Sinus maksila Sinus frontal

dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85 -90 disaring didalam hidung dengan bantuan TMS Ballenger, 1994 ; Hilger, 1997 ;McCaffrey,2000. Menurut Mangunkusumo 2001 fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu 1Sebagai jalan nafas, 2 Alat pengatur kondisi udara, 3 Penyaring udara, 4 Sebagai indra penghidu, 5 Untuk resonansi suara, 6 Turut membantu proses bicara,7 Reflek nasal Ballenger,1994; Mangunkusomo,2001.

2.1.2 Anatomi dan fungsi sinus paranasal

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sangat bervariasi pada setiap individu.Ada empat pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar adalah sinus maksilla, sinus frontalis, sinus etmoid dan sinus sfenoid. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang- tulang kepala hingga terbentuk rongga didalam tulang. Semua sinus mempunyai muara kedalam hidungLang,1989; Mangunkusumo,2001

2.1.2.1 Sinus maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml dengan ukuran 7-8 x 4-6 mm dan pada usia 15 tahun berukuran 31-31 x 18-20 x 19-20 mm, sinus kemudian berkembang Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal yaitu 15 ml saat dewasa. Bentuknya segitiga, dengan dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris berjalan melalui infundibulum etmoid Ballenger,1994 ; Weir, 1997 .

2.1.2.2 Sinus frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahunMaran,1990. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak digaris tengah. Kurang lebih 15 orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5 sinus frontalnya tidak berkembang. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tinggi nya,lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2cmMaran,1990; Hilger, 1994; Mangunkusumo,2001. Sinus frontalis dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 sinus frontal mudah menjalar kedaerah ini. Sinus frontal ini berdrenase melalui ostiumnya dan bermuara ke meatus mediaMaran,1990; Ballenger,1994

2.1.2.3 Sinus etmoid

Dokumen yang terkait

Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Setelah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopik Fungsional Dengan Adjuvan Terapi Cuci Hidung Cairan Isotonik NaCl 0,9% Dibandingkan Cairan Hipertonik NaCl 3%

2 42 131

Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Dengan Kavum Nasi Normal

0 46 78

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Revisi Pada Rinosinusitis Kronis.

0 9 9

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional dengan Teknik Hipotensi Terkendali pada Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronis.

0 1 12

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 0 13

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 0 2

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 1 4

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta Chapter III VI

0 0 17

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 1 4

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

1 1 16