Penentuan Kadar Amoniak Dalam Udara Dengan Metode Nessler Menggunakan Spektrofotometer UV- Visibel

(1)

PENENTUAN KADAR AMONIAK DALAM UDARA DENGAN

METODER NESSLER MENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETER UV- VISIBEL

KARYA ILMIAH

RIKA DIRMAJELI 082401029

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENENTUAN KADAR AMONIAK DALAM UDARA DENGAN

METODE NESSLER MENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETER UV- VISIBEL

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RIKA DIRMAJELI 082401029

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR AMONIAK DALAM UDARA

DENGAN METODE NESSLER MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV - VISIBEL

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : RIKA DIRMAJELI Nomor Induk : 082401029

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2011

Diketahui/ Disetujui oleh

Ketua Program Studi D3 Kimia Analis Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Yugia Muis, MS NIP. 195512181987012001 NIP. 195310271980032003

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AMONIAK DALAM UDARA

DENGAN METODE NESSLER MENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETER UV- VISIBEL

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

RIKA DIRMAJELI 082401029


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi ALLAH SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat serta karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul “Penentuan Kadar Amoniak dalam Udara Dengan Metode Nessler Menggunakan Spektrofotometer UV – Visibel ”, guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Karya Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari pihak keluarga, pihak-pihak tertentu dan rekan-rekan sekalian. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta, yaitu Ayahanda Sudirman Tanjung dan Ibunda Epi Darlita yang telah mendidik penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, juga buat Adik-adik penulis: Resi Oktadirma, April Anto, Abdul Aziz dan Randy Pradipta serta kakanda Dagi Surya.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.S selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma 3 Kimia

Analis.

3. Ibu Dr. Marpongahtun, MSc selaku Pembantu Dekan I.

4. Ibu Dr. Yugia Muis, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Bapak Dr. Darwin Yunus Nasution, M.S, selaku dosen penasehat akademik

yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam kelancaran kegiatan akademik.

6. Bapak Noviandi,S.Si dan Abang Panji Wibowo Hasyim, S.Si selaku pembimbing PKL di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan PKL.

7. Ahmad Zaki Ashari, Fitri Melisa, Suhenri Nasution dan Yulia Handayani yang menjadi teman seperjuangan mulai dari mengikuti PKL di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) hingga penyusunan Karya Ilmiah ini.


(6)

Demikianlah Karya Ilmiah ini penulis perbuat dan penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunannya dikarenakan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

Medan, Juli 2011 Penulis


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Kadar Amoniak dalam Udara dengan metode Nessler Menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel dengan panjang gelombang 425 nm. Amoniak berbahaya apabila melewati batas standar yang telah ditetapkan sehingga dapat mencemari udara dan lingkungan sekitarnya. Untuk menentukan kadar gas amoniak dalam udara di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) digunakan alat Spektrofotometer UV-Visibel. Dari analisa ini diperoleh kadar amoniak pada sampel i adalah 0,0076 mg/l, sampel ii adalah 0,0048 mg/l, sampel iii adalah 0,0048 mg/l, sampel iv adalah 0,0139 mg/l dan sampel v adalah 0,0163 mg/l. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa kadar gas amoniak dalam udara masih di bawah standar yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan yaitu 25 mg/L atau 17 mg/m3.


(8)

DECISION OF AMMONIAK IN AIR WITH NESSLER METHOD USE SPECTROPHOTOMETER UV-VISIBLE

ABSTRACT

After doing to decision of ammoniak in air with nessler method use spectrophotometer UV-Visible with long wave 425 nm. Ammoniak will be dangerous if the rates have exceeded the standart boundary so that can contaminate the air and environment. To determine ammoniak of air ambient in Institution Technics of Health Environment & Fight of Disease Infection (BTKL & PPM) with use spectrophotometer UV-Visible appliance. The experiment was resulted ammoniak rates from sample i is 0,0076 mg/l, sample ii is 0,0048 mg/l, sample iii is 0,0048 mg/l, sample iv is 0,0139 mg/l and sample v is 0,0163 mg/l. The result of analysis shows that ammoniak in air rates is below the standart which have been specified by Minister of Health that is 25 mg/L or 17 mg/m3.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... …. iii

