Pengetahuan Keluarga Dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Yang Terjadi Pada Balita Di Rumah Di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan.

(1)

PENGETAHUAN KELUARGA DALAM PENATALAKSAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN YANG

TERJADI PADA BALITA DI RUMAH DI LINGKUNGAN VI

KELURAHAN PASAR MERAH TIMUR MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Gina Suriati 091121055

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang Terjadi Pada Balita di Rumah di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Tmur Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk Ibu Lufthiani, S.Kep.Ns, selaku dosen pembimbing I proposal dan skripsi, Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp.MPd selaku dosen pembimbing II proposal dan skripsi dan kepada Ibu Reni Asmara Ariga, SKp.MARS, selaku dosen Penguji. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Ismayadi SKep,Ns selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Ahmad Fikri Lbs selaku Kepala Kelurahan Pasar Merah Timur Medan yang telah memberikan izin penelitian dan Ibu Suryana selaku ketua pengajian Lingkungan VI Pasar Merah Timur Medan serta keluarga yang memiliki balita yang bersedia menjadi


(4)

Tak luput pula penulis haturkan banyak terima kasih kepada orang tua penulis H. Asmady dan Hj. Betty Said, atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, serta doanya yang selalu mengiringi penulis. Untuk keluarga besar penulis yang selalu memberi motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat penulis; Melina, Maya, Sri, Rida, Qibow, Roza dan teman-teman FKep atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu mereka berikan.

Semoga segenap bantuan, bimbingan, kesempatan, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis tidak menutup diri dari saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, khususnya berguna bagi peneliti selanjutnya.

Medan, Januari 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi ... iii

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang ... 1

2.Pertanyaan Penelitian ... 4

3.Tujuan Penelitian ... 5

4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJUAAN PUSTAKA 1.Kecelakaan ... 7

2.Defenisi Kecelakaan ... 7

3.Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan ... 7

3.1Internal ... 7

3.2Eksternal... 9

4.Jenis Kecelakaan ... 10

4.1Jatuh ... 11

4.2Tersayat ... 14

4.3Terbakar ... 15

4.4Aspirasi ... 17

5.Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ... 19

5.1Defenisi ... 19

5.2 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ... 20

5.2.1Jatuh ... 20

5.2.2Tersayat ... 22

5.2.3Luka Bakar ... 23

5.2.4Aspirasi ... 25

6.Pencegahan Kecelakaan Pada Balita ... 27

6.1 Pengamanan Secara Umum ... 27

6.2 Pengamanan di Dalam rumah ... 28

6.3 Pengamanan di Luar Rumah ... 29

7. Pengetahuan ... 30


(6)

Halaman

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 31

8. Keluarga ... 33

1.Defenisi Keluarga ... 33

2.Fungsi Keluarga ... 34

3.Tugas Kesehatan Keluarga ... 35

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1.Kerangka Konseptual ... 37

2.Definisi Operasional ... 38

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1.Desain Penelitian ... 39

2.Populasi dan Sampel ... 39

3.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.Pertimbangan Etik ... 40

5.Instrumen Penelitian ... 41

6.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

7.Pengumpulan Data ... 44

8.Analisa Data ... 45

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.Hasil Penelitian ... 47

1.1 Karakteristik Responden ... 47

1.2 Gambaran Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan ... 49

2.Pembahasan ... 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan ... 62

2.Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Penelitian

2. Lembar Persetujuan Responden 3. Rencana Anggaran Biaya 4. Instrumen Penelitian 5. Riwayat Hidup


(7)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan yang Terjadi pada Balita di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan... 37


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kemampuan Perkembangan Berhubungan dengan

Risiko Cedera ... 10 Tabel 2. Tindakan Pertolongan Pertama pada Luka Bakar ... ……….. 23 Tabel 3. Defenisi Operasional... 38 Tabel 4. Penilaian Pengetahuan Pertolongan Pertama pada

Kecelakaan ... 42 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Persentase Karakteristik Responden

Di Lingkungan VI Pasar Merah Timur Medan……….…... 47 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Persentase Pengetahuan Keluarga dalam


(9)

Judul : Pengetahuan Keluarga Dalam Penatalaksanaan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Yang Terjadi Pada Balita Di Rumah Di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

Nama : Gina Suriati

NIM : 091121055

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2009/2010

Abstrak

Kecelakaan adalah kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Kecelakaan pada balita dapat menyebabkan cacat yang menetap bahkan kematian. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada perkembangan anak serta produktivitasnya di masa depannya, juga pada keuangan, dan emosi keluarga. Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah untuk memberikan pertolongan pertama ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita di rumah di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan sampel 86 responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2010. Instrument penelitian menggunakan kuisioner pengetahuan dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan pada balita yang terjadi di rumah. Berdasarkan hasil data demografi: mayoritas usia 18-27 tahun (48,8%), Pendidikan SMA (55,8%). Berdasarkan analisa statistik, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik (59,3%), pengetahuan cukup (38,4%), dan pengetahuan kurang (2,3%). Jadi berdasarkan hasil di atas bahwa sebagian besar keluarga mempunyai pengetahuan yang baik. Dengan pengetahuan yang baik, maka keluarga dapat menjalankan fungsi keluarga dengan benar yaitu asih, asuh dan asah. Disarankan agar peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi perilaku keluarga terhadap pencegahan kecelakaan yang terjadi pada balita.

Kata kunci : Pengetahuan Keluarga, Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


(10)

Judul : Pengetahuan Keluarga Dalam Penatalaksanaan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Yang Terjadi Pada Balita Di Rumah Di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

Nama : Gina Suriati

NIM : 091121055

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2009/2010

Abstrak

Kecelakaan adalah kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Kecelakaan pada balita dapat menyebabkan cacat yang menetap bahkan kematian. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada perkembangan anak serta produktivitasnya di masa depannya, juga pada keuangan, dan emosi keluarga. Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah untuk memberikan pertolongan pertama ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita di rumah di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan sampel 86 responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2010. Instrument penelitian menggunakan kuisioner pengetahuan dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan pada balita yang terjadi di rumah. Berdasarkan hasil data demografi: mayoritas usia 18-27 tahun (48,8%), Pendidikan SMA (55,8%). Berdasarkan analisa statistik, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik (59,3%), pengetahuan cukup (38,4%), dan pengetahuan kurang (2,3%). Jadi berdasarkan hasil di atas bahwa sebagian besar keluarga mempunyai pengetahuan yang baik. Dengan pengetahuan yang baik, maka keluarga dapat menjalankan fungsi keluarga dengan benar yaitu asih, asuh dan asah. Disarankan agar peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi perilaku keluarga terhadap pencegahan kecelakaan yang terjadi pada balita.

Kata kunci : Pengetahuan Keluarga, Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan sarana transportasi, peralatan rumah tangga, dan industri yang disertai perbaikan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup ternyata membawa pengaruh terhadap angka kecelakaan bayi. Fasilitas yang semula bertujuan mempermudah manusia, ternyata menyebabkan meningkatkannya angka kesakitan dan kematian akibat kecelakan atau cedera pada anak-anak. Keadaan ini tentu dapat menggangu proses tumbuh kembang anak dikemudian hari (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999). Menurut Sofyani dalam Tjipta, Ali, Mardina (2009), banyak orang mengira bahwa rumah merupakan tempat yang paling aman untuk melindungi anak-anak dari bahaya dan kejahatan dari luar. Akan tetapi, banyak dari kita yang tidak sadar bahwa sebenarnya kecelakaan ringan maupun berat justru banyak terjadi di dalam rumah. Bahkan, sebuah penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa 1 dari 9 anak kecil setiap tahunnya mengalami kecelakaan sementara maupun permanen di dalam rumah. Berdasarkan penelitian tentang kecelakaan di rumah pada balita menunjukkan bahwa kecelakaan atau cedera terbanyak disebabkan oleh terjatuh (76%), tersayat (12%), terbakar (11%), dan aspirasi (1%) (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa kecelakaan di rumah menjadi penyebab utama anak usia di bawah tiga tahun (batita) masuk unit gawat darurat rumah sakit dan diperkirakan setiap tahun di AS terdapat 2.100 anak-anak meninggal dan 4 juta anak mengalami kecelakaan dan bahkan sekitar


(12)

70.000 diantaranya harus masuk rumah sakit. Jadi hampir 70% kecelakaan yang mengakibatkan anak usia di bawah empat tahun meninggal dunia terjadi di rumah. Sedangkan di Ingris dan Wales hampir 500 anak meninggal tiap tahun; 65% adalah anak laki-laki. Kecelakaan di jalan terutama melibatkan anak usia sekolah, sedangkan kecelakaan di rumah terutama melibatkan anak di bawah usia 5 tahun (Meadow & Newel, 2005). Hal ini dikarenakan anak-anak pada usia tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan hampir seluruh waktunya dihabiskan di rumah dan sekitarnya. Di Indonesia, kasus-kasus cedera dan kematian anak akibat kecelakaan di rumah, jarang sekali dilaporkan, apalagi sampai dibawa ke meja hijau. Kebanyakan kasus yang terjadi pun diakui orang tua. Pada akhir November 2007 di Jakarta, sepuluh rumah di daerah Tanah Sereal terbakar habis karena sejumlah bocah bermain korek api. Pada bulan puasa tahun 2007 diberitakan seorang bocah berumur 4 tahun menderita luka bakar cukup parah karena terjebur ke dalam panci kolak panas (Sofyani, dalam Tjipta, Ali, Mardina, 2009). Ketika anak bertambah besar, persentase kematian karena cedera meningkat. Cedera tidak menunjukkan penurunan dramatis seperti yang terlihat pada area mortalitas lain pada masa kanak-kanak karena cedera secara tradisional telah dianggap sebagai kecelakaan yang dapat dihindari atau suatu masalah perilaku, bukan masalah kesehatan (Wong, 2008).

