Lokasi dan Waktu Penelitian Kerangka kerja Cara Analisis Data

Dihitung dalam tahun dan menurut ulang tahun terakir. Dihitung berdasarkan kalender masehi

4.3.2.10 Jenis kelamin

laki-laki atau perempuan. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan bubuk sakarin laktis

4.4 Instrumen Penelitian

• Catatan medik penderita dan status penelitian • Formulir persetujuan ikut penelitian • Alat-alat pemeriksaan THT rutin • Nasoendoskopi • Satu set alat bedah sinus endoskopi fungsional • Rontgen foto spn • Stopwatch dan pinset bayonet • CT Scan Sinus Paranasal

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Penelitian dilaksanakan di poliklinik THT-KL FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan dengan waktu penelitian dimulai dari bulan Mei 2008 sampai Mei 2009

4.6. Kerangka kerja

Penderita baru Populasi Anamnesa Pemeriksaan Fisik dan THT Nasoendoskopi Foto polos SPN CT Scan Rhinosinusitis kronik Uji sakarin 1-2 hari pre operasi BSEF Post BSEF Uji Sakarin 3 Mgg post operasi

4.7 Cara Analisis Data

Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan program window SPSS Statistical Program for Social Science versi 11,5. Uji statistik dengan menggunakan T-Independent BAB 5 Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 ANALISIS HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sub Bagian Rinologi Departement Ilmu Kesehatan THT-KL FK-USU RSUP.H.Adam Malik Medan selama periode Mei 2008 sampai Mei 2009, dikumpulkan sempel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan kasus rinosinusitis sebanyak 24 orang yang selanjutnya dilakukan suatu tindakan berupa operasi yang disebut dengan bedah sinus endoskopi fungsional. Gambar 5.1 Distribusi kelompok penderita rinosinusitis kronis berdasarkan jenis kelamin 1250 1250 10 20 30 40 50 60 70 lk pr laki pr Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Dari gambar 5.1, didapati persentase penderita rinosinusitis kronis pada perempuan sebanyak 12 penderita 50 , sedangkan pada laki-laki sebanyak 12 penderita 50 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1 Gambar 5.2 Distribusi kelompok penderita rinosinusitis kronis berdasarkan umur 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 17-26 27-36 37-46 47 8 12 2 2 Dari gambar 5.2, didapati persentase tertinggi penderita rinosinusitis kronis terdapat pada kelompok umur 27-36 tahun sebanyak 12 penderita 50 dan persentase terendah adalah kelompok umur 37-46 tahun dan lebih dari umur 47 tahun masing-masing 2 penderita 8,35 Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Gambar 5.3 Distribusi kelompok keluhan utama rinosinusitis kronis 5 10 15 20 25 Hidung tersumbat PND Nyeri Wajah Sakit kepala Gangguan penghidu 2187,5 1562,5 416,7 1666,7 625 Dari gambar 5.3, didapati keluhan utama penderita rinosinusitis kronik yang terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 21 penderita 87,5 dan yang terendah adalah nyeri wajah sebanyak 4 penderita 16,7. Gambar 5.4 Hasil pemeriksaan nasoendoskopi kelompok penderita rinosinusitis kronis 1770,8 937,5 520,8 24100 729,2 520,8 1875 5 10 15 20 25 Procesus uncinatus menonjol Konka Media hipertrofi Septum deviasi Bula menonjol Meatus Media tertutup Polip Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Konka Inferior hipertrofi Dari Gambar 5.4 diatas, dari hasil pemeriksaan nasoendoskopi , tampak kelainan terbanyak adalah meatus medius yang tertutup yaitu sebanyak 100 dan yang terendah adalah septum deviasi serta bula etmoid yang menonjol sebanyak masing-masing 5 penderita 20,8 Tabel 5.1 Hasil uji t-independent rata-rata waktu transportasi mukosiliar antara kelompok penderita rinosinusitis kronis sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional dengan kelompok penderita rinosinusitis setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional Kelompok Rinosinusitis Kronis n Mean SD p Sebelum dilakukan BSEF 24 22.94 4,32 0,000 Sesudah dilakukan BSEF 24 10,61 2,78 Dari tabel 5.1, didapati rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung pada kelompok rinosinusitis kronis sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional adalah 22.94 SD ± 4,32menit dan kelompok rinosinusitis kronis setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional adalah 10,61 SD ± 2,78menit. Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Setelah dilakukan uji t-independent didapatkan nilai p 0,05 dengan perbedaan rata-rata adalah 12,33 menit yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung kelompok penderita rinosinusitis kronis sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional dengan kelompok rinosinusitis kronis setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional. Tabel 5.2 Hasil uji t-independent rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung antara kelompok penderita rinosinusitis kronis berdasarkan jenis kelamin. Kelompok penderita Rinosinusitis n Mean SD p Laki-laki 12 22.24 4,27 0,438 Perempuan 12 23.65 4,44 Dari tabel 5.2, rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung pada jenis kelamin laki-laki kelompok rinosinusitis kronis adalah 22.24 SD ± 4,27menit dan waktu transportasi muksiliar hidung pada jenis kelamin perempuan adalah 23,65 SD ± 4,44menit. Setelah dilakukan uji t-independent didapatkan nilai p0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung pada penderita rinosinusitis kronis berdasarkan jenis kelamin Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5.3 Distribusi rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung menit berdasarkan keadaan anatomi rongga hidung Keadaan rongga Mean Hidung N Menit SD Konka Media Eutropi 7 29,2 18.87 1.99 HipertropiEdema 17 70,8 24.6 3.89 Prosesus Unsinatus Normal 15 62,5 20.34 2.12 Menonjol 9 37,5 27.28 1.15 Bulla Etmoid Tidak Menonjol 19 79,2 22.10 4.38 Menonjol 5 20,8 26.14 2.23 Konka Inferior Eutropi 6 25 18.24 1.58 HipertropiEdema 18 75 24.51 3.76 Septum Normal 19 79,16 22.61 4.54 Deviasi 5 20,84 24.22 3.45 Polip Ada 7 29,16 27.97 3.67 Tidak ada 17 70,84 20.87 2.50 Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Dari tabel 5.3, Kelainan terbanyak adalah konka inferior hipertropiedema sebanyak 18 penderita 75 dan yang terendah adalah rinosinusitis dengan polip sebanyak 7 penderita 29,16. Pada daerah komplek osteometal didapati kelainan yang terbanyak adalah konka media yang hipertropiedema sebanyak 17 penderita 70,8 dan yang terendah adalah bulla etmoid yang menonjol sebanyak 5 penderita 20,8. Dari tabel 5.3, didapati waktu transportasi mukosiliar hidung dengan berbagai variasi anatomi . Pada konka media yang hipertropi edema didapati rata-rata waktu transportasi mukosiliar adalah 24.6 SD±3.89menit dan 18.87 SD±1.99menit pada eutropi. Prosesus unsinatus yang normal didapati waktu transportasi mukosiliar hidung adalah 20.34 SD±2.12menit dan pada yang menonjol 27.28 SD±1.15menit. Pada bulla etmoid yang tidak menonjol didapati waktu transportasi mukosiliar hidung adalah 22.10SD±4.38menit dan berbeda pada bulla etmoid yang menonjol yaitu 26.14SD±2.23menit. Pada kelainan anatomi yang lain yaitu konka inferior yang hipertropi edema rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung adalah 24.51SD±3.76menit dan yang eutropi 18.24SD±1.58menit. Pada septum normal, waktu transportasi mukosiliar hidung pasien rinosinusitis kronis yaitu 22.61 SD±4.54menit dan dengan deviasi septum didapati waktu 24.22 SD±3.45menit. Pada rinosinusitis yang disertai dengan polip, didapati waktu transportasi mukosiliar hidung yaitu 27.97 SD±3.67menit dan pasien dengan rinosinusitis tanpa polip didapati waktu transportasi mukosiliar adalah 20.87 SD±2.50menit. Secara keseluruhan tampak adanya peningkatan Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 waktu transportasi mukosiliar hidung apabila ditemukan kelainan anatomi pada kavum nasi. Tabel 5.4 Distribusi rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung menit pada kelompok penderita rinosinusitis kronik dengan polip dan tanpa polip sebelum dan sesudah bedah sinus endoskopi fungsional Kelompok rinosinusitis N Waktu transportasi mukosiliar mean SD p Sebelum BSEF Rinosinusitis kronis tanpa polip 17 20.87 ±2.50 0.000 Rinosinusitis kronis dgn polip 7 27.97 ±3.67 0.000 Sesudah BSEF Rinosinusitis kronis tanpa polip 17 9.91 ±2.86 Rinosinusitis kronis dgn polip 7 12.29 ±12.29 Dari Tabel 5.4, pada rinosinusitis yang disertai dengan polip sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional didapati waktu transportasi mukosiliar 27.97SD±3.67menit. Sedangkan setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional didapati waktu transportasi mukosiliar yaitu 12.29SD±1.78menit. Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008 Setelah dilakukan uji t-dependent didapatkan nilai p 0,05 dengan perbedaan rata-rata adalah 15.68 menit, yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung kelompok penderita rinosinusitis kronis dengan polip sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional dengan kelompok rinosinusitis kronis dengan polip setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional. Pada tabel 5.4, pada rinosinusitis tanpa polip dijumpai waktu transportasi mukosiliar hidung sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsioanal ialah 20.87 SD±2.50menit dan setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional ialah 9.91SD±2.86menit. Setelah dilakukan uji t-dependent didapatkan nilai p 0,05 dengan perbedaan rata-rata adalah 10.96 menit, yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata waktu transportasi mukosiliar hidung kelompok penderita rinosinusitis kronis tanpa polip sebelum dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional dengan kelompok rinosinusitis kronis tanpa polip setelah dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional. Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008