PERNYATAAN ... iv

PENGHARGAAN ... v

ABSTRAK ... …………. vii

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Udara ... 5

2.1.1 Sifat-Sifat Polusi Udara ... 5

2.1.2 Kegunaan Udara ... 6

2.1.3 Komposisi Udara ... 6

2.1.4 Pencemaran Udara ... 7

2.2 Ammoniak ... 9

2.2.1 Kegunaan Amoniak ... 10

2.2.2 Dampak Pencemaran Amoniak ... 10

2.3 Metode Penentuan Amoniak ... 11

2.4 Spektrofotometer ... 13

BAB 3 BAHAN DAN METODE... 15


(10)

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 17

3.3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 17

3.3.3 Pengambilan Contoh Uji ... 18

3.3.4 Cara Analisa ... 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Data Percobaan ... 19

4.2 Perhitungan ... 19

4.2.1 Perhitungan Persamaan Garis Regresi ... 19

4.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi ... 21

4.2.3 Perhitungan Kurva Kalibrasi ... 22

4.2.4 Perhitungan Konsentrasi NH3 pada Kurva ... 23

4.2.5 Perhitungan Konsentrasi NH3 pada Udara ... 24

4.3 Pembahasan ... 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Udara Atmosfer ... .7 Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Sampel ... 19 Tabel 4.2 Metode Biasa ... 20 Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan

Konsentrasi NH3 Berdasarkan Pengukuran Absorbansi

Larutan Standar NH3 ... 20


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Kadar Amoniak dalam Udara dengan metode Nessler Menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel dengan panjang gelombang 425 nm. Amoniak berbahaya apabila melewati batas standar yang telah ditetapkan sehingga dapat mencemari udara dan lingkungan sekitarnya. Untuk menentukan kadar gas amoniak dalam udara di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) digunakan alat Spektrofotometer UV-Visibel. Dari analisa ini diperoleh kadar amoniak pada sampel i adalah 0,0076 mg/l, sampel ii adalah 0,0048 mg/l, sampel iii adalah 0,0048 mg/l, sampel iv adalah 0,0139 mg/l dan sampel v adalah 0,0163 mg/l. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa kadar gas amoniak dalam udara masih di bawah standar yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan yaitu 25 mg/L atau 17 mg/m3.


(13)

DECISION OF AMMONIAK IN AIR WITH NESSLER METHOD USE SPECTROPHOTOMETER UV-VISIBLE

ABSTRACT

After doing to decision of ammoniak in air with nessler method use spectrophotometer UV-Visible with long wave 425 nm. Ammoniak will be dangerous if the rates have exceeded the standart boundary so that can contaminate the air and environment. To determine ammoniak of air ambient in Institution Technics of Health Environment & Fight of Disease Infection (BTKL & PPM) with use spectrophotometer UV-Visible appliance. The experiment was resulted ammoniak rates from sample i is 0,0076 mg/l, sample ii is 0,0048 mg/l, sample iii is 0,0048 mg/l, sample iv is 0,0139 mg/l and sample v is 0,0163 mg/l. The result of analysis shows that ammoniak in air rates is below the standart which have been specified by Minister of Health that is 25 mg/L or 17 mg/m3.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas, dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia.

Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, dan karbon dioksida 0,03%, selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon, dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri , spora dan sisa tumbuh-tumbuhan (Chandra, 2006).

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi.

Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan (Mulia,


(15)

Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam, batuan dan material lain dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan troposfer, tetapi ada 8 jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sebagai berikut:

a. Oksida karbon, contohnya karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

b. Oksida belerang, contohnya sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).

c. Oksida nitrogen, contohnya nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan

dinitrogen oksida (N2O).

d. Komponen organik volatil, contohnya metan (CH4), benzen (C6H6),

klorofluorokarbon (CFC) dan kelompok bromin.

e. Suspensi partikel, contohnya debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat (H2SO4), minyak, bifenil poliklorin

(PCB), dioksin, dan pestisida.

f. Oksida fotokimiawi, contohnya ozon, peroksiasil nitrat, hydrogen peroksida, formaldehid yang terbentuk di atmosfer oleh reaksi oksigen, nitrogen oksida, dan uap hidrokarbon di bawah pengaruh sinar matahari.

g. Panas, contohnya energi panas yang dikeluarkan pada waktu terjadi proses perubahan bentuk, terutama terjadi saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, perumahan, dan pembangkit tenaga listrik.

h. Suara, contohnya dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, konstruksi, mesin pemotong rumput, sirine, dan sebagainya (Darmono, 2001).