Beberapa tempat di rumah mungkin bisa sangat berbahaya bagi anak, yaitu kamar mandi, dapur, dan tangga. Tempat-tempat tersebut tentulah harus mendapat perhatian utama. Begitu banyak penelitian yang memberikan data yang sangat menakjubkan sehubungan dengan kecelakaan anak di dalam rumah. Namun,


(13)

ternyata yang lebih menakjubkan lagi bahwa ditemukan setengah dari orang dewasa tidak mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang perlu dilakukan agar rumah mereka bisa lebih aman sehingga dapat mencegah kecelakaan-kecelakaan pada anak yang mungkin terjadi. Menurut Sudjoko Kuswadji, seorang dokter ahli kesehatan kerja, setiap kecelakaan pada anak yang terjadi di rumah menjadi tanggung jawab orang tuanya; sebab, anak-anak usia di bawah lima tahun, pada dasarnya belum bisa menjaga dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita perlu mengingatkan keamanan di dalam rumahnya (Sofyani, dalam Tjipta, Ali, Mardina, 2009).

Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan adalah salah satu hal yang harus dipelajari orang tua. Dengan mempelajari dan menghafalkannya, orangtua akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan ketika anaknya mengalami kecelakaan, yakni menyelamatkan jiwa anak sebelum mendapat bantuan dokter. Kecelakaan dapat dicegah jika orangtua mengerti hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari anak dari kecelakaan (Widjaja, 2002). Mengingat keseriusan potensial bahaya dari berbagai kecelakaan, maka peranan pemberi Pertolongan Pertama (First Aider) sangat penting (Mukono & Wasono, 2002).

Untuk itu keluarga juga mempunyai peranan yang penting karena dalam menjaga dan merawat balita di rumah juga melibatkan seluruh anggota keluarga. Menurut Friedman (1998) dalam Setyowati & Murwani (2008), tugas kesehatan keluarga adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan


(14)

atau menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.

Kelurahan Pasar Merah Timur memilki luas ± 0,772 Km². Jumlah penduduk yang di data pada tahun 2009 adalah ± 11.337 jiwa dan dengan jumlah wanita usia subur ± 4.486 orang (Tina, Kelurahan Pasar Merah Timur). Keadaan geografis Kelurahan ini hampir semua lingkungannya dikelilingi oleh jalan utama dan daerah padat penduduk sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan pada balita. Peneliti melakukan penelitian di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan dikarenakan di Lingkungan ini memiliki jumlah balita terbanyak, sebagian daerahnya berhadapan langsung dengan jalan utama dan padat penduduk. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 8 keluarga tentang pertolongan pertama pada kecelakaan, 5 diantaranya tidak mengetahui penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang Terjadi Pada Balita di Rumah di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan”.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan pada balita yang berada di rumah.


(15)

3. Tujuan Penelitian

3.1Mengidentifikasi karakteristik pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita yang berada di rumah.

3.2Mengidentifikasi pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita yang di rumah.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Institusi pendidikan, bagi Peneliti, Ilmu Keperawatan, Instansi kesehatan atau Puskesmas.

4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau masukan bagi institusi pendidikan dan acuan bagi ilmu pengetahuan secara umum.

4.2 Bagi Peneliti

Menambah ilmu, pengalaman, dan pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita.

4.3 Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Ilmu Keperawatan serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi


(16)

kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan kesehatan Anak dan Keluarga.

4.4 Bagi Instansi Kesehatan atau Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kecelakaan

1.1 Defenisi Kecelakaan

Pengertian kecelakaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), adalah kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Lembaga Pusat untuk Pengendalian Penyakit memperkirakan bahwa setiap tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap dari kecelakaan. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada perkembangan anak serta produktivitasnya di masa depannya, juga pada keuangan, dan emosi keluarga. Cedera yang tidak disengaja sering disebut sebagai kecelakaan karena mereka terjadi tanpa diharapkan dan sepertinya tidak terkendalikan (Purwoko, 2006).

1.2 Faktor Penyebab Kecelakaan

1.2.1 Internal

a. Usia dan tingkat perkembangan anak

Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang dimilikinya, kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling dan merangkak menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Bayi berkembang pada kurun yang berbeda, mungkin ia belajar berguling pada usia tiga tahun atau paling lambat enam bulan. Dengan demikian, setiap tahap perkembangan bayi satu dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu, cedera yang sering kali terjadi berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya (Espeland, 2005).


(18)

b. Jenis kelamin

Kematian lebih banyak terjadi pada masa-masa awal kehidupan dan lebih banyak pada anak laki-laki di semua umur, yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak-anak di usia sekolah (Meadow & Newel, 2005). Banyak kajian yang menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan, mungkin hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil resiko daripada anak perempuan (Espeland, 2005).

c. Keadaan psikologis anak

Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaan stress (Espeland, 2005). Temperamen dan motivasi juga berperan terjadinya kecelakaan. Anak yang bertemperamen persisten akan selalu kembali kepada sesuatu yang dilarang. Anak yang aktivitasnya tinggi akan sering terbentur atau lecet dibandingkan anak yang kurang aktif. Sedangkan motivasi mencerminkan anak untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan baik. Keinginan untuk mandiri mendorong anak ingin melakukan sesuatu walaupun secara fisik belum mampu, seperti memanjat pohon atau bersepeda jauh-jauh dari rumah (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).


(19)

1.2.2 Eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor penyebab kecelakaan tersering. Cedera pada anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya. Setiap saat bahaya dapat mengintai si kecil, mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan di sekitar rumah, cuaca, serangga, dan hewan lain, serta tumbuhan (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).

b. Keadaan psikologis orang yang mengasuh

Penelitian telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi atau ketika mereka sedang capek. Keadaan stress yang terjadi pada keluarga seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan beresiko tinggi (Espeland, 2005).

c. Keadaan sosial

Resiko kecelakaan dapat juga dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga besar dengan perumahan buruk, yang sebagaian besar waktunya dihabiskan di jalan, dan hanya diawasi oleh anak yang sedikit lebih besar, berada dalam bahaya besar; dan ibu yang merawat anak kecil pada blok menara tanpa halaman atau tempat bermain tertutup memiliki masalah yang pelik (Meadow & Newel, 2005).


(20)

1.3 Jenis Kecelakaan

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga usia di bawah satu tahun juga termasuk golongan ini (Urip, 2004). Menurut Purwoko (2006), anak kecil mempelajari lingkungannya melalui penjelajahan, terutama dengan menggunakan indera perasa dan sentuhan mereka. Ketika anak tumbuh, bahaya yang mereka hadapi akan berubah akibat perkembangan kemampuan. Jenis cedera yang terjadi sering kali berhubungan langsung dengan usia anak dan tingkat perkembangannya.

Tabel 1: Kemampuan Perkembangan Berhubungan dengan Risiko Cedera

Tahap/Usia Kemampuan

Perkembangan Resiko Cedera

1. Bayi lahir sampai 1 tahun (Infant) Bertambahnya mobilitas Meningkatnya koordinasi mata-tangan dan reflex menggenggam volunter Berguling

Bermain mulut sangat terlihat jelas Merangkak Menarik benda-benda Aspirasi Tenggelam Jatuh Keracunan Luka bakar Kecelakaan kendaraan bermotor Kerusakan tubuh

2. Masa usia bermain 1-3 tahun (Toddler)

Belajar jalan, berlari, memanjat

Mampu membuka pintu dan gerbang Menjelajah segala sesuatu dengan mulut Memiliki rasa keinginantahuan yang Kecelakaan kendaraan bermotor Tenggelam Luka bakar Keracunan Jatuh Tersedak Kerusakan tubuh


(21)

besar

Naik turun tangga Tidak mewaspadai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh orang asing atau orang lain

3. Masa kanak-kanak awal 3-5 tahun (Preschool)

Tertarik dengan kecepatan dan gerakan Semakin terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang jauh dari rumah

Dapat bekerja keras untuk meyempurnakan suatu keterampilan Mempunyai aktivitas motorik kasar yang bersifat waspada, tetapi bukan takut

Menikmati mencoba hal-hal baru

Mobilitas menjurus ke peningkatan kemandirian Kecelakaan kendaraan bermotor Tenggelam Luka bakar Keracunan cedera tubuh

Berdasarkan buku Wong D: Buku Ajar keperawatan Pediatrik Wong, ed.6. Hak cipta 2008, EGC, Jakarta.

