BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP NASABAH BANK
A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Dalam Hukum Perbankan
Hukum perbankan sebagai suatu sistem
41
. Jika dilihat dalam perspektif sistem sebagai entitas, maka hukum perbankan diartikan sebagai kumpulan peraturan hukum
yang merupakan satu kesatuan yang masing-masing unsurnya berkaitan satu sama lain dan bekerja sama secara aktif untuk mencapai tujuan keseluruhan dari hukum per
bankan. Unsur sistem hukum perbankan yang dimaksudkan adalah peraturan hukum norma, asas-asas hukum
42
, dan pengertian-pengertian hukum yang terdapat di dalamnya. Unsur hukum tersebut dibangun di atas tertib hukum, sehingga terdapat
keharmonisan di dalam atau di luarnya, dan dapat dihindarkan adanya tumpang tindih overlapping di antara unsur-unsur yuridis tersebut. Kalau terjadi konflik mengenai
41
Tujuan hukum yang kompleks hanya mungkin diwujudkan secara baik dan nyata jika proses hukum berlangsung dengan baik dan stabil. Proses yang baik dan stabil ini hanya mungkin
berlangsung jika setiap komponen hukum berfungsi dengan baik dan benar. Maka ketika pembahasan menyentuh kedua aspek hukum ini, aspek fungsi dan prosesnya, pembicaraan tidak lagi dapat
dihindarkan dari keharusan untuk membicarakan totalitas dari keseluruhan komponen sistem hukum itu, dan satu-satunya pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan ini adalah pendekatan sistem atau
teori sistem hukum.
Lili Rasjidi, I.B.Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm.185.
42
Asas-asas hukum secara reflektif meletakkan perkaitan antara nilai-nilai tata nilai, pokok- pokok pikiran, perlibatan moril dan susila pada satu pihak dengan hukum positif pada pihak lain. Asas-
asas hukum memiliki perkaitan dengan hukum positif dalam artian bahwa aturan-aturan hukum harus dimengerti beranjak dari latar belakang asas-asas hukum yang selaras dengan atau terkait pada hukum
positif. Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia : Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Alih Bahasa Tristam P.Moeliono, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2006, hlm.84.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
persoalan perbankan, maka solusinya adalah melalui asas hukum yang terdapat dalam sistem hukum perbankan itu sendiri.
43
Sebagai suatu sistem hukum, hukum perbankan didasarkan kepada asas-asas hukum antara lain, asas demokrasi ekonomi, asas kepercayaan, asas kehati-hatian,
asas pemerataan, asas kesejahteraan, asas-asas dalam hukum kontrak, asas-asas dalam hukum perkreditan, dan asas-asas dalam hukum jaminan. Asas-asas tersebut terletak
pada masing-masing graduasinya yakni asas idiil, asas konstitusionil, asas politis, dan asas teknis operasional. Asas-asas ini yang berfungsi untuk menganyam sistem
hukum perbankan dan sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan norma hukum perbankan serta penyelesaian konflik. Tanpa adanya ikatan asas-asas tersebut, hukum
perbankan akan mengalami ketidakjelasan dalam mencapai cita-cita dan tujuannya, dan dapat mengakibatkan terjadinya collapse bagi norma-norma hukum perbankan.
44
Dalam kerangka berpikir yuridis, perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan hak-hak nasabah. Perlindungan ini diberikan oleh suatu peraturan
perundang-undangan yang ditujukan kepada pihak yang melanggar hak tersebut yakni bank dan pihak ketiga. Dalam kacamata hukum positif perlindungan hukum
terhadap hak-hak nasabah seharusnya diatur dalam undang-undang.
45
43
Tan Kamello, Karakter Hukum Perdata Dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank Dengan Nasabah, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu
Hukum Perdata pada Fakultas Hukum diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara, Medan, 2 September 2006, hlm.6.
44
Tan Kamello, Mediasi Perbankan, Disajikan dalam Diskusi Terbatas, Kerjasama Bank Indonesia Dan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana USU, tanggal 21 Desember 2006,
hlm.2.
45
Ibid., hlm.6.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
Perlindungan hukum adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada setiap objek hukum. Menurut sistem
perbankan Indonesia, perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan melalui dua cara, yakni Perlindungan secara implisit implicit deposit
protection dan perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection, yaitu perlindungan diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan
masyarakat.
46
Perlindungan secara implisit implisit deposit protection, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat
menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang diperoleh melalui : 1 peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, 2 perlindungan
yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia, 3 upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah
lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya, 4 memelihara tingkat kesehatan bank, 5 melakukan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian, 6 cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah, dan 7 menyediakan informasi risiko kepada nasabah.
47
Perlindungan secara eksplisit Explicit deposit protection, yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga
46
BPHN, Departemen Kehakiman-RI Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank, Jakarta: BPHN, 19931994, hlm.53.
47
Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Jakarta: Sinar Harapan, 1998, hlm.133-134.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh
melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan.
