Grant Sultan Pada Masa Sebelum Berlakunya Undang-undang Pokok

Dengan demikian, sebenarnya peranan hukum adat, dimana hak ulayat yang merupakan hak tertinggi atas tanah, yang mengatur masalah pertanahan, sepanjang peraturan pemerintah belum mengatur atas hak-hak adat terutama hak ulayat maka peranan hukum adat tetapi sebagai penunjang hukum pertanahan.

E. Grant Sultan Pada Masa Sebelum Berlakunya Undang-undang Pokok

Agraria Sebagai akibat dari kebijaksanaan politik hukum pemerintah jajahan Belanda, maka timbul dualisme hukum pertanahan dan terdapat perbedaan antara hukum yang berlaku bagi golongan penduduk yang terdiri dari Golongan Eropa dan Timur Asing pada satu pihak, dan golongan pada pihak lain. Hukum yang berlaku bagi Golongan Eropa dan Timur Asing adalah Hukum Perdata Barat dan hampir semuanya merupakan hukum yang tertulis, sedangkan bagi golongan pribumi berlaku hukum perdata adat. Dualisme dalam hukum tanah tersebut bukan disebabkan karena pemegang hak atas tanah berbeda hukum perdatanya, tetapi disebabkan karena perbedaan hukum yang berlaku terhadap tanahnya. Ada terdapat tanah-tanah dengan hak-hak barat, seperti hak eigendom, hak erpacht dan hak opstal, yang disebutkan dengan tanah-tanah Eropa. Ada juga yang terdapat tanah-tanah dengan hak-hak Indonesia, seperti tanah-tanah dengan hak adat, yang disebut tanah hak adat. Terdapat juga tanah-tanah dengan hak-hak ciptaan Pemerintah Hindia Belanda seperti hak agrarisch eigendom, dan landerijen bezitrecht. Aprilliyani : Pelaksanaan Pendaftaran Konversi Hak Atas Tanah Adat : Studi Mengenai Konversi Hak Atas…, 2007 USU e-Repository © 2008 Tanah-tanah dengan hak ciptaan Pemerintah Hindia Belanda pada umumnya diciptakan untuk kepentingan misi politik hukum pemerintah jajahan. Ada juga tanah dengan hak-hak ciptaan Pemerintah Swapraja yaitu Grant Sultan. Tanah-tanah dengan hak adat ciptaan Pemerintah Hindia Belanda dan Swapraja tersebut,” dapat disebut tanah-tanah hak Indonesia, yang cakupan pengertiannya lebih luas dari tanah- tanah hak adat. 81 Tanah-tanah hak adat hampir semuanya belum didaftar karena tanah-tanah tersebut tunduk pada hukum Tanah Adat yang tidak tertulis. Jadi tanah-tanah hak adat juga merupakan tanah-tanah hak Indonesia, yang cakupannya lebih luas. Artinya, tanah-tanah dengan hak Indonesia tersebut meskipun merupakan tanah adat, ada pula terdapat tanah milik adat. Jadi tanah milik adat ini berbeda dengan tanah adat, disebabkan tanah milik adat dapat dikategorikan sebagai hak milik dan kemudian didaftarkan. Contohnya, tanah di daerah Swapraja yang berstatus Grant, yang terdapat di Sumatera Timur, maupun yang terdapat di Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. 82 Tanah-tanah yang disebut hak milik adat tersebut, juga didaftar. Akan tetapi tanah-tanah hak milik adat di Jawa, Madura, Bali dan Lombok didaftarkan, melainkan untuk keperluan pemungutan pajak tanah, yaitu Landrente atau Pajak Bumi dan juga terdapat Verponding Indonesia. Khusus mengenai Grant Sultan, yaitu tanah-tanah di daerah Swapraja di Sumatera Timur, berbeda dari tanah hak milik adat yang terdapat di Kesultanan Yogyakarta maupun Surakarta, meskipun daerah Yogyakarta dan Surakarta juga disebut daerah Swapraja dan yang berlaku adalah hukum tanah Swapraja. Ada terdapat beberapa jenis hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas hak Swapraja yaitu sebagai berikut : 81 Boedi Harsono, Op.Cit, Hal 53. 82 Ibid, Hal. 54. Aprilliyani : Pelaksanaan Pendaftaran Konversi Hak Atas Tanah Adat : Studi Mengenai Konversi Hak Atas…, 2007 USU e-Repository © 2008 1. Hak Hanggaduh; 2. Hak Grant; 3. Hak Konsesi dan sewa untuk perumahan kebun besar. 83 Yang dimaksud dengan hak Hanggaduh adalah hak untuk memakai tanah kepunyaan raja. Jadi didaerah Yogyakarta, semua tanah dianggap adalah kepunyaan raja, sedangkan rakyat hanya dapat menggaduh saja, yaitu memakai tanah raja. Berbeda dengan hak grant di Sumatera Timur, dimana hak grant adalah hak atas tanah, yaitu berdasarkan pemberian raja-raja atau Sultan kepada kaulanya, maupun kepada bangsa asing. Grant yang diberikan Sultan kepada bangsa asing yaitu Grant Controleur Grant C dan Grant Deli Maatschappij Grant D, sedangkan Grant yang diberikan Sultan kepada kaulanya disebut dengan Grant Sultan, yang merupakan perwujudan tentang penentuan hak-hak pribumi atas tanah. 84 F. Grant Sultan Pada Masa Berlakunya Undang-undang Pokok Agraria Grant Sultan, pada masa setelah berlakunya Undang-undang Pokok Agraria dapat dilihat dalam ketentuan konversi, telah ditegaskan dengan nyata bahwa semua hak- hak Indonesia adat harus dikonversi tanpa perkecualiaan. Akan tetapi, di dalam kenyataannya, sejak diterbitkannya Undang-undang Pokok Agraria, telah terdapat ketidakpastian hukum dari lembaga kesultanan, sehingga hak atas tanah menjadi sangat peka, yang kemudian cenderung dijadikan ajang spekulasi dari orang-orang yang meduduki tanah. Untuk itu dicarikan jalan keluar yang ditempuh untuk mengantisipasi masalah spekulasi tersebut yaitu dengan diterbitkannya peraturan Menteri Dalam Negeri SK 26DDA1970, yang menetapkan bahwa masa pengajuan permohonan konversi tersebut belum berakhir, yang berarti bahwa batas waktu 83 Ibid, Hal. 130. 84 Ibid, Hal. 131. Aprilliyani : Pelaksanaan Pendaftaran Konversi Hak Atas Tanah Adat : Studi Mengenai Konversi Hak Atas…, 2007 USU e-Repository © 2008 permohonan konversi menjadi tidak ada, sepanjang belum diterbitkannya ketentuan yang baru. Disamping itu menurut isi Pasal 56 Undang-undang Pokok Agraria, menerangkan bahwa: “Selama undang-undang mengenai hak milik sebagai tersebut dalam Pasal 51 ayat 1 belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan- ketentuan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan lainnya mengenai hak-hak atas tanah”. Dengan demikian, jelaslah bahwa hukum adat yang berlaku, meskipun selanjutnya harus disesuaikan dengan ketentuan konversi hak-hak atas tanah, jika statusnya ingin ditingkatkan menjadi hak milik. Jadi, Grant Sultan sebagai tanah hak milik adat harus dilakukan konversinya.

G. Ciri-ciri Grant Sultan Yang Dapat Dikonversi di Kota Medan.