BAB 6 PEMBAHASAN

Pada gambar 5.1, persentase perbandingan penderita rinosinusitis kronis pada perempuan sebanyak 12 penderita 50 dan laki-laki sebanyak 12 penderita 50 . Didapati rasio perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 1:1. Pada penelitian sebelumnya terhadap rinosinusitis kronis, didapati perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Conte1996 pada penelitiannya di New Jersey USA terhadap penderita rinosinusitis kronis yang dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional didapati 81 penderita, laki- laki 41 penderita 50,61 dan perempuan 40 penderita 50,39. Kurnia 2002 mendapatkan perempuan lebih banyak dari laki-laki, dimana perempuan 21 penderita 52,5 dan laki-laki 19 penderita 47,5. Irawan2004 mendapatkan perbandingan penderita rinosinusitis kronik perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan rasio 4 : 3. Huang et al 2005 pada penelitiannya terhadap penderita rinosinusitis kronis untuk melihat mukosa hidung setelah BSEF mendapatkan 24 penderita laki-laki dan 21 penderita perempuan. Yan2007 mendapatkan perempuan 34 penderita 41,5 dan laki-laki 48 penderita 58,5. Fitriyasa 2008 mendapatkan perempuan 15 penderita dan laki-laki 9 penderita dengan perbandingan rasio 5:3. Dari uraian diatas terlihat pada beberapa penelitian terhadap penderita rinosinusitis didapati perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki tetapi Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009 USU Repository © 2008

Dokumen yang terkait

Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Setelah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopik Fungsional Dengan Adjuvan Terapi Cuci Hidung Cairan Isotonik NaCl 0,9% Dibandingkan Cairan Hipertonik NaCl 3%

2 42 131

Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Dengan Kavum Nasi Normal

0 46 78

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Revisi Pada Rinosinusitis Kronis.

0 9 9

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional dengan Teknik Hipotensi Terkendali pada Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronis.

0 1 12

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 0 13

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 0 2

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 1 4

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta Chapter III VI

0 0 17

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

0 1 4

Pengaruh Pemberian Mitomycin-C Secara Topikal pada Meatus Media Penderita Rinosinusitis Kronis yang Menjalani Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Terhadap Terjadinya Sinekia dan Krusta

1 1 16