48
Beberapa mekanisme yang dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank adalah sebagai berikut:
49
1 Pembuatan Peraturan Baru
Lewat pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi peraturan yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan
kepada nasabah suatu bank. Banyak peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan melindungi nasabah. Akan tetapi, lebih banyak lagi
diperlukan seperti itu dari apa yang terdapat dewasa ini. 2
Pelaksanaan Peraturan yang Ada Salah satu cara lain untuk memberikan perlindungan kepada nasabah adalah
dengan melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi
nasabah sehingga dapat dijamin law enforcement yang baik. Peraturan perbankan tersebut harus ditegakkan secara objektif tanpa melihat siapa direktur, komisaris,
atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan.
48
Ibid.
49
Munir Fuady op.cit.,2003, hlm.104-105.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
3 Perlindungan Nasabah Deposan Lewat Lembaga Asuransi Deposito
Perlindungan nasabah, khususnya nasabah deposan melalui lembaga asuransi deposito yang adil dan predictable ternyata dapat juga membawa hasil yang
positif. 4
Memperketat Perizinan Bank Memperketat pemberian izin untuk suatu pendirian bank baru adalah salah satu
cara agar bank tersebut agar bank tersebut kuat dan qualified sehingga dapat memberikan keamanan bagi nasabahnya.
5 Memperketat Pengaturan di Bidang Kegiatan Bank
Ketentuan yang menyangkut kegiatan bank banyak juga yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan untuk melindungi pihak nasabah. Pengaturan-
pengaturan tersebut misalnya ketentuan mengenai permodalan, manajemen, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan kesehatan bank.
6 Memperketat Pengawasan Bank
Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam bisnis bank, maka pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia juga dalam hal ini Menteri Keuangan harus
melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada, baik terhadap bank-bank pemerintah maupun terhadap bank swasta. Hanya saja
perlu diperhatikan di sini bahwa sebagai pengawas, Bank Indonesia tidak dapat mencampuri secara langsung urusan intern dari bank yang diawasinya itu. Sebab,
pengendalian bank tersebut tetap menjadi kewenangan pengurus bank tersebut.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
Karena itu, harus jelas batas-batas dari ikut campur tangan Bank Indonesia sehingga tidak mengambil porsi kewenangan dari pengurus bank tersebut.
Undang-Undang Perbankan tidak mengatur secara khusus hak-hak nasabah, baik nasabah debitur maupun hak nasabah kreditur. Seharusnya Undang-Undang
Perbankan mengatur secara khusus tentang hak-hak nasabah, dan bukan diatur dalam peraturan yang lebih rendah dari undang-undang. Perlindungan hukum bagi nasabah
seharusnya sudah dilakukan pada tahap pra kontrak sampai dengan pelaksanaan kontrak. Pada tahap pra kontrak, pihak bank dalam menjalankan usahanya selalu
menawarkan, mempromosikan dan mengiklankan produk-produk bank yang cukup menggiurkan. Tujuannya adalah untuk menarik konsumen bank agar memasuki ruang
kontrak sehingga terdapat keterikatan antara nasabah dengan banknya. Ketika hubungan hukum antara nasabah dengan banknya mulai tercipta, maka sejak
momentum itu terbuka konflik hukum antar para pihak.
50
Dalam sistem hukum perbankan Indonesia, pihak nasabah dibiarkan sendiri terlunta-lunta tanpa suatu perlindungan yang predictable dan reasonable. Karena itu,
salah satu masalah yang sering dikeluhkan terus-menerus adalah tidak adanya atau kurangnya perlindungan terhadap nasabah jika berhubungan dengan bank, baik
nasabah debitur, nasabah deposan, maupun nasabah nondebitur-nondeposan. Dalam beberapa kasus spektakuler yang pernah terjadi di Indonesia, seperti kasus likuidasi
Bank Summa 1984, Kasus Pidana Bank Majapahit 1983, dan kasus likuidasi 16 enam belas bank bermasalah akhir tahun 1997 menunjukkan bahwa kedudukan
50
Tan Kamello, op.cit., hlm.3.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
para nasabah masing-masing bank tersebut sangat krusial dan tidak terlindungi oleh hukum. Dalam kasus-kasus biasa lainnya sehari-hari, kedudukan nasabah bank
bahkan lebih kritis berhubung tidak banyak mendapat sorotan dari masyarakat dan kurang mendapat tanggapan dari pihak otoritas moneter yang berwenang.
51
Perlindungan hukum dalam transaksi perbankan, merupakan hal yang patut dikedepankan agar kepentingan para pihak dapat dilindungi. Wujud perlindungan
hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan hukum. Penegakan hukum secara konsepsional merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan dalam kaidah-kaidah. Upaya penegakan hukum tidak terlepas dari cita hukum yang dianut dalam masyarakat yang bersangkutan ke dalam perangkat
berbagai aturan hukum positif, lembaga hukum dan proses prilaku birokrasi pemerintahan dan warga masyarakat. Dalam menegakkan hukum terdapat tiga unsur
yang harus diperhatikan yaitu unsur keadilan, unsur kemanfaatan dan unsur kepastian hukum.