Berdasarkan penelitian tentang kecelakaan di rumah pada balita menunjukkan bahwa kecelakaan atau cedera terbanyak disebabkan oleh terjatuh (76%), tersayat (12%), terbakar (11%), dan aspirasi (1%) (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).

1.3.1 Jatuh

Kajian yang memfokuskan pada kecelakaan pada anak yang terjadi di rumah akhir-akhir ini menemukan bahwa kebanyakan kecelakaan pada anak


(22)

yang terjadi di rumah diakibatkan karena jatuh; kebanyakan karena mereka bermain sepeda, bermain di kursi dan juga berlari di kebun. Aktivitas bermain anak menjadi faktor penentu jatuhnya anak-anak: baik karena permainan mereka yang penuh resiko atau karena mereka didorong oleh teman sepermainan mereka. Sepertiga dari kajian ini menunjukkan bahwa para orang tua sebenarnya bisa menghentikan anak-anak mereka bermain sebelum mereka terjatuh, namun sayangnya hal itu tidak dilakukan (Espeland, 2005). Jatuh paling sering terjadi setelah bayi berusia 4 bulan ketika bayi belajar berguling, namun jatuh dapat terjadi pada setiap usia. Anjuran terbaik adalah jangan pernah meletakkan anak pada usia berapapun tanpa ditunggui pada permukaan tinggi yang tidak ada jeruji pelindungnya (Wong, 2008).

Jatuh dapat menyebabkan perdarahan, cedera pada leher dan tenggorokan, cedera kepala, memar, demam, terkilir, patah tulang, dan perubahan engsel tulang (dislokasi sendi) (Widjaja, 2002).

a. Perdarahan

Perdarahan adalah hilangnya darah dari pembuluh darah (Mukono & Wasono, 2002). Perdarahan hebat lebih berbahaya bagi anak kecil daripada orang dewasa. Kehilangan darah sampai ½ liter pada orang dewasa tidak akan menyebabkan efek buruk, tetapi pada anak kecil yang volume darahnya lebih sedikit kehilangan darah dapat menimbulkan syok. Di samping kehilangan darah, akan terjadi kerusakan pada permukaan kulit (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999). Tanda-tanda


(23)

perdarahan: (1) Bengkak merata. (2) Kulit berubah warna menjadi kebiruan. (3) Terasa sakit atau nyeri. (4) Perdarahan bisa berlangsung di dalam maupun di luar tubuh.

b. Cedera pada leher dan tenggorok

Gejalanya: (1) Leher dan tenggorok memar dan membengkak. (2) Keluar darah dari mulut dan hidung. (3) Darah berwarna merah segar dan berbusa.

c. Cedera kepala

Cedera kepala terbagi menjadi dua bagian, yakni trauma ringan dan trauma berat. Dianggap trauma (cedera) ringan jika setelah terjadi benturan tidak terjadi gejala mata miring, muntah atau kejang. Namun, jika gejala tersebut terjadi langsung atau baru timbul 24-48 jam kemudian, krisis harus segera ditangani. Gejala: (1) Pada gejala ringan biasanya hanya terjadi tanda memar. (2) Pada cedera berat terjadi perdarahan yang biasanya keluar dari mulut, hidung, dan telinga, disertai muntah-muntah dan posisi bola mata berubah arah.

d. Demam

Demam pada anak terjadi akibat infeksi. Jika suhu tubuh anak mencapai lebih 41° C, dapat dikatakan demam tinggi. Demam ini jika dibiarkan akan menyebabkan kerusakan otak. Gejala: (1) Wajah dan tubuh anak memerah. (2) Suhu meningkat, dari yang bervariasi sampai yang konstan. (3) Jika demam tinggi, anak dapat menggigil.


(24)

e. Keseleo, patah tulang, sendi bergeser (dislokasi)

Patah tulang adalah meregangnya jaringan ikat tulang. Keseleo adalah meregangnya jaringan otot. Dislokasi adalah terjadinya pergeseran engsel atau tempurung tulang. Pada orang dewasa, terjadi patah tulang dan pergeseran engsel biasanya lebih sulit sembuh. Sebaliknya, karena masih memiliki banyak zat perekat, terjadi hal seperti ini pada anak-anak akan cepat sembuh. Gejala: (1) Terasa nyeri, bengkak. (2) Kram dan kaku pada bagian yang sakit. (3) Gerak sendi terbatas. (4) Memar atau lebam.

1.3.2 Tersayat (teriris)

Luka yang terjadi pada anak biasanya disebabkan anak terjatuh atau tergelincir ketika bermain. Lantai rumah yang licin atau basah karena air atau minyak juga dapat menyebabkan anak jatuh. Selain itu, kegemaran anak bermain dengan benda-benda tajam, seperti garpu, gunting, jarum atau tusuk gigi juga juga dapat menyebabkan cedera (Ibrahim, Daud, sulistijani, 1999). Toddler masih kaku dalam banyak keterampilan dan mereka dapat membahayakan diri mereka sendiri dengan serius ketika berjalan dengan membawa benda tajam atau runcing atau mengulum makanan atau sendok di dalam mulutnya. Pada anak prasekolah, mengajarkan keamanan adalah hal terpenting. Anak harus diajari bahwa ketika berjalan dengan membawa benda runcing seperti pisau atau gunting, maka ujung yang runcingnya harus diarahkan menjauhi wajah. Peralatan berkebun atau perbengkelan dan semua senjata api harus disimpan dalam lemari berkunci (Denno dkk, 1996


(25)

dalam Wong, 2008). Menurut Wasono & Mukono (2002), Luka dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu luka tertutup dan luka terbuka. Luka terbuka merusak permukaan kulit dengan perdarahan yang tampak, sering terjadi infeksi. Luka tertutup menimbulkan kerusakan di bawah permukaan kulit, kulit tidak rusak dan perdarahan tidak tampak.

1.3.3 Terbakar

Luka bakar karena kebakaran merupakan satu dari banyak tipe luka bakar yang paling fatal dan sering terjadi ketika anak bermain dengan korek api dan secara tidak sengaja membuat diri (dan rumah) anak terbakar (Wong, 2008). Menurut Mohammad (2005), kulit peka terhadap panas. Kulit tidak akan rusak bila terkena suhu di bawah 43,8 0C. Suhu antara 43,8 0C dan 50,5 0C menyebabkan kerusakan kulit yang berarti. Suhu di atas 50,50

a. Penyebab luka bakar adalah :

C merusak seluruh bagian kulit.

1) Luka bakar akibat panas adalah penyebab tersering dari cedera bakar pada anak-anak. Luka ini disebabkan oleh kontak api atau sumber api panas lain, misalnya cairan uap panas, dan peralatan yang panas.

2)Luka akibat bahan kimia disebabkan oleh bahan kimia yang korosif, bahan-bahan yang beracun yang mungkin disimpan di garasi atau gudang.

3) Luka bakar akibat listrik disebabkan oleh kontak dengan aliran listrik rumah tangga atau petir.


(26)

4) Luka bakar akibat radiasi, sinar ultra-violet dari sinar matahari bisa membakar kulit yang tidak terlindungi.

b. Penilaian Luka Bakar

Penilaian luka bakar dilakukan setelah menilai apakah masalah kedarutan pernafasan dan perdarahan telah ditangani. Penilaian luka bakar didasarkan atas :

1) Berapa persen luas luka bakar pada tubuh

Pada anak, istilah seperti “sebesar koin” atau “separuh punggung” membantu menjelaskan ukuran area luka. Perkiraan ukuran luka pada anak dengan menggunakan telapak tangan anak, dengan telapak tangan adalah 1% dari luas permukaan seluruh tubuh. Jadi, jumlahkan saja berapa telapak tangan luas lukanya. Luka bakar bisa sangat serius jika berlokasi pada 1 dari 4 area kritis tubuh, yaitu wajah, tangan, alat kelamin, dan kaki (Purwoko, 2006).

2) Berapa dalam luka bakar (derajat luka bakar) 2.1Kedalaman derajat Luka bakar

Derajat 1. Hanya mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit edem dan nyeri.

Derajat 2. Mengenai epidermis dan sebagian dermis, bulat/lepuh, edem dan sangat nyeri.

Derajat 3. Mengenai seluruh lapisan kulit, kadang mencapai jaringan dibawahnya, lesi pucat, coklat sampai hitam, kering, tidak nyeri.


(27)

2.2 Luas derajat (Luka Bakar)

Ringan : derajat 1, derajat 2 luas < 15%, derajat 3 luas < 2% Sedang : derajat 2 luas 10-15%, derajat 3 luas 5-10%. Berat : derajat 3 luas > 20%.

1.3.4 Aspirasi

Suatu benda asing yang masuk ke jalan napas bisa menyebabkan sumbatan jalan napas sebagian atau lengkap. Jika benda asing menghambat sebagian jalan napas, pertukaran udaranya bisa tetap baik atau menjadi buruk. Seorang anak tersedak yang pertukaran udaranya memburuk, batuknya akan lemah dan tidak efektif, dan pernapasan menjadi sulit. Kulit, alas kuku, dan sebagian dalam mulut bisa tampak kebiruan/keabuan (Purwoko, 2006). Mohammad (2005), membagi jenis penyebab sumbatan jalan napas sebagai berikut:

a. Jenis penyebab sumbatan jalan nafas bagian atas pada korban kecelakaan adalah :

1) Lidah

Pada korban yang tidak sadar terjadi kelemasan/relaxation jaringan lunak termasuk lidah, sehingga posisi lidah jatuh ke dalam dan menutup jalan nafas pangkal tenggorokan/larynx.

2) Muntah

Isi muntahan sering kali adalah makanan yang baru saja dimakan oleh korban, lendir jalan nafas yang berlebihan, selain itu bisa juga muntah


(28)

darah. Muntahan mungkin sekali membuntu jalan nafas tenggorokan/trachea atau cabang tenggorokan/bronchus.

3) Benda Asing

Benda asing yang sering kali membuntu jalan nafas ialah sisa makanan, kompononen mainan, biji-bijian, atau kelereng, uang logam, gigi yang tanggal atau gigi palsu yang terlepas.

4) Pembengkakan

Reaksi alergi dan benda yang bersifat mengiritasi (misal: asap, bahan kimia) dapat menyebabkan pembengkakan jalan nafas.

5) Penyempitan (spasm)

Bila tiba-tiba tertelan, air dapat menyebabkan penyempitan tenggorokan. Ini terjadi pada kira-kira 10% pada kasus tenggelam.

b. Tanda Sumbatan Jalan Napas

1) Sumbatan jalan nafas sebagian

Keadaan baik ditandai dengan batuk-batuk kuat pada korban yang sadar. Keadaan buruk ditandai dengan penderita lemah, batuk lemah, suara nafas tinggi, korban ungu kebiruan (cyanotic). Terjadi perubahan suara nafas sebagai berikut: (1) Mendengkur: lidah mungkin menutup jalan nafas. (2) Serak: penyempitan jalan nafas larynx. (3) Seperti bunyi tiupan peluit (wheezing): pembengkakan atau penyempitan jalan nafas (bronchus, bronchiolus). (4) Suara kasa: cairan di jalan nafas: darah, muntahan, lendir.


(29)

2) Sumbatan jalan nafas total

Ditandai dengan: (1) Tidak dapat bersuara, bernafas atau batuk. (2) Korban mencengkeram lehernya dengan satu atau dua tangan (dikenal dengan “tanda umum kesulitan bernafas”)

2) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

2.1 Defenisi

Pertolongan pertama adalah perawatan segera yang diberikan pada orang yang mengalami cedera atau sakit mendadak (Purwoko, 2006). Menurut Rassat (1991), Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah untuk memberikan pertolongan pertama ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari.

Menurut Mohammad (2005) sikap penolong adalah: (1) Tidak panik, bertindak cekatan, tenang, tidak terpengaruh keluhan korban, jangan menganggap enteng luka yang diderita korban. (2) Melihat pernapasan korban jika perlu berikan pernapasan buatan. (3) Hentikan pendarahan, terutama luka luar yang lebar. (4) Perhatikan tanda-tanda shock. (5) Jangan terburu-buru memindahkan korban, sebelum kita dapat menentukan jenis dan keparahan luka yang dialami korban. Sedangkan kewajiban penolong adalah: (1) Perhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan. (2) Perhatikan keadaan penderita. (3) Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan dilakukan. (4) Jika korban meninggal beritahu polisi atau bawa korban kerumah sakit (Mukono & Wasono, 2002).


(30)

Dalam melakukan pertolongan pertama terdapat batasan wilayah penolong yaitu pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya sementara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan (Mukono & Wasono, 2002).

2.2Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Berdasarkan Jenis Kecelakaan

2.2.1 Jatuh

Menurut Widjaja (2002), tindakanan pertolongan pertama yang di akibatkan jatuh adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan

Perdarahan luar; (1) Tekan langsung pada tempat darah keluar dengan jari/kain. (2) Tinggikan lengan atau kaki. (3) Fasilitasi anak agar istirahat. (4) Biarkan saja bekuan darah, bila bekuan darah terlepas maka perdarahan akan mulai lagi. (5) Jangan bergerak untuk mempercepat pembekuan darah. (6) Jika darah tidak berhenti, antarkan ke rumah sakit. Sedangkan perdarahan dalam: (1) Anak harus rebah istirahat dan tenangkan anak. (2) Segera antarkan ke rumah sakit.

b. Cedera pada leher dan tenggorokan

Tindakan pertolongan: (1) Biarkan penderita beristirahat di tempatnya. Jangan mengubah posisinya sebelum bantuan datang. (2) Jika penderita hendak batuk, beri pengertian agar menarik napas panjang. (3) Kompres dengan es di bagian leher atau tenggorokan secara perlahan-lahan untuk


(31)

mengurangi rasa panas dan perdarahan. (4) Berikan obat penahan sakit. (5) Biarkan anak istirahat dan beri minum air secukupnya. (6) Suruh orang untuk memanggil dokter atau ambulans.

c. Cedera kepala

Tindakan Pertolongan: (1) Berusaha untuk menghentikan setiap perdarahan di tempat yang terbentur dengan kain yang bersih. (2) Jika cedera serius yang ditandai dengan luka sobek atau memar berat, usahakan tidak menggerakkan kepala anak. Jika darah membasahi kain, jangan mengangkat kain itu. Tempatkan kain lain di atas kain tersebut. (3) Jika luka di kepala tidak dalam, segera bersihkan luka itu dengan sabun dan air hangat, kemudian keringkan dan obati dengan cairan antiseptik. Pada cedera kepala yang berat: (1) Jika terjadi gejala muntah dan perdarahan pada kepala dan leher, tubuh anak dimiringkan (menghadap ke samping) agar tidak tersedak. Jika dicurigai terjadi cedera pada leher dan punggung, biarkan anak dalam posisi miring. Minta bantuan seseorang untuk memanggil bantuan medis. (2) Jika tidak terjadi kerusakan pada tulang leher dan kepala, tetapi hanya terjadi pembengkakan, biarkan anak telentang, lakukan pengompresan dengan air dingin di tempat yang nyeri. Jika anak dapat minum obat, berikan cairan atau tablet pereda rasa nyeri. (3) Jika gejala awal tampak ringan, amati terus kondisi anak sampai 48 jam. Di malam hari, bangunkan anak setiap satu atau dua jam. Jika anak tidak memberikan respons terhadap


(32)

pertanyaan/perintah sederhana atau jika terus muntah, segera hubungi dokter.

d. Demam

Tindakan Pertolongan: (1) Jika suhu tubuh anak mencapai 39° C, lakukan pengompresan dengan es. (2) Berikan obat penurun panas sesuai dengan dosis. (3) Jangan menyelimuti atau membungkus anak. (4) Jangan membangunkan dengan alasan mau memberi obat sebab dalam kondisi ini tidur lebih baik bagi anak. (5) Jika 1-2 jam setelah diberi obat panasnya meningkat menjadi 40° C, rendam anak dalam ember atau bak berisi air dingin. (6) Setelah panasnya turun, berikan pakain yang nyaman dan sejuk. (7) Jika panas tak kunjung reda, hubungi dokter.

e. Keseleo, Patah Tulang, Sendi Bergeser (dislokasi)

Tindakan Pertolongan: (1) Biarkan anak dalam posisi istirahat. (2) Angkat posisi cedera sampai lebih tinggi daripada posisi jantung. Ini berguna untuk memperlambat aliran darah. (3) Berikan kompres dingin selama 15-20 menit. Jika bengkak tidak mengempis, ulangi lagi pengompresan. (4) Beri obat penghilang rasa nyeri. (5) Biasanya, penyembuhan untuk patah tulang memakan waktu 2 bulan, keseleo 1-2 minggu, pergeseran sendi 2-3 bulan

2.2.2 Tersayat

a. Luka terbuka :

Segera hentikan perdarahan dengan cara menekan langsung pada luka dengan tangan yang dibungkus kain bersih. Kemudian tutup dengan kain


(33)

kasa steril, jangan mencoba mencabut benda yang tertancap, misalnya: pisau atau pecahan kaca, kecuali luka tusuk pada dada dan perut sebab mungkin mengganggu gerakan nafas korban. Luka terbuka perlu ditutup dengan tindakan penjahitan oleh dokter dengan rentang waktu 6 sampai 8 jam dari saat kejadian luka, waktu ini dikenal dengan istilah “The Golden Periode”. Penjahitan luka akan mempercepat penyembuhan, mengurangi infeksi dan mengurangi terbentuknya jaringan perut (Mukono & wasono, 2002).

b. Luka tertutup

Segera kendalikan perdarahan dengan kompres dingin (kantung es) dan pembalut elastik. Periksa kemungkinan terjadi patah tulang. Angkat bagian yang luka lebih tinggi dari batas jantung untuk mengurangi nyeri dan bengkak (Mukono & Wasono, 2002).

c. Luka tersayat/teriris

Bersihkan luka dengan sabun di air mengalir (keran), beri larutan antiseptik, luka ringan cukup ditutup dengan plester, luka tersayat yang dalam dapat diperban (Widjaja, 2002).