(16)

Gas amoniak merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompas, dalam industry peternakan, dalam pengolahan sampah kota (Dwipayani,2001).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menentukan kadar amoniak dalam udara dengan metode nessler menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 pada tanggal 19 November 2002, dimana kadar amoniak pada Baku Mutu Udara Ambien adalah 25 mg/L atau 17 mg/m3.

Sehingga yang menjadi permasalahan adalah berapa kadar amoniak dalam udara dan apakah telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada penentuan kadar amoniak dalam udara dengan metode nessler menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.

1.4Tujuan

Untuk menganalisa kadar Amoniak yang terkandung di udara dan apakah kadar Amoniak tersebut sudah memenuhi standar baku mutu udara yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.


(17)

1.5Manfaat

Sebagai informasi mengenai kandungan amoniak yang terdapat dalam udara yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan agar tidak mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udara

Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi.

Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas metana, amoniak, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung daerah/lokasi. Umumnya konsentrasi metana, amoniak, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industri kimia (Gabriel, 2001).

2.1.1 Sifat- Sifat Polusi Udara

1. Yang bersifat kualitatif

Yaitu terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah telah terdapat dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyaknya sehingga mengadakan pencemaran lingkungan. Hal ini bisa terjadi akibat bencana alam, perbuatan manusia dan lain-lain. Contoh pollutan misalnya unsur karbon, nitrogen, fosfor dan lain-lain.


(19)

Terdiri dari unsur – unsur yang terjadi akibat berlangsungnya persenyawaan yang dibuat secara sintetis seperti: pestisida, detergen dan lain-lain.

Umumnya polusi lingkungan ditujukan kepada faktor-faktor fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu, penerangan, dan faktor-faktor kimia melalui debu, uap, gas, larutan, awan, kabut (Supardi, 2003).

2.1.2 Kegunaan Udara

Udara sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

1. Bahan kebutuhan pokok dalam pernafasan. 2. Sebagai sarana bagi pesawat terbang. 3. Sebagai alat pendingin trafo tekanan tinggi. 4. Sebagai sarana olah raga terbang layar.

5. Membantu transfer panas melalui metode konveksi.

2.1.3 Komposisi Udara

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekililing bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, dan karbondioksida 0,03%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, krypton, xenon, dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan (Candra,2006).


(20)

Selain gas- gas tersebut diatas, didalam udara atau atmosfer terdapat uap air sebanyak sekitar 0,001% sampai 4% volume udara (Gabriel,2001).

2.1.4 Pencemaran Udara

Menurut Henry C. perkins, 1974, dalam bukunya Air Polution, pencemaran udara dinyatakan sebagai berikut:

Pencemaran udara berarti hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfir di luar, seperti antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap

Unsur Simbol Konsentrasi

(% volume) Nitrogen Oksigen Argon Karbon dioksida Helium Neon Xenon Krypton Metana Amonia Hidrogen sulfida Nitrous oksida N2 O2 A CO2 He Ne Xe Kr CH4

H2S

CO N2O

78 21 0,94 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 Sangat sedikit Sangat sedikit Sangat sedikit Sangat sedikit


(21)

terhadap kehidupan manusia, tumbuhan atau hewan maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian kehidupan organisme maupun benda (Kristanto,2002).

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Polutan Primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa:

a. Polutan Gas terdiri dari:

- Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO).

- Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.

- Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.

- Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida.

b. Partikel, bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi (misalnya proses menyemprot/spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) sering kali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist).

2. Polutan Sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia (Mukono,2005).

Zat – zat pencemar udara terdapat dalam bentuk gas atau partikel ( biasanya sebagai bahan – bahan partikulat). Kedua bentuk zat pencemar itu berada di atmosfer secara


(22)

Gas : Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan

Embun : Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara Uap : Keadaan gas dari zat padat volatile atau cairan

Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi Kabut : Awan yang terdapat di ketinggian yang rendah

Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari pemecahan udara

Haze : Partikel-partikel debu atau garam yang tersuspensi dalam tetes air

Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran tidak sempurna (Rukaesih,2004).

2.2 Amoniak

Amoniak adalah gas yang tidak berwarna dengan titik didih -33,50C. Cairannya mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 kJ/g pada titik didihnya dan dapat ditangani dengan peralatan laboratorium yang biasa (Cotton dan Wilkinson,1989).