52
Kemajuan teknologi perbankan di Indonesia belakangan ini, membawa konsekuensi masalah yang dialami konsumen perbankan berkisar pada penerapan
teknologi tersebut, misalnya penggunaan mesin ATM Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri. Masalah yang dialami nasabah adalah mengenai
penarikan tunai cash advenced melalui ATM yang tidak dilakukan nasabah, tetapi
51
Munir Fuady, op.cit., hlm.99.
52
Syafruddin Kalo, Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Melalui Mediasi, disampaikan pada dialog interaktif Mediasi Perbankan kerjasama Bank Indonesia dengan Program
Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana USU. Medan, 21 Desember 2006, hlm.6.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
tercantum dalam perincian tagihan billing statement yang disampaikan pihak bank kepada nasabah. Padahal hanya pihak bank dan nasabah saja yang tahu nomor PIN
Personal Identification Number kartu ATM nasabah yang bersangkutan. Yang mengemuka di sini, kemajuan teknologi perbankan sepintas hanya memberikan
keamanan pada pihak bank saja, sedangkan tidak demikian halnya bagi nasabah. Sehingga ide pelayanan terhadap konsumen khususnya nasabah melalui teknologi
perbankan hanya menjadi semacam lip service saja.
53
Perselisihan yang terjadi antara nasabah dan bank sebenarnya tidak semata- mata masalah kartu kredit. Bank Indonesia mencatat, sengketa bank dan nasabah
meliputi masalah dana, kredit, ATM, kartu kredit, ataupun electronic banking e- banking. Yang menjadi masalah terbesar adalah masalah kartu kredit dan ATM.
Kasus-kasus ini sering kali terjadi karena banyak hal, antara lain kurang cermatnya nasabah dalam menggunakan dan menjaga keamanan kartu kredit dan ATM-nya.
Untuk kartu kredit masalah yang sering dihadapi nasabah mulai dari masalah surat penagihan hingga datangnya debt collector yang dirasakan sudah mengancam
keberadaan nasabah.
54
Dalam Undang-undang Perbankan tidak ada ketentuan yang secara khusus mengatur masalah perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah. Dalam Pasal 29
53
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, Bandung : Citra Aditya Bakti,2003, hlm.43.
54
Majalah Info bank : Analisis-Strategi Perbankan dan Keuangan No.345, Desember 2007, Vol.XXIX, hlm.14.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
ayat 1 Undang-undang Perbankan hanya disebutkan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
55
Hal ini memberi konsekuensi bagi BI untuk lebih efektif dalam melakukan pembinaan dan pengawasan bank. Sebagai lembaga pembina dan pengawas
perbankan di Indonesia, BI mempunyai peran yang besar dalam usaha melindungi dan menjamin agar nasabah tidak melakukan tugas dan kewenangannya untuk
mengawasi pelaksanaan ketentuan perundang-undangan oleh seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. Pengawasan yang efektif dan baik merupakan langkah
preventif dalam meminimalisasi kasus-kasus kerugian nasabah karena tindakan bank.
56
Tak dilindunginya konsumen sebagai nasabah, sudah terasa sejak konsumen pertama kali berhubungan dengan bank. Hubungan keduanya tidak seimbang.
Apalagi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sama sekali tidak mengenal defenisirumusan nasabah. Ketika konsumen menjadi kreditur dalam
bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau bentuk lain yang dipersamakan, tak ada agunan apapun yang diberikan bank kepada konsumen, kecuali
modal kepercayaan.
57
Pada tahun 1998 melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 diintroduksilah rumusan nasabah dalam Pasal 1 angka 16 , yaitu pihak yang
55
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm.65.
56
Syafruddin Kalo, op.cit., hlm.10.
57
Yusuf Shofie,op.cit., hlm.69.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
menggunakan jasa bank. Rumusan ini kemudian diperinci pada angka berikutnya, sebagai berikut:
“Nasabah penyimpan dana adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah
yang bersangkutan”. Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
“Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan”. Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Posisi konsumen sangatlah lemah dibandingkan dengan posisi bank. Undang- Undang Perbankan mengatur masalah perlindungan nasabah secara sumir. Itu
tercermin dalam wewenang Bank Indonesia dalam melakukan pembinaan dan pengawasan bank. Artinya perlindungan terhadap konsumen sebagai nasabah bank,
tidak dapat dipisahkan dari upaya menjaga kelangsungan bank dalam sistem perbankan nasional. Perlindungannya tidak diatur secara tegaseksplisit.
58
Perlindungan nasabah ini perlu berkaitan dengan pembentukan sebuah sistem perbankan yang mantap, dan akhirnya bermuara pada sebuah sistem perbankan yang
efisien, kuat, dan mantap guna menciptakan stabilitas sistem keuangan yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu perbankan dan nasabah
58
Ibid..,hlm.72.
Syarifah Lisa Andriati: Penyelesaian Sengketa Perdata Antara Nasabah Dengan Bank Melalui Mediasi Perbankan, 2008. USU e-Repository © 2008
harus memiliki hubungan yang setara untuk mendukung sistem perbankan yang sehat.
B. Perlindungan Dan Pemberdayaan Nasabah Bank Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia