembaga mediasi indenpenden dibentuk oleh asosiasi perbankan. Menjadi pertanyaan: apakah kalau dibentuk asosiasi perbankan menandakan lembaga itu tidak indenpenden? Pertanyaan lanjutan yang muncul adalah siapa yang akan membiayai lembaga tersebut. Sejatinya lembaga mediasi ini bersifat nirlaba karena menyelesaikan sengketa yang berjumlah kecil. Kalau dibiayai oleh asosiasi perbankan, artinya dibiayai dari industri perbankan dapat dianggap sulit bertindak impartial. Kesan publik ini walaupun kelihatan sederhana dapat menjadikan lembaga tersebut kurang efektif. Kalau sengketa yang diselesaikan oleh lembaga tersebut tidak dibatasi sehingga menghidupi diri sendiri, pertanyaan yang harus dijawab akan lebih sederhana, karena pembiayaan oleh asosiasi perbankan bersifat sementara, yaitu sampai lembaga 145 Ibid. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 tersebut dapat hidup sendiri. Kalau masalah biaya ini dapat diselesaikan, masalah lainnya adalah kredibilitas mediator. 146 Dengan belajar dari pembentukan lembaga mediasi perbankan yang sudah ada di negara lain. Maka bisa saja bahwa lembaga mediasi ini berada di dalam BI dan di luar BI. Bila berada di luar BI disebut independent mediation agency. Jadi semacam lembaga independen yang terdapat perwakilan nasabah di dalamnya. Ada juga perwakilan bank dan pihak independen. Ada yang berfungsi sebagai manajer, ada mediator, dan ada administrasinya. Lembaga semacam ini betul-betul pure mediasinya. Dalam praktiknya, ketika lembaga ini sudah berjalan ada kemungkinan akan dikenakan fee. Sehingga kalau ada bank yang ingin menjadi anggota lembaga itu, ada tarifnya. 147 Lembaga Mediasi Perbankan Indonesia LMPI yang saat ini masih berada di bawah naungan Bank Indonesia BI, diwacanakan untuk dikelola oleh asosiasi perbankan sendiri. Sistem ini telah diterapkan di negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Deputi Gubernur BI, Mulyaman D Hadad mengatakan, pengelolaan LMPI yang masih di bawah BI saat ini, lebih disebabkan karena masih berada pada tahap-tahap awal, sehingga proses yang masih dilakukan saat ini adalah mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya lembaga ini. Oleh karena itu BI 146 Bismar Nasution, Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mediasi Perbankan, diselenggarakan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Tiara Convention Center Medan, Kamis, 14 Februari 2007, hlm.10. 147 Muliaman D.Hadad, Menanti Mediator Bank-Nasabah, BEI NEWS Edisi 23 Tahun V, November-Desember 2004. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 menunggu kesiapan dari industri perbankan yang nantinya akan ditangani oleh asosiasi perbankan. Harus dibedakan fungsi BI sebagai otoritas publik yang punya kewenangan dan keinginan untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa melalui mediasi dan fungsi pengawasan. BI dapat membantu menyediakan fasilitas, tetapi BI tidak dapat memaksa pihak yang bersengketa untuk memakainya. Meskipun mediasi adalah alternatif penyelesaian sengketa. Namun BI dapat mengupayakan terciptanya mediasi yang memiliki authotative mediators walaupun ini amat jarang dilaksanakan. 148 Dalam pandangan Yayasan Konsumen Indonesia YLKI, Indah Suksmaningsih dalam Talkshow Mediasi Perbankan tanggal 31 Maret 2008 memaparkan memang seharusnya mediasi biro dikelola oleh bank-bank yang bersangkutan. Sebab LMP di BI dibiayai oleh negara. Padahal, yang membuat masalah adalah bank-bank. Hal ini dapat menyebabkan setiap ada sengketa dengan nasabah maka bank akan melimpahkannya ke BI. Solusi yang diberikan adalah mediasi biro dipindahkan ke bank-bank atau diterapkan iuran yang digunakan untuk membiayai mediasi sengketa antara bank dan nasabah. Selama ini, YLKI hanya bisa memfasilitasi namun aturan yang ada tidak memberikan peluang bagi YLKI untuk menekan agar masalah diselesaikan. 149 148 A.Zen Purba, Mediasi Sengketa Perbankan Perbandingan dengan Bidang Pasar Modal, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mengenai Mediasi Perbankan kerjasama antara BI dan FH USU, Medan, 15 Februari 2007. 149 Ideal, Mediasi Perbankan dikelola Asosiasi Bank, Senin, 31 Maret 2008, http:www.kompas.com, diakses tanggal 8 Juli 2008. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Rekomendasi YLKI, dibentuk sebuah lembaga mediasi perbankan yang independen. Syaratnya memenuhi tiga aspek yaitu aksessibilitas, efektivitas, dan fairness. Aksessibilitas maksudnya dengan makin banyaknya ragam media yang bisa digunakan konsumen untuk menyampaikan pengaduannya seperti website, telepon bebas pulsa ataupun kotak saran. Efektivitas, Lembaga Mediasi Perbankan harus menjadi lembaga efektif penyelesaian sengketa konsumen, dan keputusan yang dikeluarkan harus memberikan keadilan dan kepastian hukum bagi konsumen. Fairness, menyangkut hukum pembuktian dari kasus yang diajukan konsumen dimana bank yang bermasalah yang harus membuktikan argumennya bukan sebaliknya. Hal ini dikarenakan konsumen terbatas dari segi akses teknologi sehingga sangat sulit untuk pembuktiannya. 150 Menurut Felix Oentoeng Soebagjo, Lembaga Mediasi Perbankan Independen dapat berupa: 151 a LMP adalah lembaga yang didirikan oleh para pendiri, tapi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya LMP harus tetap independen, tidak tunduk pada kehendak para pendiri dan independen dari interfensi para pendiri. b LMP adalah lembaga yang menjalankan peran mediasi untuk sengketa-sengketa tertentu di bidang perbankan, tapi LMP tidak tunduk pada BI, dan bebas interfensi BI. 150 Ibid. 151 Felix Oentoeng Soebagjo, op.cit., hlm.5. Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008 Mengenai bentuk kelembagannya maka terdapat beberapa alternatif yaitu 152 : Pertama, berbentuk yayasan. Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tanggal 6 Agustus 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tanggal 6 Oktober 2004. Bentuk ini dipergunakan pada pendirian Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI. Kedua, berbentuk perkumpulan berbadan hukum Rechts persoonlijkheid van vereenigingen Keputusan raja No.2 tanggal 28 Maret 1870,S.1870:64. Bentuk ini dipergunakan pada pendirian Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI.

D. Kekuatan Hukum Akta Kesepakatan Mediasi Perbankan