Keterampilan Generik Sains TINJAUAN PUSTAKA

sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron. 3 Bahasa Simbolik. Gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu memerlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi searah, reaksi kesetimbangan, resonansi, dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut. 4 Kerangka logika taat azas dan inferensi logika. Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat-sifat taat azasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat azas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukan kerangka logika taat azas. Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains. 5 Hukum sebab akibat dan pemodelan matematika. Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik agar dapat diprediksikan dengan tepat tentang bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam. 6 Membangun Konsep. Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut diperlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep ini diuji keterterapannya. Berdasarkan penjelasan mengenai makna keterampilan generik sains di atas, semakin terlihat jelas bahwa keterampilan generik sains merupakan keterampilan yang sangat menarik untuk dikembangkan dalam pembelajaran sains. Keterampilan generik sains tersebut dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Misalnya berpikir kritis banyak dikembangkan apabila seseorang melakukan pengamatan langsung dan tak langsung, menyadari akan skala besaran, memnuat pemodelan tematik, dan membangun konsep. Berpikir kreatif diterapkan ketika seseorang merumuskan bahasa simbolik, inferensi logika, dan menemukan kerangka logika taat azas dari hukum alam. Berpikir pemecahan masalah diterapkan apabila seseorang sedang menyadari berlakunya hukum sebab-akibat pada sejumlah gejala alam yang diamatinya. Selanjutnya pengambilan keputusan dapat dilakukan ketika seseorang membangun konsep, membuat pemodelan matematik, dan menemukan inferensi logika. Dengan demikian seseorang hanya mempelajari sains dari segi terminologinya saja, apalagi secara hafalan maka berarti pula ia belum belajar sains dengan benar dan belum dapat berpikir secara saintis Liliasari, 2007: 4. Penilaian terhadap kemampuan generik dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda-beda, yaitu: penilaian holistik, portofolio, penilaian pengalaman kerja, dan penilaian dengan tujuan khusus seperti menilai pemecahan masalah. Kemampuan atau keterampilan generik dapat dinilai dalam konteks tugas ‘kerja keseluruhan’ atau dalam unit-unit kompetensi yang terpisah. Pendekatan ini berusaha untuk menggabungkan pengetahuan, pemahaman, pemecahan masalah, keterampilan teknis, sikap dan etika dalam penilaian tugas-tugas Gibb, 2004: 138. Pesatnya perkembangan pengetahuan sains, menuntut pertambahan konsep- konsep sains yang harus dipelajari siswa. Untuk menentukan pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep-konsep sains yang perlu dipelajari. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk hubungan antara jenis konsep-konsep sains dengan keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2. Hubungan Jenis Konsep dan Keterampilan Generik Sains No Keterampilan Generik Sains Jenis Konsep 1 Pengamatan langsung. Konsep konkrit. 2 Pengamatan langsungtaklangsung, inferensi logika. Konsep abstrak konkrit dengan contoh konkrit. Misalnya air, pegas, dan bunga. 3 Pengamatan tak langsung, inferensi logika. Konsep abstrak. Misalnya konsep atom, gelombang, dan reproduksi. 4 Kerangka logika taat azas, hukum sebab-akibat, inferensi logika. Konsep berdasarkan prinsip. Misalnya konsep campuran, kekerabatan, dan persamaan gerak. 5 Bahasa simbolik, pemodelan matematik. Konsep yang menyatakan simbol. Misalnya konsep rumus kimia, kuat arus, lambang species jantan dan betina. 6 Pengamatan langsungtak langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas, inferensi logika. Konsep yang menyatakan sifat. Misalnya konsep unsur, logam, dan serangga. Sumber : Liliasari, 2007: 16. Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya setiap konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam keterampilan generik sains, kecuali konsep konkret. Jenis konsep ini sangat terbatas jumlahnya dalam sains. Oleh karena itu, mempelajari konsep sains pada hakekatnya adalah mengembangkan keterampilan berpikir sains yang merupakan berpikir tingkat tinggi Liliasari, 2007: 16.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah semester genap tahun pelajaran 2014-2015.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah.Teknik pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling Budiyono, 2003: 35. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah kelas X.3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa laki-laki 13 dan siswa perempuan 18 siswa. Untuk kelas kontrol adalah kelas X.7 dengan jumlah siswa laki-laki 15 siswa dan siswa perempuan 16 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Desain ini merupakan desain penelitian dengan kelas kontrol dan eksperimen menggunakan kelas yang memiliki kondisi yang serupa dalam hal jenjang pendidikannya yaitu kelas X dan diajar oleh guru yang sama. Sebelum pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai kedua kelas diberikan pretest. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing, sedang kelas kontrol belajar dengan metode diskusi. Setelah pembelajaran pada pertemuan terakhir diberikan posttest dengan soal yang sama pada saat pretest. Sehingga struktur desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Keterangan: I = Kelas Eksperimen X4, II = Kelas Kontrol X3, 0’= Pretes, 0”= Posttes, X = Pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing, C= kontrol pembelajaran dengan metode diskusi. Gambar 2. Desain kelompok kontrol non-ekuivalen dimodifikasi dari Ruseffendi, 1994: 47.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap prapenelitian dan penelitian. Adapun tahapan tersebut adalah:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tempat dan waktu penelitian 2. Membuat surat izin penelitian pendahuluan observasi ke sekolah dari fakultas. 3. Melakukan observasi di sekolah tempat penelitian untuk mendapat informasi tentang keadaan sekolah yang akan di teliti. I 0’ X 0” II 0’ C 0” 4. Mengambil data yang akan digunakan untuk menentukan kelas eksperimen 5. Menentukan sampel penelitian kelas eksperimen 6. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus,Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan. 7. Membuat instrument pengukuran yaitu soal pretes postes pada pertemuan pertama dan kedua, lembar observasi siswa, dan angket tanggapan siswa untuk mengukur hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains siswa.

2. Penelitian

Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk kelas eksperimen dan menggunakan model pembelajaran diskusi yang biasa digunakan oleh guru biologi di SMA Negeri 1 Seputih Banyak untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Kelas Eksperimen

Kegiatan Deskripsi kegiatan Sintak Inkuiri Terbimbing Waktu menit Guru Siswa Pendahuluan • Memberikan apersepi Pertemuan I: “Apa yang kalian ketahui tentang ekosistem, apa saja komponen • Menjawab pertanyaan guru dengan antusias 15 penyusun ekosistem?” Pertemuan II: ‘Kalian tahu darimana asalnya hujan?” • Memberikan motivasi “Hari ini kita akan belajar tentang ekosistem, dengan belajar peran komponen ekosistem ini kita akan tahu betapa pentingnya komponen penyusun ekosistem bagi kehidupan makhluk hidup” • Menyampaika n gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan dan materi yang akan diajarkan, serta menyampaika n tujuan pembelajaran. • Memberi nomor punggung kepada seluruh siswa sesuai urutan absen dan mengintruksik an siswa untuk duduk • Termotivasi untuk mengikuti pelajaran setelah mendengarkan penjelasan guru . • Memperhatikan penjelasan guru • Mengambil nomor punggung serta mengatur tempat duduk sesuai kelompok yang ditentukan

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 18 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Ba

10 109 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP GERAK SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI MIPA Semester Ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 57

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 6 52

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE GI DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 137

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 70

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNTIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA (Studi Eksperimen Semu pada materi Ekosistem Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2014/2015)

11 36 64