Gas amoniak merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompos, dalam industri peternakan, dan pengolahan sampah kota. Amoniak juga dapat berasal dari sumber antrophonik (akibat aktivitas manusia) seperti industri pupuk urea, industri asam nitrat dan dari kilang minyak (Dwipayani,2001).


(23)

amoniak. Konsentrasi yang tinggi dari amoniak dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya pelepasan dari gas tersebut.

Amoniak dihilangkan dari atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan aksinya sebagai basa. Ini merupakan sebuah kunci dalam pembentukkan dan netralisasi dari nitrat dan aerosol sulfat dalam atmosfer yang tercemar (Rukaesih,2004).

2.2.1 Kegunaan Amoniak

Larutan amoniak dapat digunakan untuk pembersih, pemutih dan mengurangkan bau busuk. Larutan pembersih yang dijual kepada konsumen menggunakan larutan ammonia hidroksida cair sebagai agen pembersih utama.

Amoniak sangat sesuai digunakan sebagai bahan penyejuk udara, kerana amoniak mudah menukar bentuk menjadi cair dalam digunakan dalam hampir semua penyejuk udara sebelum penciptaan penyejuk udara yang menggunakan menyebabkan pengikisan lapisan ozon. Sekarang, penggunaan amoniak sebagai bahan penyejuk udara meningkat semula

2.2.2 Dampak Pencemaran Amoniak

1. Dampak terhadap kesehatan manusia

Udara yang tercemar gas amoniak dan sulfida dapat menyebabkan iritasi mata serta saluran pernafasan. Pada kadar 2500-6500 ppm, gas amoniak dapat menyebabkan


(24)

iritasi hebat pada mata (keraktitis), sesak nafas (dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab paru, batuk darah, Bronchitis dan Pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.

2. Dampak terhadap lingkungan sekitar

Sisa – sisa makanan dan sampah organik dibuang ke tempat sampah, kemudian di bawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah-sampah tersebut kemudian membusuk dan menghasilkan gas amoniak. Gas amoniak tersebut merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming lainnya. Gas amoniak dapat juga mengganggu estetika lingkungan karena bau pembusukan sampah yang sangat menyengat. Dampak negatif yang ditimbulkan usaha peternakan ayam terutama berasal dari kotoran ayam yang dapat menimbulkan gas yang berbau. Bau yang dikeluarkan berasal dari unsur nitrogen dan sulfida dalam kotoran ayam, yang selama proses dekomposisi akan terbentuk gas amoniak, nitrit, dan gas hidrogen sulfida. Udara yang tercemar gas amoniak dan sulfida dapat menyebabkan gangguan kesehatan ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. Amoniak dapat menghambat pertumbuhan ternak (Fauziah,2009).

2.3 Metode Penentuan Amoniak

Penentuan amoniak dapat ditentukan langsung dengan analisa Nessler atau melalui proses titrasi. Namun analisa Nessler ini tidak terlepas dari gangguan warna dan kekeruhan yang hanya dapat dihilangkan dengan pengolahan pendahuluan yaitu destilasi. Pemilihan metode berdasarkan perkiraan kadar amoniak dalam sampel. Bila perkiraan kadar amoniak dalam sampel antara 1 sampai 25 mg NH -N/l maka


(25)

5,0 mg NH3-N/l dapat ditentukan dengan menggunakan metode Nessler, kadar NH3-N

> 5 mg/l dapat juga ditentukan dengan metode Nessler dengan pengenceran.

Nesslerisasi adalah reaksi antara Kalium merkuri iodida dengan amoniak membentuk kompleks koloid yang berwarna coklat-merah :

2(HgI2.2KI) + 2 NH3 → NH2Hg2I3 + 4 KI + NH4I (Alaerts,1987)

Gangguan dalam analisa amoniak dengan metode Nessler adalah kekeruhan dan warna. Pada analisa Nessler tanpa destilasi yaitu untuk sampel jernih harus ditambahkan larutan basa dan ZnSO4 untuk mencegah gangguan ion Ca, Mg, Fe dan

Sn yang dapat menimbulkan kekeruhan. Dengan penambahan larutan basa dan ZnSO4, ion-ion tersebut dapat mengendap. Larutan sampel bebas gangguan, setelah

pengendapan 15 sampai 20 menit. Kemudian penambahan EDTA membantu agar sisa-sisa ion Ca, Mg, dan Fe dalam larutan akan ikut mengendap.

Dengan destilasi sampel, gangguan warna dan kekeruhan akan hilang, sedang kation yang akan menimbulkan kekeruhan diendapkan dengan pH tinggi. Gangguan amoniak adalah NH3 yang dikandung udara. NH3 ini akan diserap oleh air dengan

mudah, sehingga air suling bebas amoniak harus digunakan (Alaerts,1987).


(26)

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitansi atau absorbansi suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Dalam praktek, alat-alat sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan alat-alat rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi adalah mungkin untuk mencatat satu spektrum dengan satu alat sinar tunggal (Underwood,1990).

Komponen-komponen yang terdapat dalam instrumen spektrofotometer adalah :

1. Sumber

Sumber yang biasa digunakan adalah lampu wolfram. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan mendapat energi yang bervariasi.

2. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar mnokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya dirotasikan untuk mendapatkan


(27)

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan, dank karenanya kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi radiasi dan daerah spektral yang diminati, jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silika tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet.

4. Detektor

Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofotometer, kita menginginkan kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral yang diminati, respons yang linier terhadap daya radiasi, waktu respons yang cepat, dapat digandakan, dan kestabilan tinggi atau tingkat noise yang rendah, meskipun dalam praktiknya perlu untuk mengkompromikan faktor-faktor ini. Detektor fotolistrik yang paling sederhana adalah tabung foto. Ini berupa tabung hampa udara dengan jendela yang tembus cahaya yang berisi sepasang elektroda, melintas dimana potensial dijaga. Tabung pengganda foto (photomultipler) lebih peka daripada tabung foto biasa karena penggandaan yang tinggi dicapai dengan tabung itu sendiri.

5. Penguat dan pembacaan

Keluaran pengganda foto itu masih digandakan lebih lanjut dengan suatu penguat (amplifier) elektronik ke luar (Underwood,1990).


(28)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

Pada analisis yang saya lakukan terhadap kadar amoniak yang terdapat pada udara dengan metode nessler menggunakan spektrofotometer UV-Visibel di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan, digunakan beberapa alat dan bahan serta metode sebagai berikut:

3.1 Alat

Alat yang digunakan :

- Midget impinge Graseby Anderson

- flow meter Graseby Anderson

- vacuum pump Graseby Anderson

- generator sel Graseby Anderson

- Spektrofotometer HACH DR 2800

- Mark pipette Pyrex

- Labu Ukur Pyrex

- Beaker Glass Pyrex

- Botol Winkler Pyrex

- Cool Box Pyrex

- Kuvet HACH


(29)

- Neraca analitik

- Spatula

- Botol sampel

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan :

- H2SO4 1N - Aquabides

- H2SO4 (p) - KI(l)

- HgI2

- NaOH

- NH4Cl

- Sampel i

- Sampel ii

- Sampel iii

- Sampel iv


(30)

3.3.1 Pembuatan Pereaksi

1. Larutan penyerap Ammonia (H2SO4 0,01N)

Diambil 5 ml H2SO4 1N, kemudian diencerkan dengan aquabides sampai volume

500ml ( H2SO4 0,01N ). Kemudian dari stock H2SO4 1N dimasukkan 14 ml HSO4(p)

dalam 200 ml akuabides, lalu diencerkan dengan akuabides sampai 500 ml.

2.Larutan Nessler

Dilarutkan Kalium iodida (KI) 17,5 gr ke dalam akuabides beberapa ml, lalu dimasukkan 25 gr HgI2 sedikit demi sedikit hingga larut. Kemudian ditambahkan

NaOH 40 gr yang sudah dilarutkan terlebih dahulu dalam akuabides. Diencerkan hingga volume 250 ml. Endapan yang dihasilkan dibuang dan supernatant dimasukkan dalam botol coklat.

3.Larutan standar Ammonia

Ditimbang 0,3147 gr Ammonium Klorida (NH4Cl), kemudian dilarutkan

dalam 100 ml aquabides. Dipipet 1 ml larutan bagian atas, dan diencerkan dengan aquabides hingga volume 100 ml.