2.2.3 Luka Bakar

Tindakan pertolongan pertama pada luka bakar berdasarkan penyebab luka bakarnya menurut Ibrahim, Daud, Sulistijani (1999) adalah sebagai berikut:

Tabel 2: Tindakan pertolongan pertama pada luka bakar

Jenis Luka Bakar Tindakan Pertolongan

1. Panas a. Korban sebaiknya dipindahkan ke tempat yang aman, jika tubuh korban terbakar maka cepat-cepat ditutup dengan selimut/kain lebar untuk memadamkan api.


(34)

b. Baringkan anak ke tanah atau lantai kemudian anggota tubuh yang terbakar disiram atau direndam air selama sekurang-kurangnya 10 menit untuk menghilangkan rasa nyeri dan nyaman.

c. Apabila korban tidak sadar/pingsan maka korban dibaringkan dengan posisi miring untuk diperiksa denyut nadi dan pernapasannya dan segera diberi pernapasan buatan dengan mulut/dada ditekan.

d. Lepaskan pakaian, gelang, cincin, atau kalung agar peredaran darah tidak terganggu, tetapi pakaian yang melekat pada kulit dibiarkan dan digunting bagian sekitarnya.

e. Cedera bakar ditutup dengan kain steril, tetapi ingat jangan menggunakan kain yang berbulu/berserat agar tidak melekat pada cedera.

f. Anggota tubuh yang terbakar ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan dan tenangkan korban. g. Korban yang tidak sadar dilarang diberi minum dan

makanan agar tidak menyumbat jalannya pernapasan. h. Apabila korban sadar, sebaiknya diberi minum air putih

(1 liter) ditambah garam (1 sendok teh) sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan setiap 10 menit.

i. Korban segera diantar ke rumah sakit sambil terus diberi minum.

2. Kimia a. Anggota tubuh yang terkena zat kimia segera disiram air terus-menerus untuk menghayutkan zat kimia. b. Pakaian, cincin, gelang yang terkena zat kimia dilepas

perlahan-lahan dan pakain yang melekat pada kulit dibiarkan saja dan digunting pada bagian sekitar cedera. c. Anggota tubuh yang cedera segera ditutup/dilapisi

dengan kain steril yang tidak berbulu/berserat.

d. Penderita yang sadar diberi minum sedikit-sedikit setiap 10 menit dan terus diberikan sampai diantar ke rumah sakit.

e. Apabila cedera bakar karena zat kimia mengenai mata maka mata penderita diusahakan terbuka lebar dan disiram dengan air terus-menerus sekurang-kurangnya 15 menit atau mata direndam dalam air sambil dikedip-kedipkan sampai rasa nyeri/perih berkurang. Air untuk merendam sebentar-sebentar diganti.

3. Listrik a. Aliran listrik harus dimatikan, cabut kabel dari stop kontak atau matikan sekring, jangan memegang korban sebelum tahu pasti apakah aliran listrik sudah mati. Ini dimaksudkan agar sipenolong tidak menjadi korban pula.

b. Tangan si penolong harus kering dan dibungkus dengan Lanjutan: tabel 2


(35)

bahan kering dan berdiri di alas kering/memakai sandal karet yang kering.

c. Periksa korban, apakah masih bernapas atau tidak. Bila tidak bernapas maka segera berikan pernapasan buatan. d. Bila korban sadar, korban diusahakan leluasa untuk

bernapas.

e. Bila tidak sadar, korban dibaringkan dengan posisi setengah telungkup dan muka miring ke bawah.

f. Anggota tubuh yang cedera langsung didinginkan dengan disiram air/direndam air tidak kurang dari 10 menit atau sampai rasa nyeri hilang.

g. Lepaskan pakain korban secara perlahan-lahan. h. Tutup anggota tubuh yang cedera dengan kain steril. i. Anggota tubuh yang cedera diistirahatkan/ditempatkan

pada tempat yang nyaman.

j. Pada penderita yang sadar, diberi minum setiap 10 menit sedikit demi sedikit.

k. Jangan memberi minum apapun pada korban yang tidak sadar/pingsan, karena sangat berbahaya.

l. Segera antarkan korban ke rumah sakit 4. Sinar

Matahari

a. Penderita dibawa ke tempat yang teduh (terhindar dari sinar matahari langsung).

b. Anggota tubuh yang cedera dikompres dengan air es atau disiram dengan air dingin sampai rasa panas berkurang/hilang.

c. Korban diberi minum untuk menghilangkan rasa panas. d. Bila anggota tubuh yang cedera melepuh segera bawa

ke rumah sakit.

2.2.4 Aspirasi

a. Pada korban yang sadar

Segera berikan 5 kali tekanan pada perut korban (Heimlich manuever), dengan cara: (1) Penolong berdiri di belakang korban. (2) Lingkarkan lengan penolong pada pinggang korban, satu tangan mengepal di depan perut korban (diantara pusar dan tulang dada) dan tangan yang lain memegangi tangan tersebut. (3) Lakukan penekanan pada perut korban dengan cepat, 5 kali masing-masing tekanan terpisah. (4) Ulangi usaha di Lanjutan: tabel 2


(36)

atas sampai korban dapat membatukkan keluar benda asing, korban mulai bernafas atau batuk kuat. Bila korban menjadi tidak sadar aktifkan sistem pelayanan medis darurat (Purwoko, 2006).

b. Pada korban tidak sadar

Lakukan Heimlich manuever dengan cara: (1) Korban ditidurkan telentang. (2) Lakukan penekanan perut korban dengan memakai satu pangkal telapak tangan penolong, tangan yang lain di atas tangan pertama. (3) Berikan 5 kali tekanan perut. (4) Tengadahkan kepala dan tarik dagu ke depan sehingga mulut korban terbuka. Lakukan usaha membersihkan rongga mulut korban dengan usapan jari. Bila benda asing dapat tercapai, pegang atau kait dan keluarkan. (5)Hindari mendorong benda asing masuk lebih dalam (Purwoko, 2006).

Pada bayi dilakukan dengan pukulan punggung dan tekanan dada; untuk pukulan punggung telungkupkan bayi di lengan bawah, kepala bayi harus lebih rendah dari batang tubuhnya. Tangan penolong berada di keliling rahang bawah dan leher bayi, untuk menambah dukungan sandarkan lengan bawah dengan pada paha penolong. Dengan menggunakan tumit tangan lainnya, berikan 5 pukulan pada punggung bayi di antara kedua bilah punggung. Sedangkan tekanan pada dada; balikkan bayi sehingga telentang. Setelah memberi 5 pukulan punggung, segera letakkan tangan penolong yang masih bebas di belakang kepala dan leher sementara tangan lain masih berada di tempatnya. Dengan menggunakan kedua tangan penolong dan lengan bawah menjepit bayi, 1 tangan mendukung rahang, leher, dan 1


(37)

tangan lainya berada di punggung; balikkan tubuh bayi. Setelah dalam posisi telentang, bayi harus berbaring di paha penolong. Kepala bayi harus lebih rendah daripada batang tubuhnya. Tekanan diberikan pada tulang dada (di antara kedua puting), menggunakan dua jari (Purwoko, 2006).

