Tinjuan Umum Tentang Investasi

BAB II HUBUNGAN INVESTASI DENGAN HUKUM PERTANAHAN

A. Tinjuan Umum Tentang Investasi

Sejak era reformasi, jumlah investasi, khususnya investasi asing, yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan. 12 Berdasarkan hasil inventarisasi BKPM, terdapat dua kendala yang dihadapi dalam menggerakkan investasi di Indonesia, yaitu kendala internal dan eksternal. 13 Salah satu yang menjadi kendala eksternal adalah adanya peraturan daerah, keputusan menteri, Undang-Undang yang turut mendistorsi kegiatan penanaman modal. Berkaitan dengan masalah tersebut, pemerintah melakukan perubahan yang cukup radikal, yaitu dengan melakukan perubahan terhadap terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri karena kedua Undang-Undang tersebut dinilai tidak sesuai lagi dengan tantangan dan kebutuhan untuk mempercepat perkembangan ekonomi nasional. Dengan Undang-Undang yang baru, yaitu Undang-Uandang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, diharapkan jumlah investasi yang ditanam di Indonesia meningkat karena Undang-Undang ini tidak hanya memberikan kepasrian hukum dan transparansi, tetapi juga memberikan fasilitas atau kemudahan bagi para investor, seperti fasilitas pelayanan imigrasi, fasilitas Hak atas tanah, fasilitas perizinan impor, dan lain-lain yang selama ini kurang diberikan oleh Undang-undang sebelumnya. 14 Adapun bentuk atau model investasi ada beberapa versi sebagaimana yang dikemukakan oleh Michael J. Trebilcock dan Robert Howse, 15 investasi langsung asing biasanya menggunakan satu dari tiga bentuk berikut : pemberian dana modal misalnya dalam joint venture atau pabrik baru; investasi baru untuk pendapatan perusahaan dan penjaminan jaringan melalui perusahaan induk atau partnernya. Penanaman modal di Indonesia telah berkembang cukup lama dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun, dimana dalam kurun waktu tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia, baik penanamaan modal asing maupun penanaman modal dalam negeri telah berkembang dan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Upaya modal asing masuk ke Indonesia jelas terkait dengan kepentingan dan kebutuhan akan modal untuk pembangunan ekonomi, khususnya melalui sektor industri. Mencermati peran penanaman modal cukup signifikan dalam membangun perekonomian, tidaklah mengherankan jika diberbagai negara di dunia dalam 12 Salim Hs, Budi Harsono, Hukum Investasi Di Indonesia, Rajawali Pers,PT Grafindo, Jakarta, 2008, hal 3. 13 Ibid., hal.4. 14 Salim Hs, Budi Harsono, Hukum Investasi Di Indonesia, Rajawali Pers,PT Grafindo, Jakarta, 2008, hal 1 15 Lihat Michael J. Trebilcock dan Regulation of International Trade. London. Routledge, 1995. hal 130 Evalina Barbara Meliala: Pemberian Hak Atas Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal Setelah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU e-Repository © 2008 dekade terakhir ini, baik Negara-negara maju maupun negara-negara berkembang berusaha secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Dilain pihak, dari sudut pandang investor adanya keterbukaan pasar di era globalisasi membuka peluang untuk berinvestasi diberbagai negara. Tujuannya sudah jelas yakni bagaimana mencari untung, sedangkan negara penerima modal berharap ada partisipasi penanaman modal atau investor dalam pembangunan nasional. Dilihat dari perspektif hukum ada aturan yang jelas. Itulah sebabnya mengapa para pemimpin pemerintah mengadakan berbagai pertemuan Internasional untuk menyatukan persepsi dalam merumuskan norma-norma yang terkait dengan investasi. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini, dalam berbagai pertemuan para pemimpin APEC, telah disepakati berbagai hal antara lain pada pertemuan bulan November 1994, Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan anggota APEC mengeluarkan deklarasi yang di kenal dengan ‘’Deklarasi Bogor’’ . Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin negara anggota APEC menyepakati sejumlah asas-asas yang tidak mengikat dalam bidang investasi nonbinding investment principles, antara lain : Transparency keterbukaan, Nondiscriminatory between source economics non diskriminasi antar sumber ekonomi, National treatment perlakuan sosial, Investment incentives rangsangan investasi, Performance requirement persyaratan kinerja, Dispute settlement penyelesaian sengketa, Avoidance of double taxation penghindaran pajak berganda, Investor behavior prilaku investor, Removal of barriers to foreign capital penghapusan rintangan modal asing dan penyelesaian sengketa Penanaman Modal Asing PMA melalui lembaga arbitrasi. 