3.3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet 0, 1, 2, 3, 4, 5 ml larutan standar NH3 kedalam masing- masing 6 labu

ukur 25 ml. Kemudian ditambahkan masing- masing 10 ml larutan penyerap dan 1 ml larutan reagen nessler. Ditambahkan larutan penyerap sampai tanda batas, kemudian dikocok. Ditunggu selama 10 menit, kemudian dibaca absorbansi dengan


(31)

seri larutan tersebut. Buat kurva yang menyatakan hubungan absorbansi dengan konsentasi NH3.

3.3.3 Pengambilan Contoh Uji

Diambil 30 ml larutan penyerap NH3 kemudian dimasukkan kedalam midget

impinge. Dirangkai midget impinge dengan pompa vacuum. Diatur kecepatan alir udara pada 2 L/ menit. Dihisap udara selama 30 menit. Setelah selesai, disimpan contoh uji dalam cool box.

3.3.4 Cara Analisa

Diambil 5 ml sampel i, ii, iii, iv dan v pada suhu kamar, kemudian dimasukkan masing-masing kedalam labu takar 25 ml. Diambil 5 ml larutan penyerap (blanko), dimasukkan kedalam labu takar 25 ml yang berbeda. Ditambahkan masing- masing 1 ml larutan Nessler. Kemudian ditambahkan larutan penyerap kemasing-masing labu takar sampai tanda batas, dikocok dan didiamkan selama 10 menit. Dipilih panjang gelombang 425 nm, dan disiapkan 2 kuvet, kemudian dimasukkan dalam spektrofotometer UV-Visibel, klik auto zero, isi salah satu kuvet dengan contoh uji dan kemudian dicatat absorbansi yang tertera di layar spektrofotometer UV-Visibel.


(32)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Dari hasil analisis pengukuran sampel dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel dan pengukuran di udara di dapatkan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Sampel

No Sampel Absorbansi Konsentrasi di Kurva (mg/L)

Konsentrasi di Udara Ambien (mg/L)

1 i 0,1124 0,3199 0,0076

2 ii 0,0693 0,2 0,0048

3 iii 0,0693 0,2 0,0048

4 iv 0,2059 0,5799 0,0139

5 v 0,2419 0,6801 0,0163

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Persamaan Garis Regresi


(33)

Tabel 4.2 Metode Biasa

Konsentrasi (x) Absorbansi (y)

0 0,000

1 0,351

2 0,678

3 1,160

4 1,393

Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan Konsentrasi NH3

Berdasarkan Pengukuran Absorbansi NH3

No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) xy x2 y2

1 0 0,000 0,004 0 0,0000

2 1 0,351 0,351 1 0,1232

3 2 0,678 1,356 4 0,4597

4 3 1,160 3,48 9 1,3456

5 4 1,393 5,572 16 1,9404

∑ 10 3,582 10,759 30 3,8989

=

= = 2


(34)

Penentuan Harga Slope (a) dan Harga Intersept (b) Dengan Menggunakan Metode Least Square.

a =

=

=

=

=

0,3595

b = - a

= 0,7164 – 0,3595 (2)

= - 0,0026

Sehingga didapatkan persamaan garis regresinya adalah :

y = a x + b

y = 0,3595x + (- 0,0026)

4.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi


(35)

=

=

=

= 0,9847

KP = (r2) x 100% = (0,9847)2 x 100% = 96,96%

4.2.3 Perhitungan Kurva Kalibrasi

Dengan mensubstitusikan harga-harga x, maka diproleh harga y baru, yaitu :

y = ax + b

y1 = 0,3595 (0) + (-0,0026) = - 0,0026

y2 = 0,3595 (1) + (-0,0026) = 0,3596

y3 = 0,3595 (2) + (-0,0026) = 0,7164

y4 = 0,3595 (3) + (-0,0026) = 1,0759


(36)

Tabel 4.4 Harga y baru larutan standart NH3

X y

0 -0,0026

1 0,3569

2 0,7164

3 1,0759

4 1,4354

Dimana : x = Konsentrasi larutan standar dan y = absorbansi larutan standar dengan menggunakan harga y ini digambarkan kurva kalibrasi absorbansi (y) versus konsentrasi (x) yang terdapat dalam table 4.4.