2.3 Pencegahan Kecelakaan Pada Balita

Kecelakaan dapat dicegah jika orangtua mengerti hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari anak dari kecelakaan. Menurut Widjaja (2002), pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memberikan pengamanan di sekitar balita yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Pengamanan secara umum

a. Tidak meletakkan pisau atau benda tajam sembarangan.

b. Menjauhkan atau menyimpan zat-zat berbahaya sehingga jauh dari jangkaun anak-anak.

c. Tidak meninggalkan anak sendirian tanpa pengamanan, terutama bayi. Jangan menidurkan bayi di tempat yang tinggi, karena dapat terguling dan jatuh.

d. Mengganti popok bayi di lantai atau di atas kasur berselimut tebal, sehingga kemungkinan bayi jatuh tidak ada.

e. Anak yang agak besar harus dijauhkan dari obat-obatan, pembersih lantai, insektisida, dan peralatan mandi. Barang-barang tersebut harus diletakkan ditempat yang jauh dari jangkauan anak-anak. Sebab, anak-anak sangat menyukai benda-benda yang mencolok dan dapat dijadikan mainan.


(38)

f. Tidak membiarkan anak bermain sendiri di dalam air, di kolam, atau di ember. Anak-anak memang mempunyai sifat suka bermain air dan selalu ingin tahu dengan hal-hal baru.

g. Jika rumah dekat dengan jalan raya, pintu rumah dan pintu pagar diberi pembatas yang tidak dapat dilangkahi anak-anak.

h. Jika di rumah terdapat tangga, sebaiknya diberi pintu agar anak tidak dapat naik-turun sendiri.

i. Kabel-kabel listrik dan peralatan elektrolik tidak ada yang terbuka, lecet, atau putus yang dapat menyebabkan anak terkena strum.

2.3.2 Pengamanan di dalam rumah

a. Jika anak sudah mulai berjalan, pastikan dia tidak terjatuh akibat lantai yang terlalu licin atau terlalu kotor.

b. Di dalam ruangan tidak ada perabot yang tersudut runcing. Di samping itu harus diusahakan tidak meletakkan benda-benda berbahaya, seperti pot bunga atau lampu di tempat-tempat yang mudah dijangkau anak.

c. Jangan ada benda-benda beracun di sekitar ruangan.

d. Usahakan bayi tidur di boks, bukan di tempat tidur. Pastikan bahwa boks tempat tidur aman, berpagar kuat, catnya tidak beracun atau nontoxic, jeruji pagarnya tidak terlalu renggang agar bayi tidak dapat memasukkan kepalanya ke sela-sela jeruji. Anak yang agak besar usahakan tidak tidur di tempat tidur bertingkat atas.

e. Tidak meninggalkan anak di kamar mandi sendirian, sebab dia akan main air dan dapat tenggelam atau tersedak air.


(39)

f. Jika sedang memandikan bayi, tetapi mendadak ada tamu datang, segera keringkan bayi secepatnya.

g. Jauhkan peralatan dapur yang berisi air panas atau minyak panas dari jangkaun anak-anak.

h. Simpan benda-benda yang tajam dan berbahaya di tempat yang aman. Periksa peralatan masak agar tetap berfungsi baik: kompor tidak bocor, tabung gas memiliki pengaman, selang atau pipa gas tidak rusak, termos terletak di tempat aman.

i. Jika memiliki anak kecil, hindari penggunaan taplak meja karena anak senang atau mudah menariknya, dan benda-benda yang ada di atas meja akan berhamburan menimpa anak.

j. Letakkan obat-obat dan benda beracun di tempat yang aman, seperti kotak obat yang diletakkan aman dari jangkauan anak.

2.3.3 Pengamanan di luar rumah

a. Sebaiknya tidak membiarkan anak bermain sendiri di luar rumah.

b. Jika anak bermain di luar, pastikan bahwa tempat main dan jenis permainannya aman atau tidak berbahaya.

c. Sebaiknya anak dilarang bermain di jalan raya atau bermain panjat-panjatan tanpa pengawasan .

d. Alas tempat bermain harus empuk, hindari tempat bermain yang memiliki permukaan kasar, seperti lantai yang kasar atau yang keras.


(40)

e. Jika anak mendapat kecelakaan, segera lakukan penanggulangan. Orangtua harus mengetahui pengetahuan dasar yang menyangkut cara-cara menangani kecelakaan pada anak.

3. Pengetahuan

3.1 Defenisi Pengetahuan

Menurut Blom (1908) dalam Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini setelah terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation). 3.1.1.Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

3.1.2 Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.


(41)

3.1.3 Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

3.1.4 Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

3.1.5 Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

3.1.6 Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut Roger (1974, dikutip dari Notoadmodjo, 2002), faktor internal yakni karakteristik orang yang


(42)

bersangkutan seperti: pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, dan informasi. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang domain yang mewarnai perilaku seseorang.

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Dalam arti luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar-menga jar.

Motivasi keluarga merupakan sumber kekuatan yang mendorong menuju kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari. Dorongan penggerak ini disebut motivasi. Motivasi bisa timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus melakukan hubungannya dengan lingkunganya hubungan ini dilakukan lewat indera, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, dan pencium (Slmeto, 2003).

Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi perilaku seseorang, lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada individu. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan turut


(43)

berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia (Purwanto, 1999)

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia (Soemanto, 2006).

4. Keluarga

4.1 Defenisi Keluarga

4.1.1 Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1978 dikutip Setyowaty & Murwani, 2008).

4.1.2 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dikutip Setyowaty & Murwani, 2008).

Dari kedua defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah: (1) Unit terkecil dari masyarakat. (2) Terdiri dari 2 orang atau lebih. (3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah. (4) Hidup dalam satu rumah tangga. (5) Di bawah asuhan seorang kepala keluarga. (6) Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga. (7) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing. (8) Menciptakan, mempertahankan suatu budaya


(44)

4.2 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) dalam Setyowaty & Murwani (2008), lima fungsi keluarga adalah:

4.2.1 Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Komponennya berupa saling mengasuh, saling menghargai, dan adanya terikatan antar anggota keluarga. 4.2.2 Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

4.2.3 Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4.2.4 Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

4.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.


(45)

Menurut Effendi (1998) ada 3 fungi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah:

1. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan

kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharan kesehatan dan perawatan

anak agar kesehatananya selalu terpelihara yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

3. Asah, adalah memenuhui kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

4.3 Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Setyowat & Murwani (2008), tugas kesehatan keluarga adalah:

4.3.1 Mengenal masalah kesehatan.

4.3.2 Membuat keputusan tindakan yang tepat.

4.3.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4.3.4 Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

4.3.5 Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan.

4.4 Pengetahuan Keluarga Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Pengetahuan keluarga tentang pertolongan pertama adalah apa yang diketahui oleh keluarga tentang perawatan segera yang diberikan pada anak yang mengalami kecelakaan/cedera. Tindakan yang tepat dan benar dapat


(46)

menyelamatkan anak dari cedera. Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakan salah satu hal yang harus dipelajari orang tua. Dengan mempelajari dan menghapalkannya, orang tua akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan ketika anaknya mengalami kecelakaan, yakni menyelamatkan jiwa anak sebelum mendapat bantuan dokter. Selain pengetahuan tentang berbagai masalah pertolongan pertama pada kecelakaan, di dalam rumah orang tua harus mempersiapkan atau menyediakan beberapa peralatan dan berbagai jenis obat (Widjaja, 2002).


(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka ini disusun berdasarkan pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita yang berada di rumah. Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada balita adalah terjatuh, tersayat, terbakar dan aspirasi. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Kerangka Konsep Penelitian

2. Kerangka Konseptual dan Operasional

2.1 Defenisi Konseptual

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

1. Karakteristik pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita di rumah.

2. Penatalaksanaan

pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita di rumah.


(48)

Penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan adalah upaya memberikan pertolongan segera ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang.

2.2 Defenisi Operasional

Tabel: 3 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur

Hasil

Ukur Skala 1. Pengetahuan

Keluarga Pengetahuan keluarga adalah informasi yang diketahui keluarga tentang penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita yang berada di rumah.

Kuesioner Kurang: 0-6 Cukup: 7-13 Baik: 14-20 Ordinal

2. Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan yang Terjadi pada Balita Penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan didefinisikan sebagai tindakan pertolongan segera yang dilakukan keluarga ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang.

Kuesioner Kurang: 0-6 Cukup: 7-13 Baik: 14-20 Ordinal


(49)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik dan pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita yang berada di rumah.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Pasar Merah Timur yang didata tahun 2009 jumlah keluarga yang memiliki balita yang berada di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur berjumlah 86 orang.

2.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pada penelitian ini metode pengambilan sampel yang diinginkan adalah Total Sampel yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Peneliti akan melakukan penelitian di lingkungan VI, dikarenakan pada lingkungan ini memiliki jumlah balita terbanyak dibandingkan dengan lingkungan lain.