16 Untuk memacu kegiatan investasi, Pemerintah Indonesia ketika memasuki awal tahun 2002 telah menyanangkan sebagai tahun investasi. Namun tingkat kehadiran investor asing ke Indonesia belum berjalan sesuai dengan harapan. Jika ditelusuri lebih seksama mengapa kegiatan investasi masih berjalan lamban, agaknya ada beberapa faktor yang cukup mempengaruhi, 17 antara lain : a. Faktor Politik Salah satu yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya ke suatu Negara adalah kondisi politiknya stabil atau tidak. Dalam hal ini menarik menyimak pendapat yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian: Jika suatu Negara hendak mengundang investor asing dalam rangka pembangunan ekonominya, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni bahwa kesalahan legitimacy pemerintah yang sedang berkuasa berada pada tingkat yang tinggi, oleh karena itu kesalahan yang tinggi tersebut duduga akan menjamin kontinuitas dari pemerintah yang bersangkutan, Pemerintah harus dapat menciptakan suatu iklim yang merangsang untuk penanaman modal asing tersebut. Artinya bahwa kepada pada penanaman modal asing harus diberikan 16 Lihat M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Bandung, Mandar Maju. 2002, hal 35. Lihat juga Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal Dalam Hukum Perdagangan Internasional WTO, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hal 10 17 Lihat Hulma Panjaitan, Hukum Penanaman Modal, jakarata. Indhill co. 2003. Cet. 1. hal 8-13. Lihat juga Sumantoro, Op. Cit. Bob Sugeng hadiwinata. Op. Cit. hal 50 Evalina Barbara Meliala: Pemberian Hak Atas Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal Setelah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU e-Repository © 2008 keyakinan bahwa modal yang mereka tanamkan memberikan kepada mereka keuntungan yang wajar sebagaimana halnya apabila modal tersebut ditanam di tempat lain, baik di negara asalnya sendiri maupun di negara lain, Pemerintah perlu memberikan jaminan kepada para penanam modal asing tersebut, bahwa dalam hal terjadinya goncangan politik didalam negeri, maka modal mereka akan dapat dikembalikan kepada pemiliknya dan badan usaha mereka tidak dinasionalisasikan, Pemerintah harus dapat menunjukkan bahwa pemerintah itu mempunyai kesungguhan dalam memperbaiki administrasi negaranya, agar dalam hubungannya dengan penanam modal asing itu, maka permintaan izin dan hal lain yang menyangkut pembinaan usaha tidak mengalami perubahan- perubahan birokratisme yang negatif akan tetapi dapat berjalan lancar dan memuaskan.” 18 Disini terlihat yang sering kali mejadi perhatian investor adalah legitimasi dari pemerintah yang sedang berkuasa. Hal ini memang ada kaitannya dengan resiko yang akan dihadapi oleh investor. b. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi dan politik dalam investasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya adanya stabilitas politik dapat menggerakkan roda perekonomian. Hal ini terlihat juga pandangan yang cukup kritis dari harian umum Kompas dalam editorialnya dikemukakan : “Dalam kondisi dunia yang lebih terbuka, kita tidak bisa hanya asik dengan diri kita sendiri. Kita tidak cukup hanya berteriak-teriak bahwa diri kita ini menarik, padahal kenyataannya tidaklah seperti itu. Semua Negara sekarang ini berlomba untuk mempercantik dirinya. Mereka mencoba menawarkan insentif yang lebih baik agar para pengusaha tertarik untuk masuk ke negaranya. Intinya, semua berlomba untuk membuat biaya produktif seefisien mungkin sehingga pengusaha dengan mudah berhitung bahwa usaha keras yang akan mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang sia-sia.” 19 c. Faktor Hukum Selain faktor politik dan ekonomi, faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya adalah masalah kepastian hukum. Berbagai ketentuan hukum yang terkait dalam investasi dirasakan perlu untuk menyesuaikan dengan berbagai perjanjian multilateral, regional maupun bilateral yang diikuti oleh Pemerintah Indonesia. 20 Sebagaimana dikemukakan oleh Gunarto Suhardi : “Ada banyak persetujuan lainnya diantara kelompok anggota-anggota PBB dalam berbagai hal yang menjadi hukum internasional yang 18 Sondang P. Siagian. Administrasi Pembangunan. Jakarta, Gunung Agung, 1985, Cet ke-11, hal 88 19 Lihat Harian Umum Kompas edisi 17 April 2004 dengan Tajuk “Saatnya Untuk Berinvestasi”. 20 Lihat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. IVMPR1999. Dalam Bab IV tentang arah kebijakan, bagian b. tentang ekonomi butir 27 disebutkan, tugas pemerintah adalah melaksanakan secara proaktif negosiasi dan kerja sama ekonomi bilateral dan multilateral dalam rangka meningkatkan volume dan nilai ekspor terutama dari sektor industri yang berbasis sumber daya alam, serta menarik investasi financial dan investasi asing langsung tanpa merugikan pengusaha nasional. Evalina Barbara Meliala: Pemberian Hak Atas Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal Setelah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU e-Repository © 2008 mempengaruhi ekonomi rakyat berbagai Negara. Satu contoh yakni perbaikan pengaturan perdagangan dunia yang sangat mempengaruhi kepada kelancaran hubungan ekonomi antar Negara khususnya ekspor, impor dan perdagangan internasional. Pengaturan yang dimaksud ini adalah General Agreement on Tariffs and Trade, GATT.” 21

B. Pranata Hukum