4.2.4 Perhitungan Konsentrasi NH3 Pada Kurva

Konsentrasi sampel dapat dihitung dengan mensubstitusikan harga y

(absorbansi) larutan kedalam persamaan garis regresi y = ax + b, maka untuk sampel dapat dihitung, x =

Persamaan garis regresi: y = 0,3595x + (-0,0026)


(37)

Sampel iii = = 0,2 mg / L

Sampel iv= = 0,5799 mg / L

Sampel v = – = 0,6801 mg / L

4.2.5Perhitungan Konsentrasi NH3 Pada Udara Ambien

Konsentrasi NH3 (mg/L) =

Dimana 1,44 = faktor konversi untuk gas NH3

Q = Kecepatan alir udara (2 L/menit)

t = Waktu pengambilan sampel (30 menit)

sampel i = = 0,0076 mg/L

sampel ii = = 0,0048 mg/L

sampel iii = = 0,0048 mg/L

sampel iv = = 0,0139 mg/L


(38)

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa, pada sampel i diperoleh kadar amoniak adalah 0,0076 mg/L, sampel ii diperoleh kadar amoniak adalah 0,0048 mg/L, sampel iii diperoleh kadar amoniak adalah 0,0048 mg/L, sampel iv diperoleh kadar amoniak adalah 0,0139 mg/L, dan sampel v diperoleh kadar amoniak adalah 0,0163 mg/L. Semakin tinggi kandungan amoniak dalam udara, ini akan menyebabkan keracunan pada makhluk hidup. Oleh sebab itu dilihat pada spesifikasi Buku Mutu Udara yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana kadar amoniak pada Baku Mutu Udara adalah 25 mg/L atau 17 mg/m3.

Amoniak adalah gas yang tidak berwarna dengan titik didih -33,50C. Gas amoniak merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompos, dalam industri peternakan, dan pengolahan sampah kota. Amoniak juga dapat berasal dari sumber antrophonik (akibat aktivitas manusia) seperti industri pupuk urea, industri asam nitrat dan dari kilang minyak.

Udara yang tercemar gas ammonia dan sulfida dapat menyebabkan iritasi mata serta saluran pernafasan. Pada kadar 2500-6500 ppm, gas amoniak dapat menyebabkan iritasi hebat pada mata (keraktitis), sesak nafas (dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab paru, batuk darah, Bronchitis dan Pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Gas amoniak tersebut merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Dari analisa yang dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel, diperoleh kadar amoniak dari beberapa sampel yaitu sampel i yaitu 0,0076 mg/L, sampel ii yaitu 0,0048 mg/L, sampel iii yaitu 0,0048 mg/L, sampel iv yaitu 0,0139 mg/L, dan sampel v yaitu 0,0163 mg/L. Hal ini membuktikan bahwa kandungan amoniak masih di bawah standar yang telah ditetapkan oleh keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah 25 mg/L atau 17 mg/m3.

5.2 Saran

Sebaiknya sampel pada saat diambil harus dianalisa secara langsung, jangan terlalu menunggu lama. Karena suhu dan waktu dapat mempengaruhi kadar amoniak yang diperoleh.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G.A, 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran.EGC.

Cotton,F.A & Wikinson. 1989. Kimia Organik Dasar. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesi (UI-Press)

Dwipayani ,N.M.U.2001. Studi Penyisihan Gas Amonia (NH3) Menggunakan Teknik

Biofiltrasi di Bawah Kondisi Anaerob. Bandung : Fakultas Teknik Lingkungan.

Fauziah ,2009. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam. Diakses Tanggal 20 November 2009

Gabriel ,J.F.2001. Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta : Hipokrates. http://chemistry.com

Khopkar ,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Kristanto,P.2002. Ekologi Industri.Andi : Yogyakarta.

Mukono,H.J.2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga Universitas Press.

Mulia,R.M.2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rukaesih,A.2004. Kimia Lingkungan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Penerbit Andi. Supardi,H.I.2003. Lingkungan Hidup dan Kelestarian. Cetakan Kedua. Bandung : PT.

Alumni.

Underwood,A.L.1990. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Airlangga.