(50)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan VI di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan pada bulan Juli 2010 dengan alasan Lingkungan tersebut padat penduduk, sebagian daerahnya berhadapan langsung dengan jalan utama dan penelitian mengenai pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan pada balita belum pernah dilakukan. Penelitian dilakukan bulan Juli dari tanggal 19 sampai dengan 26 Juli 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan persetujuan dari Kelurahan Pasar Merah Timur. Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian ini dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka responden dipersilakan menandatangani informed consent. Tetapi jika responden tidak bersedia, maka responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak mempublikasikan ke khalayak umum dan peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses pengumpulan data selesai. Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(51)

5. Instumen Penelitian

Untuk memperoleh data instrumen penelitian, yang digunakan oleh peneliti adalah berupa kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, sehingga responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda (X) pada jawaban yang tersedia. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada tinjaun pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu kuesioner data demografi, dan kuesioner pengetahuan dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Pada bagian awal instrumen penelitian berisi data demografi responden meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, penghasilan perbulan, dan hubungan keluarga dengan balita.

5.2 Kuesioner Pengetahuan Dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama

pada Kecelakaan

Instrumen pengetahuan dalam pertolongan pertama pada kecelakaan pada balita yang berada di rumah, terdiri dari 20 pertanyaan dari tiap-tiap jenis kecelakaan yaitu terjatuh, tersayat, terbakar dan aspirasi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yaitu closed-ended dengan jenis multiple choice untuk pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pertanyaan positif sebanyak 14 item pada nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16 sedangkan pertanyaan negatif sebanyak 6 item pada nomor 4, 12, 17, 18, 19, 20. Total skor terendah 0 dan skor tertinggi 20.


(52)

- No.1 sampai dengan no. 2 pertanyaan tentang defenisi, dan merupakan pertanyaan positif.

- No. 3 sampai dengan no. 6 pertanyaan tentang tindakan yang dilakukan bila anak terjatuh. No. 3, 5, dan 6 adalah pertanyaan positif sedangkan no. 4 adalah pertanyaan negatif.

- No.7 sampai dengan no.8 pertanyaan tentang gejala dan tindakan yang dilakukan bila anak tersayat, dan merupakan pertanyaan positif.

- No. 9 sampai dengan no. 12 pertanyaan tentang tindakan yang dilakukan bila anak terbakar. No. 9, 10, 11 adalah pertanyaan positif, sedangkan no. 12 adalah pertanyaan negatif.

- No. 13 sampai dengan no. 16 pertanyaan tentang gejala dan tindakan yang dilakukan bila anak mengalami aspirasi (tersedak), dan merupakan pertanyaan positif.

- No. 17 sampai dengan 20 pertanyaan tentang tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan pada balita, dan merupakan pertanyaan negatif. Penilaian menggunakan Skala Gutman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item.

Tabel: 4 Penilaian pengetahuan pertolongan pertama pada kecelakaan

Positif Negatif

Jawaban benar Skor: 1 Skor: 1


(53)

Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2007), adalah : Rentang

P = Banyak Kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 20 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan keluarga tentang pelaksanaan dan pengamanan tentang kecelakaan yaitu pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas 3. Menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikategorikan ordinal sebagai berikut : 0-6 adalah pengetahuan kurang, 7-13 pengetahuan cukup dan 14-20 adalah pengetahuan baik.

5.3 Validitas dan Reliabilitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas pengukuran ditentukan oleh dua hal yaitu : (1) Relevan isi instrumen, (2) Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran (Nursalam, 2003). Uji validitas penelitian ini menggunakan uji validitas isi yang dilakukan oleh yang ahli di bidangnya pada bagian Keperawatan Anak dan Keluarga di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yaitu Ibu Farida Linda Sari Siregar, M.Kep dan Ibu Lufthiani S.Kep,Ns.

Uji realibilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan uji


(54)

realibilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya satu kali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Demsey & Demsey, 2002).

Uji realibilitas dilakukan kepada 30 orang subjek yang sesuai dengan kriteria dan di luar sampel yang ditentukan sebagai subjek studi. Teknik analisa data telah dilakukan dengan rumus Kuder Richardson 21 (KR-21) karena jumlah butir pertanyaan genap (Arikunto, 2006) dan mendapatkan hasil 0,747 (lihat pada lampiran).

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan berpedoman pada kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Kepala Kelurahan Pasar Merah Timur. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data. Peneliti dengan didampingi ibu kepala lingkungan VI mendatangi responden di tempat pengajian ibu-ibu yang diadakan pada hari selasa, kemudian peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria, setelah peneliti menemukan responden, kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dan cara pengisian kuesioner, selanjutnya responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner. Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat kelengkapan jawaban responden, jika ada pertanyaaan yang belum diisi


(55)

oleh responden maka peneliti menjelaskan maksud dari pernyataan tersebut, sehingga semua pernyataan terjawab, kemudian peneliti mengumpulkan semua kuesioner. Responden yang bersedia mengisi langsung di tempat pengajian ada 8 orang dan responden yang membawa pulang kuisioner ada 27 orang disebabkan yang menjaga balita/interaksi yang lebih dekat balita sedang berada di rumah, kemudian peneliti mengambil kuisioner tersebut keesokan harinya. Karena dari tempat pengajian jumlah responden yang diperoleh belum lengkap maka peneliti juga mengunjugi rumah-rumah penduduk di Lingkungan VI dengan menentukan responden sesuai dengan kriteria, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti seperti cara diatas, selain itu peneliti juga meninggalkan kuesioner bila responden meminta untuk meninggalkan saja dan bersedia mengisi sendiri, kemudian diambil kembali keesokan harinya. Dalam pengisian kuesioner ini akan diberikan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia mengisi langsung. Dalam pengisian kuisioner terdapat 2 responden (nenek balita) yang dalam pengisiannya dibantu oleh orang lain (kakak) dikarenakan responden kesulitan dalam hal penulisan. Dalam pengumpulan data terdapat beberapa responden yang tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada pemaksaan dari peneliti terhadap ketidaktersediaan tersebut.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan pengolahan data. Analisa data yang diterapkan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan cara


(56)

ilmiah dalam bentuk tabel. Analisis ini melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban diisi sesuai dengan petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah ketika mengadakan tabulasi dan analisa. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentasi untuk melihat gambaran pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita yang berada di rumah.


(57)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data mulai tanggal 19 sampai dengan 26 Juli 2010 di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 19 sampai dengan 26 Juli 2010 di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan, dan diperoleh sebanyak 86 responden. Hasil penelitian ini akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik responden, dan gambaran pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan.

1.1 Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan hubungan responden dengan balita.

Dari tabel dapat dilihat bahwa usia responden sebagian besar berada pada usia 18 -27 tahun yaitu 42 responden (48,8%). Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 46 orang (53,5 %). Tingkat pendidikan mulai dari SD sampai DIII/Sarjana, mayoritas pendidikan adalah sampai SMA sebanyak 48 responden (55,8%). Mayoritas responden mempunyai penghasilan keluarga perbulan di atas Rp. 1.500.000 sebanyak 40 orang (46,5%).


(58)

Hubungan responden dengan balita mayoritas adalah ibunya sendiri yaitu 62 orang (72,1%).

Berdasarkan penelitian tentang karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Persentase Karakteristik Responden di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

- 18-27 tahun 42 48,8

- 28-37 tahun 27 31,4

- 38-47 tahun 7 8,1

- 48-57 tahun 10 11,6

Pekerjaan

- Ibu rumah tangga 46 53,5 - Pegawai swasta 9 10,5 - Wiraswasta 19 22,1 - PNS 3 3,5 - Lainnya 9 10,5

Pendidikan

- SD 9 10,5 - SMP 24 27,9 - SMA 48 55,8 - DIII/Sarjana 5 5,8

Penghasilan

- < Rp. 850.000 5 5,8 - Rp.850.000 – Rp.1.000.00 18 20,9 - Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 23 26,7 - > Rp.1.500.000 40 46,5

Hub.dgn Balita

- Ibu 62 72,1 - Ayah 0 0

- Kakak 2 2,3 - Lainnya 22 25,6


(59)

1.2 Gambaran Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang Terjadi pada Balita.

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kategori baik sebanyak 51 responden (59,3%), diikuti dengan pengetahuan pada kategori cukup sebanyak 33 responden (38,4%) dan yang terkecil dengan pengetahuan pada kategori kurang sebanyak 2 responden (2,3%).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6.Distribusi Frekuensi Persentase Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan yang Terjadi pada Balita (n = 86).

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Pengetahuan baik 51 59,3

Pengetahuan cukup 33 38,4

Pengetahuan kurang 2 2,3

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 86 responden (100%) menjawab benar pada pertanyaan defenisi dari balita. Selain itu 57 responden (66,3%) menjawab benar pada pertanyaaan defenisi pertolongan pertama.

Pada pertanyaan penyebab anak jatuh yaitu sebanyak 65 responden (75,6%) menjawab benar. Kemudian pada pertanyaan patah tulang pada orang dewasa lebih cepat sembuh daripada anak-anak yaitu sebanyak 57 responden (66,3%) menjawab salah. Selain itu 82 responden (95,3%) benar untuk pertanyaan tindakan yang dilakukan ketika anak demam. Pada pertanyaan tindakan yang


(60)

dilakukan ketika terjadi perdarahan akibat jatuh sebanyak 71 responden (82,6%) menjawab benar.

Kemudian untuk pertanyaan mengenai tanda dan gejala luka memar sebanyak 79 responden (91,9%) menjawab benar. Selain itu diperoleh bahwa 73 responden (84,9%) menjawab benar pada pertanyaan tindakan yang dilakukan ketika anak terkena pisau.

Kemudian pada pertanyaan tindakan yang dilakukan keluarga ketika anak tersiram air panas yaitu sebanyak 37 responden (43,0%) menjawab benar. Pada pertanyaan hal yang dilakukan ketika anak tersengat listrik yaitu sebanyak 72 responden (83,7%) menjawab benar. Selain itu 52 responden (60,5%) menjawab benar pada pertanyaan tindakan yang dilakukan keluarga ketika anak tidak sadar akibat luka bakar. Kemudian pada pertanyaan luka bakar pada orang dewasa lebih berbahaya daripada anak-anak yaitu sebanyak 64 responden (74,4%) menjawab salah.

Pada pertanyaan tanda dan gejala anak tersedak yaitu sebanyak 81 responden (94,2%) menjawab benar. Selain itu pada pertanyaan tindakan keluarga apabila anak tertelan benda asing (seperti: kacang, kelereng, permen), yaitu sebanyak 76 responden (88,4%) menjawab benar. Pada pertanyaan yang dilakukan keluarga ketika bayi tersedak yaitu sebanyak 42 responden (48,8%) menjawab benar.

Kemudian untuk pencegahan kecelakaan pada balita dengan pertanyaan hal yang dilakukan keluarga apabila anak sering memasukkan sesuatu ke mulutnya yaitu sebanyak 59 responden (68,6%) menjawab benar. Selain itu pada


(61)

pertanyaan hal yang dilakukan keluarga ketika menggunakan taplak meja yang berjuntai yaitu sebanyak 61 responden (70,9%) menjawab benar. Pada pertanyaan hal yang dilakukan apabila anak senang bermain di kamar mandi yaitu sebanyak 50 responden (58,1%) menjawab benar. Kemudian pada pertanyaan memberi pengaman pada stop kontak listrik pada saat anak bermain saja pada saat itu sebanyak 44 responden (51.2%) menjawab salah. Selain itu pada pertanyaan apakah keluarga akan membiarkan anak bermain di halaman, apabila anak sudah pandai berjalan yaitu sebanyak 64 responden (74,4%) menjawab benar.

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mendiskusikan pertanyaan penelitian yaitu gambaran pengetahuan keluarga dalam penatalaksanaan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi pada balita di rumah di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 51 responden (59,3%), diikuti dengan pengetahuan pada kategori cukup sebanyak 33 responden (38,4%) dan yang terkecil dengan pengetahuan pada kategori kurang sebanyak 2 responden (2,3%). Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya tingkat pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya pengetahuan, beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu dan sebagian


(62)

besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan data demografi diperoleh bahwa mayoritas usia responden berada pada rentang usia 18-27 tahun (48,8%) ini dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Dan peneliti memiliki asumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka dapat menggali lagi memori yang pernah didapatkan sebelumnya baik itu dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dimilikinya mengenai penatalaksaan pertolongan pertama pada kecelakaan. Dari hasil penelitian mayoritas responden adalah ibu rumah tangga (53,5%). Ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau singkatnya disebut ibu rumah tangga, memiliki pengertian sebagai wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, mempersembahkan waktunya untuk memelihara anak-anak dan mengasuh menurut pola-pola yang diberikan masyarakat (Dwijayanti, 1999). Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah pengalaman yang diperoleh individu, dimana lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada individu. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan manusia. Ibu rumah tangga yang banyak menghabiskan waktunya di rumah akan belajar dari pengalaman terhadap peristiwa yang telah terjadi sehingga dapat melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan yang dialami oleh balitanya (Purwanto, 1999).


(1)

Tindakan yang dilakukan bila anak terjatuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 21 24.4 24.4 24.4

Benar 65 75.6 75.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terjatuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 57 66.3 66.3 66.3

Benar 29 33.7 33.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terjatuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 4 4.7 4.7 4.7

Benar 82 95.3 95.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terjatuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 15 17.4 17.4 17.4

Benar 71 82.6 82.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Gejala dan tindakan bila anak tersayat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 7 8.1 8.1 8.1

Benar 79 91.9 91.9 100.0


(2)

Gejala dan tindakan bila anak tersayat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 13 15.1 15.1 15.1

Benar 73 84.9 84.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terbakar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 49 57.0 57.0 57.0

Benar 37 43.0 43.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terbakar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 14 16.3 16.3 16.3

Benar 72 83.7 83.7 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terbakar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 34 39.5 39.5 39.5

Benar 52 60.5 60.5 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan yang dilakukan bila anak terbakar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 64 74.4 74.4 74.4

Benar 22 25.6 25.6 100.0


(3)

Gejala dan tindakan yang dilakukan bila anak aspirasi (tersedak)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 5 5.8 5.8 5.8

Benar 81 94.2 94.2 100.0

Total 86 100.0 100.0

Gejala dan tindakan yang dilakukan bila anak aspirasi (tersedak)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 10 11.6 11.6 11.6

Benar 76 88.4 88.4 100.0

Total 86 100.0 100.0

Gejala dan tindakan yang dilakukan bila anak aspirasi (tersedak)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 44 51.2 51.2 51.2

Benar 42 48.8 48.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Gejala dan tindakan yang dilakukan bila anak aspirasi (tersedak)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 27 31.4 31.4 31.4

Benar 59 68.6 68.6 100.0


(4)

Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan pada balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 25 29.1 29.1 29.1

Benar 61 70.9 70.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan pada balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 36 41.9 41.9 41.9

Benar 50 58.1 58.1 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan pada balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 44 51.2 51.2 51.2

Benar 42 48.8 48.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan pada balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 22 25.6 25.6 25.6

Benar 64 74.4 74.4 100.0

Total 86 100.0 100.0


(5)

Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden dari Setiap pertanyaan

Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama

pada Kecelakaan yang terjadi pada Balita di Rumah

No

Pertanyaan

Benar

Salah

n

%

n

%

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Yang dikatakan usia balita adalah

Pertolongan pertama adalah

Jika anak jatuh, maka hal ini disebabkan

oleh

Patah tulang pada orang dewasa lebih cepat

sembuh daripada anak-anak

Jatuh dapat menyebabkan anak demam maka

tindakan Anda

Jika ada perdarahan pada kepala akibat jatuh,

maka tindakan Anda

Tanda dan gejala luka memar adalah

Apabila anak terkena pisau, maka yang Anda

lakukan adalah

Tindakan yang Anda lakukan jika anak

tersiram air panas adalah

Jika anak tersengat listrik, maka yang Anda

lakukan adalah

Luka bakar dapat menyebabkan anak tidak

sadar, maka tindakan Anda

Luka bakar pada orang dewasa lebih

berbahaya daripada anak-anak

Tanda dan gejala anak tersedak adalah

Jika anak tertelan benda asing (seperti:

kacang, kelereng, permen), maka tindakan

Anda adalah

Jika bayi tersedak, maka tindakan Anda

adalah

Anak sering memasukkan sesuatu ke

mulutnya, maka tindakan Anda

Apabila Anda menggunakan taplak meja

yang berjuntai, maka Anda

Jika anak Anda senang bermain di kamar

mandi, maka anda

Anda akan memberi pengamanan pada stop

kontak listrik pada saat anak bermain saja

pada saat itu

Apabila anak Anda sudah pandai berjalan,

maka Anda akan membiarkan anak bermain

di halaman

86

57

65

29

82

71

79

73

37

72

52

22

81

76

42

59

61

50

42

64

100

66,3

75,6

33,7

95,3

82,6

91,9

84,9

43,0

83,7

60,5

25,6

94,2

88,4

48,8

68,6

70,9

58,1

48,8

74,4

0

29

21

57

4

15

7

13

49

14

34

64

5

10

44

27

25

36

44

22

0,0

33,7

24,4

66,3

4,7

17,4

8,1

15,1

57,0

16,3

39,5

74,4

5,8

11,6

51,2

31,4

29,1

41,9

51,2

25,6


(6)

Lampiran 6

CURRICULUM VITAE

Nama

: Gina Suriati

Nim

: 091121055

Tempat/Tgl Lahir

: Asahan/29 Mei 1986

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. A.R Hakim GG. Kolam No. 70 Medan

Pendidikan

: SD N.060791 Medan

(1993-1999)

SMP N.4 Medan

(1999-2002)

SMA N.10 Medan

(2002-2005)

D-III Keperawatan USU Medan

(2006-2009)