(41)

(42)

Lampiran 1

Kurva Kalibrasi Larutan Standar NH3

Tabel 4.3 Harga y baru larutan standar NH3

KP = (r2) x 100% = (0,9847)2 x 100% = 96,96%

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

0 1 2 3 4

A bs o rba ns i Konsentrasi (mg/L)

Kurva Kalibrasi Larutan Standar NH

3

Konsentrasi Absorbansi

0 0

1 0,351

2 0,678

3 1,160


(43)

LAMPIRAN 2

Baku Mutu Udara Ambien

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1405/MENKES/SK/XI/2002 TANGGAL : 19 NOVEMBER 2002

No Parameter Konsentrasi

(mg/m3) ppm

1 H2S 1 -

2 NH3 17 25

3 NO2 5,6 3


(1)

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa, pada sampel i diperoleh kadar amoniak adalah 0,0076 mg/L, sampel ii diperoleh kadar amoniak adalah 0,0048 mg/L, sampel iii diperoleh kadar amoniak adalah 0,0048 mg/L, sampel iv diperoleh kadar amoniak adalah 0,0139 mg/L, dan sampel v diperoleh kadar amoniak adalah 0,0163 mg/L. Semakin tinggi kandungan amoniak dalam udara, ini akan menyebabkan keracunan pada makhluk hidup. Oleh sebab itu dilihat pada spesifikasi Buku Mutu Udara yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana kadar amoniak pada Baku Mutu Udara adalah 25 mg/L atau 17 mg/m3.

Amoniak adalah gas yang tidak berwarna dengan titik didih -33,50C. Gas amoniak merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompos, dalam industri peternakan, dan pengolahan sampah kota. Amoniak juga dapat berasal dari sumber antrophonik (akibat aktivitas manusia) seperti industri pupuk urea, industri asam nitrat dan dari kilang minyak.

Udara yang tercemar gas ammonia dan sulfida dapat menyebabkan iritasi mata serta saluran pernafasan. Pada kadar 2500-6500 ppm, gas amoniak dapat menyebabkan iritasi hebat pada mata (keraktitis), sesak nafas (dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab paru, batuk darah, Bronchitis dan Pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Gas amoniak tersebut merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming lainnya. Gas amoniak dapat juga mengganggu estetika lingkungan karena bau pembusukan sampah yang sangat menyengat.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Dari analisa yang dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel, diperoleh kadar amoniak dari beberapa sampel yaitu sampel i yaitu 0,0076 mg/L, sampel ii yaitu 0,0048 mg/L, sampel iii yaitu 0,0048 mg/L, sampel iv yaitu 0,0139 mg/L, dan sampel v yaitu 0,0163 mg/L. Hal ini membuktikan bahwa kandungan amoniak masih di bawah standar yang telah ditetapkan oleh keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah 25 mg/L atau 17 mg/m3.

5.2 Saran

Sebaiknya sampel pada saat diambil harus dianalisa secara langsung, jangan terlalu menunggu lama. Karena suhu dan waktu dapat mempengaruhi kadar amoniak yang diperoleh.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G.A, 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran.EGC.

Cotton,F.A & Wikinson. 1989. Kimia Organik Dasar. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesi (UI-Press)

Dwipayani ,N.M.U.2001. Studi Penyisihan Gas Amonia (NH3) Menggunakan Teknik

Biofiltrasi di Bawah Kondisi Anaerob. Bandung : Fakultas Teknik Lingkungan.

Fauziah ,2009. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam. Diakses Tanggal 20 November 2009

Gabriel ,J.F.2001. Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta : Hipokrates. http://chemistry.com

Khopkar ,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Kristanto,P.2002. Ekologi Industri.Andi : Yogyakarta.

Mukono,H.J.2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga Universitas Press.

Mulia,R.M.2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rukaesih,A.2004. Kimia Lingkungan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Penerbit Andi. Supardi,H.I.2003. Lingkungan Hidup dan Kelestarian. Cetakan Kedua. Bandung : PT.

Alumni.

Underwood,A.L.1990. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Airlangga.

www.chem-is-try.org


(4)

(5)

Lampiran 1

Kurva Kalibrasi Larutan Standar NH3

Tabel 4.3 Harga y baru larutan standar NH3

KP = (r2) x 100% = (0,9847)2 x 100% = 96,96%

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

0 1 2 3 4

A bs o rba ns i Konsentrasi (mg/L)

Kurva Kalibrasi Larutan Standar NH

3

Konsentrasi Absorbansi

0 0

1 0,351

2 0,678

3 1,160

4 1,393


(6)

LAMPIRAN 2

Baku Mutu Udara Ambien

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1405/MENKES/SK/XI/2002 TANGGAL : 19 NOVEMBER 2002

No Parameter Konsentrasi

(mg/m3) ppm

1 H2S 1 -

2 NH3 17 25

3 NO2 5,6 3